Gojek Vs Grab, Siapa Pemenang di Asia Tenggara

Driver ojek online.
Sumber :
  • VIVA/Robbi Syai'an

VIVA – Pertarungan dua layanan transportasi online, Gojek dan Grab, semakin panas. Mereka berlomba menancapkan kuku bisnis di kawasan Asia Tenggara yang berpenduduk 640 juta jiwa.

Sopir Taksi Online yang Todong Penumpang Wanita dan Minta Rp 100 Juta Ditangkap saat Tidur Pulas

Apalagi, ketika Uber terlempar dari persaingan usai diakuisisi Grab pada Senin, 26 Maret lalu. Perusahaan milik Nadiem Makarim ini melihat empat negara sebagai pendulang duit terbesar Grab selama ini.

Keempatnya adalah Filipina, Singapura, Vietnam dan Thailand. Langkah pertama Gojek adalah 'membajak' pengemudi eks Uber.

Viral Curhat Penumpang Dipaksa Transfer Uang Rp100 Juta oleh Driver Taksi Online

Dengan persyaratan lebih mudah ketimbang Grab seperti hanya membawa STNK, KTP atau Kartu Keluarga saja untuk mendaftar sudah resmi menjadi bagian dari keluarga besar Gojek.

Adapun untuk menjadi pengemudi Grab, tidak serta-merta langsung diterima. Mereka harus mendaftar lagi kemudian menjalani serangkaian tes berkendara atau safety riding.

Rencana Merger dengan Gojek dan Grab Bakal Terealisasi? GOTO Buka Suara

Ojek Online di Samarinda Mogok Juga, Angkot Ketiban Rezeki

Inilah alasan mereka pindah ke kompetitor. Di mata pengamat transportasi Institut Teknologi Bandung, Ofyar Zainuddin Tamin, hal ini adalah bagian dari persaingan bisnis transportasi online.

"Sesama taksi online saling 'gigit.' Itu lumrah. Sesama pengemudi akan pilih, kalau enggak tetap atau pindah ke kompetitor. Jadi ada keseimbangan baru," kata dia kepada VIVA.

Selanjutnya, yang dilakukan Gojek membidik negara-negara yang berpotensi menambah cuan atau untung. Mengutip situs Travelwireasia, Selasa, 3 April 2018, mereka akan memperluas layanannya ke Filipina, Singapura, Thailand dan Myanmar.

Filipina

Sama seperti Indonesia, Filipina merupakan negara kepulauan. Negara berpenduduk 100 juta jiwa dan rumah bagi kota dengan lalu lintas ketiga terburuk di Asia Tenggara.

Meski begitu, sepertinya menjadi target utama Gojek sejak tahun lalu untuk ekspansi. Chief Technology Officer Gojek, Ajey Gore mengatakan, hampir semua negara di kawasan berada dalam radar selama tiga, enam hingga 12 bulan ke depan.

Ojek online Uber dan Grab.

"Filipina akan menjadi yang pertama hanya untuk mencari tahu bagaimana segala sesuatunya berjalan," ungkap Ajey. Apalagi, mayoritas masyarakat Filipina masih bergantung pada transaksi tunai.

Sinyal Gojek untuk masuk seperti mendapat lampu hijau dari Parlemen Filipina. Mereka khawatir Grab akan memonopoli layanan transportasi online di negaranya.

Menurut situs Inquirer, Pimpinan Dewan Majelis Rendah Filipina, Luis Campos Jr, mengundang Gojek untuk melebarkan sayap ke negerinya demi menyaingi Grab di ranah bisnis transportasi online.

“Untuk mengimbangi merger dan memicu kompetisi, kami mungkin harus mendorong pemain besar lain seperti Gojek untuk segera datang. Tiga pemain lebih baik daripada dua. Tapi, kalau tidak bisa ada tiga, maka dua pun lebih baik daripada hanya satu,” paparnya.

Di Filipina, merger antara Uber dan Grab dikhawatirkan menimbulkan monopoli sehingga keduanya diharuskan menjabarkan detil-detil perjanjian bisnis mereka kepada Komisi Kompetisi Filipina (PCC) untuk memastikan tak bakal ada efek anti-kompetitif seperti layanan yang buruk dan harga tinggi untuk konsumen.

Rencananya, Gojek masuk Filipina paling lambat akhir tahun ini, disusul tiga negara Asia Tenggara lainnya.

CEO Grab Anthony Tan.

Singapura

Mungkinkah Gojek masuk Singapura, mengapa tidak? Toh, mereka sudah buka kantor sejak awal tahun lalu. Vice President Data Science Gojek, Misrab Faizullah-Khan, mengaku bahwa pihaknya hanya fokus untuk penelitian data (data science).

“Kami berusaha untuk memanfaatkan banyaknya data kami untuk membuat sistem yang lebih pintar. Hal ini termasuk mengelola kenaikan tarif di waktu ramai (surge pricing), serta algoritma yang bisa memasangkan pengguna dan mitra pengemudi dengan lebih baik,” tuturnya.

Terpilihnya Singapura lantaran infrastruktur teknologi yang sangat baik dan banyaknya talenta berkualitas. "Kami tidak perlu khawatir kalau internet akan mati secara tiba-tiba,” ujar Misrab.

Negeri Singa ini menjadi markas besar sekaligus salah satu negara pendulang duit bagi Grab. Tak heran Gojek memasukkan Singapura dalam daftar, terlebih, aksi korporasi Grab dan Uber terganjal Komisi Pengawas Persaingan Usaha Singapura.

Mereka sedang menyelidiki transaksi akusisi kedua penyedia layanan berbagi kendaraan atau ride hailing tersebut. Penyelidikan dilakukan untuk memastikan merger tersebut tak melanggar regulasi Competition Act.

Namun, Singapura cukup tegas dengan penggunaan sepeda motor. Otoritas Transportasi Darat Singapura (LTA) mengatakan kalau sepeda motor tidak boleh digunakan untuk layanan transportasi point-to-point, tidak seperti taksi dan mobil pribadi.

Myanmar

Negara ini baru membuka diri dengan teknologi setelah puluhan tahun di bawah kekuasaan junta militer. Melonjaknya pengguna smartphone untuk memesan taksi merupakan pangsa pasar dan hal yang wajar. Sebab, konsep ini memang relatif baru di Myanmar.

Ojek Online.

Negara berpenduduk 54 juta jiwa atau terpadat kelima di Asia Tenggara ini dipilih Gojek lantaran dinilai sebagai "tambang emas." Bukan tanpa alasan mengapa disebut demikian.

Bekas ibu kota negara itu, Yangon, berpenduduk padat dan memiliki layanan lalu lintas yang buruk. Tak pelak, kota ini menjadi incaran Gojek dan Grab, karena layanan taksi telah mendapatkan popularitas di sana beberapa tahun terakhir.

Selain itu, mengutip Frontier Myanmar, Pusat Komando Lalu Lintas Yangon telah dibangun tahun lalu untuk membantu memerangi kemacetan jalan yang kronis.

Thailand

Negara terpadat keempat di Asia Tenggara ini sangat ramai, khususnya Bangkok. Ibu kota ini sangat ramai dan dijuluki sebagai kota yang memiliki lalu lintas terburuk di kawasan.

Dengan reputasi seperti ini tak heran mengapa ojek berseliweran dan menjadi angkutan penting bagi masyakarat Bangkok. Ojek adalah angkutan umum informal dan membantu menavigasi melalui jalan-jalan tikus dan lorong-lorong sempit selama jam-jam sibuk.

CEO Gojek Nadiem Makarim.

Inilah sebabnya mengapa aplikasi sepeda motor resmi di Bangkok, GoBike, hadir. Terutama setelah UberMoto dan GrabBike dipaksa untuk menghentikan operasionalnya di Bangkok pada Mei 2016.

Siapakah yang akan menjadi pemenang kompetisi sekaligus menjadikan dirinya sebagai "pemimpin platform ride-hailing di Asia Tenggara"? Menarik untuk ditunggu.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya