Cara Baru Facebook Saring Konten Porno

Penipuan di Facebook semakin ramai.
Sumber :
  • REUTERS/Dado Ruvic/Files

VIVA.co.id – Facebook tengah menyaring gambar-gambar bernuansa di platform-nya yang diunggah pengguna. Media sosial terpopuler ini mengandalkan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan.

Kejahatan Anak Lewat Internet Mengkhawatirkan
Selama ini dalam memantau setiap 350 juta foto yang diunggah ke Facebook, mereka selalu mengandalkan mata manusia. Dengan menggunakan kecerdasan buatan, maka Facebook dapat mengendus konten yang tidak seharusnya ada di jejaring sosialnya itu.
 
Punya 3 Hal Ini, Indonesia Bisa Tutup Google dan YouTube
Tak hanya soal gambar pornografi, Facebook juga memanfaatkan AI untuk menyaring konten yang bisa menimbulkan hingga kekerasan. Penyaringan konten-konten tersebut sudah menjadi pedoman Facebook sejak awal berkiprah di dunia maya.
 
Blokir YouTube dan Google Dianggap Sindrom Bulan Puasa
"Semakin tinggi kita saring sampai 100 persen konten, semakin sedikit foto offensif yang dapat dilihat manusia (di Facebook)," ujar Direktur Teknik Facebook, Joaquin Candela dilansir Daily Mail, Kamis 2 Juni 2016.
 
Kecerdasan buatan yang dikerahkan Facebook ini akan memantau setiap foto yang diunggah, kemudian AI akan memindai foto tersebut, apabila melanggar ketentuan, maka foto itu akan gagal tampil di layar platform Facebook.
 
Selain foto, AI juga akan berperan dalam memindai video dan teks-teks yang ditulis oleh penggunanya. Hal itu untuk meminimalisir adanya seruan kebencian atau pun penyalahgunaan konten untuk yang tidak diinginkan.
 
Sebelumnya, dalam menyaring konten-konten di platform-nya, Facebook menggunakan jasa CrowdFlower dan startup asal Filipina dalam menjelajahi foto yang masuk ke Facebook.
 
Langkah tersebut efektif, tetapi jumlah konten yang terlarang masih saja lolos dari pandangan mata manusia. Untuk itu, media sosial yang di bawah kendali Mark Zuckerberg ini mencoba menyaring konten-konten pada layanannya tersebut.
 
Kebijakan yang dilakukan Facebook, semakin membulatkan perusahaan-perusahaan teknologi global lainnya yang sepakat soal kode etik di internet. Selain Facebook, ada juga Twitter, YouTube, sampai Microsoft yang melakukan perjanjian dengan Uni Eropa mengatasi persoalan maraknya kampanye kebencian di dunia maya.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya