Facebook Digugat 25 Ribu Pengguna di Eropa

Jejaring sosial Facebook.
Sumber :
  • REUTERS/Dado Ruvic/Files
VIVAnews - Nasib apes tengah menimpa Facebook. Situs jejaring sosial terbesar di dunia itu dihadapkan gugatan class action yang diajukan oleh lebih dari 25 ribu penggunanya di Eropa terkait dugaan pelanggaran privasi.

Sebelumnya, ada sekitar 60 ribu orang yang ingin bergabung untuk mendaftar menggugat Facebook. Namun, dikarenakan alokasi gugatan dibatasi, akhirnya hanya 25 ribu pengguna yang mengajukan class action. Diberitakan Business Insider edisi Jumat 22 Agustus 2014, penggugat itu berasal dari Austria, Jerman, Finlandia, Belanda dan Inggris.

Class action merupakan suatu tata cara pengajuan gugatan dari satu orang atau lebih yang mewakili kelompok yang mengajukan gugatan untuk yang digugat.

Gugatan itu sudah diajukan di Pengadilan Regional Wina, Austria. Menurut pengadilan itu, bila Facebook tak menanggapi gugatan clas action itu dalam kurun waktu empat minggu, pengadilan dapat mengeluarkan putusan tanpa kehadiran dari pihak Facebook.

Kunjungan Kerja ke Ciamis, PT Minarak Banyumas Gas Melaksanakan Komitmen Eksplorasi Migas
Penggugat utama dalam kasus ini adalah mahasiswa hukum asal Austria bernama Max Schrems. 

Video Aksi Pencuri Gasak Spion Mobil yang Parkir di Garasi
Ia menuduh media sosial pimpinan Marck Zuckerberg itu telah bekerja sama dengan Badan Keamanan Nasional AS (NSA) melakukan program pengawasan PRISM. 

Sosok Maria Montessori yang Menginsipirasi Ki Hajar Dewantara dalam Dunia Pendidikan
"Data pribadi dari pengguna Facebook dan layanan web lainnya, ditambang mereka," tuduhnya.

Schrems mengklaim per pengguna dirugikan sekitar US$660 setara Rp7,6 juta.

Bila itu dikalikan dengan jumlah gugatan class action yakni 25 ribu pengguna, maka Facebook mesti mengeluarkan uang sebesar US$16,5 juta atau Rp192 miliar.

Gugatan tersebut diajukan melawan Facebok Irlandia, yang mana mencakup 80 persen dari seluruh basis pengguna, diluar Amerika Serikat dan Kanada.

Terkait, gugatan ini pihak Facebook menolak untuk berkomentar. 
Facebook tengah mengubah kebijakan privasi bagi penggunanya untuk lebih transparan. (ren)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya