Pebisnis Co-Working: Kantor Itu Tak 100 Persen Diperlukan

Rendy Latief, Chief Executive Officer Conclave (kiri)
Sumber :
  • VIVA.co.id/Amal Nur Ngazis

VIVA.co.id - Industri co-working space atau penyewaan ruangan untuk dijadikan kantor perorangan atau tim di tengah kota sedang tumbuh di Indonesia.

Di beberapa kota besar dengan tingkat freelancer yang tinggi, seperti Jakarta dan Bandung, bisnis co-working space mulai menjadi kebutuhan.

Rendy Latief, Chief Executive Officer (CEO) Conclave, salah satu penyedia co-working space mengatakan agar bisnis ini terus tumbuh, perlu ada beberapa syarat.

Pertama tentunya adalah dibutuhkan makin banyaknya co-working space yang bermunculan di Tanah Air.

"Perlu ada kesadaran dari pekerja Indonesia bahwa yang namanya kantor itu sebenarnya tidak 100 persen diperlukan," kata dia ditemui di kantornya, Jl, Wijaya 1 No.5C, Jakarta Selatan, Selasa, 16 Juni 2015.

Menurutnya yang lebih penting dari kantor yaitu bagaimana menciptakan lingkungan yang bisa benar-benar mendukung seorang bekerja secara profesional.

"Dan bagaimana memberikan lingkungan kerja yang kondusif," kata Rendy.

Pria berkacamata ini mengatakan dengan makin banyaknya co-working space di Indonesia menurutnya tidak akan membuat antar penyedia co-working space menjadi 'bemusuhan'. Justru ia malah berpandangan sebaliknya, dengan makin banyaknya co-working space, akan mengembangkan industri yang sedang tumbuh.

"Kita enggak pernah kompetisi dengan co-working yang lain karena masing-masing punya market yang berbeda," ujarnya.

Rendy menyebutkan co-working space Comma (Collaboration Matters) yang berlokasi di Jl. Wolter Monginsidi, Jakarta Selatan merupakan co-working space yang berbasis inkubator, demikian halnya co-working space yang diciptakan oleh Grup Ciputra, juga berfokus pada inkubator.

Startup Indonesia Gembira Bisa 'Naik Haji' ke Silicon Valley

Sementara co-working space besutan Conclave, kata dia, tidak mengkhususkan ke satu jenis saja. Conclave, kata dia, membuka semua jenis pekerjaan, mulai dari desainer, freelancer, pengembang aplikasi, sampai pekerjaan pertambangan.

"Enggak ada kompetitor, makanya akan lebih banyak membantu jika makin ada banyak co-working," ujar dia.

Dia menegaskan selama ini tak merasa memiliki pesaing. Dengan makin banyaknya co-working space yang ada, akan makin mempermudah menyampaikan pesan dan semangat dari bisnis sewa kantor ini.

"Makin mudah sebarkan message bahwa akan terjadi perubahan drastis dari 'ngantor', yaitu lingkungan kerja yang dinamis itu," kata dia.

Dalam menjalankan bisnisnya, Conclave menawarkan kepada pelaku startup perorangan atau tim mendaftar dan memilih salah satu paket sewa ruang kantor dengan beragam fasilitas.

Paket yang ditawarkan yaitu Rp50 ribu per jam, Rp200 ribu per hari, Rp1 juta per 7 hari dan Rp12,5 juta per tim setiap bulan.

Tiap paket memiliki faslitas variatif mulai dari akses ruang kerja, printing, scanning, flee flow espresso, shower room, akses Wi-Fi kabel optik berkecepatan 50 Mbps.

Conclave juga menyediakan ruang auditorium berkapasitas 125 orang dengan harga sewa Rp1 juta per jam dan ruang rapat berkapasitas 10 orang dengan harga Rp250 ribu per jam.

Conclave juga membuka penyewaan ruang untuk meeting harian atau dadakan, sepanjang ruang masih tersedia dengan harga yang bisa menyesuaikan.

Startup yang akan berguru ke markas Google

Enam Startup Indonesia Kembali Berguru ke Markas Google

Ini merupakan gelombang kedua startup Indonesia yang digembleng Google

img_title
VIVA.co.id
9 Agustus 2016