Pengguna Internet Indonesia Capai 220 Juta Jiwa, Itu Tidak Mudah

Chairman Yayasan Internet Indonesia Jamalul Izza.
Sumber :
  • Dok. Pribadi

VIVA – Chairman Yayasan Internet Indonesia Jamalul Izza mengatakan potensi ekonomi digital yang besar di Indonesia harus diimbangi dengan peningkatan penetrasi internet.

Ada Lampu Jalan di Jakarta Bisa Terkoneksi sama Internet

Berdasarkan riset yang dilakukan Google, Temasek, & Bain Company 2021 nilai ekonomi digital negeri ini mampu menyentuh angka US$70 miliar (Rp1.005 triliun) dan diperkirakan bakal naik dua kali lipat menjadi US$146 miliar (Rp2.100 triliun) hingga 2025.

Sejalan dengan itu, menurut hasil survei penetrasi dan perilaku internet tahun lalu yang dilakukan Yayasan Internet Indonesia bersama Polling Indonesia, mencatat pengguna internet di Tanah Air sudah mencapai 220 juta atau 80,9 persen dari 272 juta penduduk.

Khofifah: Alumni UNAIR Harus Tingkatkan Kualitas SDM untuk Bangun Indonesia

“Jumlah pengguna internet tahun 2021 tumbuh sebesar 23 juta jiwa atau 7,2 persen. Angka pengguna internet di Indonesia itu termasuk sudah cukup besar untuk kriteria negara kepulauan,” kata Jamalul, dalam konferensi pers virtual, Jumat, 1 April 2022.

Ia melanjutkan, sebagai negara kepulauan, tidak mudah untuk bisa merengkuh angka 80,9 persen penetrasi internet. Kerja keras seluruh pemangku kepentingan untuk bersama-sama mengakselerasi jumlah pengguna internet patut diapresiasi.

Kemenkominfo Gelar Kegiatan Chip In "Menjadi Warga Digital yang Cakap, Beretika dan Berdaya"

Bakti contohnya. Badan Layanan Umum (BLU) di bawah komando Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) ini menargetkan sebanyak 7.904 lokasi BTS dibangun di wilayah 3T hingga akhir 2022.

“Dengan demikian, nantinya jumlah pengguna internet di Indonesia pun akan mengalami peningkatan,” ungkapnya.

Bersamaan dengan itu maka seluruh pemangku kepentingan perlu mempersiapkan daya saing sumber daya manusia (SDM). Jadi, ketika seluruh usaha infrastruktur rampung, pemberdayaan SDM juga diharapkan tidak lagi gagap teknologi (gaptek).

Oleh karena itu dibutuhkan proses pembangunan dalam bentuk pendidikan teknis yang tepat guna bagi calon tenaga kerja era digital yang mampu bersaing serta adaptif terhadap kebutuhan teknologi yang terus berkembang seiring pesatnya inovasi teknologi.

"SDM ini harus siap berkontribusi langsung terhadap pembangunan berbasis teknologi digital, sehingga dapat meningkatkan daya saing daerah pada khususnya, dan daya saing nasional pada umumnya," papar Jamalul.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya