6 Daftar Medium Mata-mata China di AS, Terakhir Balon Pengintai

Perang Teknologi China dan Amerika Serikat (AS).
Sumber :
  • Data Driven Investor

VIVA Digital – Balon pengintaian China yang diduga masuk ke wilayah Amerika Serikat. Hal tersebut membuat hubungan kedua negara kembali memanas hingga Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken membatalkan jadwal perjalanannya ke Beijing.

Elon Musk Mendadak Bertemu Pejabat Nomor 2 China di Beijing

Jika menilik ke belakang, AS dan China pun ternyata punya rekam jejak panjang saling memata-matai satu sama lain. Menurut negara adikuasa, tindakan spionase China lebih terang-terangan dan berani.

 Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, dan Menlu Amerika Serikat, Antony Blinken.

Photo :
  • Stefani Reynolds/Pool via REUTERS/wsj.
KSAL Muhammad Ali Kunjungi Industri Pertahanan Strategis China, Ada Apa?

Pejabat AS menuding China menggunakan setiap alat yang dimiliki untuk mendapat keuntungan strategis dari AS sebagai saingan geopolitiknya. Sebaliknya, China juga mengatakan hal serupa tentang AS. Beijing berkali-kali menuding AS soal upaya spionasenya.

Soal balon pengintaian, China mengelak bahwa didukung menggencarkan upaya mata-mata. Menurut Negeri Tirai Bambu, balon tersebut membutuhkan riset meteorologi dan hilangnya wilayah udara AS. Berikut rekam jejak saling mata-mata kedua negara, dirangkum dari CNN International:

Menlu Ukraina sebut Putin ‘Hewan Politik’ yang Bisa Merasakan Rasa Takut

Balon dan Satelit

Menggunakan balon sebagai alat pengintai sudah dilakukan sejak Perang Dingin (Cold War). Sejak saat itu, AS telah menggunakan balon sebagai alat monitor musuh, kata Peter Layton, profesor Griffith ASia Institute di Australia sekaligus mantan angkatan udara Royal Australian.

Pejabat AS juga mengatakan bahwa insiden pengintaian balon China sebelumnya sudah terdeteksi dalam beberapa tahun terakhir di Hawaii dan Guam. "Aktivitas ini sudah diobservasi selama beberapa tahun ke belakang, termasuk sebelum administrasi ini," katanya.

Jet tempur siluman F-22 Raptor AS menembak jatuh balon mata-mata China.

Photo :
  • Chad Fish via AP

Namun, setelah penemuan teknologi satelit, penggunaan balon sebagai alat mata tidak bisa lagi digunakan. Hingga akhirnya sekarang kembali dioperasikan.

"Muatan balon sekarang bisa lebih ringan sehingga ukurannya lebih kecil, lebih murah, dan lebih mudah diluncurkan daripada satelit," kata Layton.

Menara Seluler

Pabrikan HP China, Huawei membuat menara seluler di AS. Menara itu tak digunakan operator utama di AS dan pemerintah federal karena masalah keamanan nasional.

Ilustrasi menara telekomunikasi.

Photo :
  • www.pixabay.com/blickpixel

Namun, teknologinya digunakan luas oleh sejumlah operator kecil bersubsidi yang membeli perangkat keras buatan China dengan harga lebih murah. Dalam beberapa kasus, jaringan seluler tersebut memberikan jangkauan ke daerah pedesaan yang dekat dengan pangkalan militer AS.

Pada 2018 lalu, akhirnya petinggi agensi intel AS, termasuk FBI dan CIA, mengimbau AS untuk berhenti menggunakan perangkat dan produk Huawei sama sekali. Ahli keamanan mengatakan teknologi Huawei memberikan ancaman yang lebih besar bagi negara.

Pembelian Lahan

Ilustrasi lahan pertanian.

Photo :

Pada 2017 lalu, pemerintah China menyampaikan niatan untuk menggelontorkan US$100 juta untuk membangun taman China di National Arboretum di Washington, DC. Bersamaan dengan itu, dibangung pagoda putih setinggi 70 kaki.

Hal ini membuat senang pejabat daerah karena berharap bisa menarik minat turis setiap tahun. Sayangnya, setelah pensiun agen intel AS, mereka menemukan banyak kejanggalan.

Pagoda yang hendak dibangun China diletakkan secara strategis di titik tertinggi Washington, hanya 2 mil dari Gedung Kapitol. Spot itu terlalu sempurna untuk mengumpulkan sinyal intel.

Pelajar, Pengusaha, dan ilmuwan

Perang Teknologi China dan Amerika Serikat (AS).

Photo :
  • The Telegraph

Menurut beberapa ahli strategi, Beijing juga kerap menyisipkan ilmuwan, pengusaha, bahkan pelajar China untuk menyamarkan dan memata-matai AS. Pada Januari lalu, mantan pelajar dari Chicago ditangkap dan dijatuhi hukuman penjara 8 tahun karena dituduh memata-matai pemerintah AS atas perintah China.

Pada 2018 lalu, Ji Chaoqun, pelajar teknik elektro di Illinois Institute of Technology tahun 2013 dan terdaftar sebagai cadangan Angkatan Darat AS, juga ditangkap.

Menurut Departemen Kehakiman, Ji ditugaskan untuk memberikan informasi biologi kepada petugas intel untuk pelarian mata-mata China. Adapun yang dianggap berpotensi adalah insyinyur dan ilmuwan China di AS. Beberapa di antaranya bekerja untuk pertahanan pertahanan AS.

Mata-mata Ji adalah upaya intel China untuk mendapat akses ke teknologi pertahanan dan satelit canggih yang tengah dikembangkan AS, sebagaimana dilaporkan Departemen Kehakiman.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya