Komet Melintasi Bumi, BRIN: Ini Fenomena Langka

Komet C/2017 K2 PANSTARRS (K2).
Sumber :
  • NASA, ESA, dan D. Jewitt (UCLA)

VIVA Tekno – Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN menyebutkan fenomena alam sangat menarik perhatian masyarakat. Terdapat fenomena langka dan hanya terjadi beberapa tahun bahkan berpuluh-puluh tahun sekali. Salah satu fenomena yang menarik dan langka ini yaitu komet yang melintas Bumi.

Prof Marsudi Dilantik Jadi Rektor Universitas Pancasila Periode 2024-2028

Komet merupakan anggota Tata Surya yang turut mengitari Matahari, seperti halnya Bumi, yang dalam perjalanannya dari area luar Tata Surya (outer solar system) ke area dalam Tata Surya (inner solar system) baru saja melintasi Bumi.

Peneliti BRIN Abdul Rachman selaku Koordinator Balai Pengelola Observatorium Nasional (BPON) Kupang, Nusa Tenggara Timur mengatakan Komet C/2017 K2 (PanSTARRS) atau disingkat menjadi K2 melintasi Bumi.

Jokowi Tawarkan CEO Microsoft Bangun Pusat Riset Teknologi di IKN

Komet tersebut diduga berasal dari suatu lokasi di bagian luar Tata Surya yang dinamakan Awan Oort. Initial C dari komet tersebut bertipe non-periodik, angka 2017 menunjukkan tahun ditemukannya, dan kombinasi huruf dan angka K2 menunjukkan urutan ditemukannya pada 2017.

"Komet ini melintas terdekat dengan Bumi tanggal 13 Juli 2022 pada jarak sekitar 2 kali jarak Bumi ke Matahari. Saat ini, Komet K2 sedang menuju jarak terdekatnya ke Matahari yang diperkirakan terjadi bulan Desember tahun ini," ujar Abdul di Jakarta, Senin, 25 Juli 2022.

Songsong Era PLTN, BRIN Garap Riset Konversi Pembangkit Listrik Batu Bara Menjadi Nuklir

Ia melanjutkan, karena termasuk dalam golongan komet non-periodik, K2 tidak rutin melintas di dekat Bumi seperti halnya komet-komet periodik seperti Komet Halley yang periodenya sekitar 83 tahun sehingga tidak diketahui kapan melintas di dekat Bumi lagi.

Abdul mengungkapkan K2 ditemukan oleh sistem pemantau komet bernama Panoramic Survey Telescope and Rapid Response System (PanSTARRS) yang berlokasi di Hawaii, Amerika Serikat (AS) pada 21 Mei 2017. Komet ini diduga berasal dari Awan Oort (Oort Cloud) yang berupa kumpulan benda-benda yang berada di bagian terluar dari Tata Surya.

Penampakan komet saat melintas dengan jarak paling dekat dengan Bumi, K2 menampilkan ekor debu dan ekor gas. Semakin dekat ke Matahari maka ekor gas akan terlihat semakin jelas. "Ketika melintas dekat Bumi, K2 hanya bisa dilihat jika memakai teleskop apalagi karena saat itu bertepatan dengan Bulan Purnama," tutur dia.

Akan tetapi, menurut Abdul, seiring semakin dekatnya komet tersebut dengan Matahari maka akan bisa dilihat dengan binokular. Seluruh daerah di permukaan Bumi berkesempatan untuk melihat komet ini pada malam hari yang cerah.

"Kita bisa mengamati K2 beberapa bulan terutama saat komet itu melintas dekat Bumi. Dalam perjalanannya menuju titik terdekatnya dengan Matahari dan hingga beberapa bulan setelah itu," jelasnya.

Dengan fenomena komet melintasi Bumi dapat dipelajari kemungkinan jatuhnya batu luar angkasa tersebut ke Bumi melalui riset. Untuk kasus K2, komet melintasi Bumi pada jarak lebih dari 270 juta km sehingga tidak berdampak apa-apa ke Bumi.

"Pengamatan Komet K2 di BPON dilakukan di Kantor Operasional dan Pusat Sains di Desa Oelnasi selama beberapa hari sejak tanggal 13 hingga 16 Juli 2022," ungkap Abdul Rachman.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Pusat Riset Antariksa Emanuel Sungging mengungkapkan bahwa data hasil pengamatan ini dapat dimanfaatkan untuk riset, tidak hanya oleh peneliti BRIN, tetapi semua yang tertarik untuk mempelajari dinamika benda-benda di dalam Tata Surya.

Fenomena melintasnya Komet K2 merupakan kesempatan yang baik bagi para ilmuwan untuk mengamati komet ini lebih dekat dan bagi para penggiat astofotografi untuk memotretnya. Setiap komet memiliki keunikan yang menarik untuk dikaji secara ilmiah dan untuk diabadikan kenampakannya melalui bidikan kamera.

"Harapan terbesar dari pengamatan singkat seperti ini adalah memberikan wawasan dan informasi kepada masyarakat Indonesia, bahwa bangsa Indonesia sudah mempunyai sebuah observatorium astronomi di wilayah Nusa Tenggara Timur yang bisa dimanfaatkan untuk riset keantariksaan, bersama dengan BRIN," ujar Emanuel penuh harap.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya