Kesulitan Lahan, Laut Jadi Alternatif Pendaratan N219

Pesawat buatan dalam negeri, N219, bersiap lepas landas untuk uji terbang perdana di langit Bandung, Jawa Barat, pada Rabu, 16 Agustus 2017.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Adi Suparman

VIVA.co.id – PT Dirgantara Indonesia belum mendapatkan infrastruktur landasan yang layak bagi pesawat N219. Meskipun, pesawat tersebut dirancang untuk mempermudah konektivitas antarpulau.

Gaji-THR Karyawan PTDI Telat Dibayar, Wamen BUMN Buka Suara

Staf Ahli Bidang Pengembangan Pesawat Terbang PT Dirgantara Indonesia, Andi Alisjahbana menjelaskan, kebutuhan lahan untuk landasan sepanjang 500 meter hingga saat ini sulit ditemukan.

Padahal, ketersediaan lahan yang layak menjadi infrastruktur utama pendukung aksesibilitas pesawat.

Karyawan PT Dirgantara Indonesia Demo Tuntut Gaji dan THR, Manajemen Buka Suara

"Banyak pulau dan kontur tanah kita kalau datar itu lembek. Kalau di pulau-pulau mencari tanah datar 500 meter saja susahnya bukan main. Kalau pun ketemu tanah kosong perlu buldoser untuk meratakannya," kata Andi, di Bandung, Jawa Barat, Selasa 5 September 2017.

Akan tetapi, lanjut Andi, melihat kondisi lahan yang sulit ditemukan, perseroan bersiap-siap menjalankan 'Rencana B' dengan memanfaatkan potensi pulau-pulau di Indonesia yang dikelilingi laut dan danau.

Gaji Karyawan PTDI Dicicil, Begini Penjelasan Erick Thohir

"Mengapa tidak kita daratkan saja pesawat (N219) di air? Itu pilihan kedua kami. Ya, mencari lahan yang sesuai dan layak susah. Nantinya, bisa mendarat di danau, sungai, maupun laut," paparnya.

Oleh karena itu, Andi mengingatkan, dibutuhkan alat navigasi laut sebagai pendukung. Apalagi, ada rencana pengembangan N219 versi amfibi pada tahun depan.

"Tidak hanya konektivitas daerah dan pulau terpencil, tapi mendukung destinasi wisata," ujar Andi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya