Ansvia Ingin Permudah Komunikasi Internal Perusahaan

CEO PT. Ansvia, Edwin Syarif Agustin
Sumber :
  • Viva.co.id/Mitra Angelia
VIVA.co.id
Zuckerberg: Kuartal Ini Bagus Berkat Video
- Banyak perusahaan kini masih mengadopsi pemberitahuan informasi dengan cara yang manual. Bahkan yang sudah menggunakan kecanggihan teknologi sekali pun. Hal ini menyebabkan infomasi dan akses yang masih terbatas jika di luar lokasi perusahaan, termasuk bentuk website yang membosankan sehingga karyawan enggan mengakses situs perusahaan.

Sering Dibully, Ahmad Dhani: Saya Jadi Tambah Pintar

Sebuah platform milik Enterprise Social Network (ESN) milik PT Ansvia mengklaim bisa memberikan solusi itu semua. Ansvia sendiri merupakan Sebuah perusahaan teknologi yang berfokus dalam bidang riset dan pengembangan teknologi.
Ubahlah Status Anda di Media Sosial


ESN, milik PT Ansvia memiliki kelebihan pada fleksibiltas yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Dilengkapi juga dengan berbagai fitur interaksi seperti chat antarkaryawan, forum sharing knowladge, forum divisi, hingga memudahkan penyimpanan database profil setiap karyawan.

"Sebagai pelopor ESN asli Indonesia, kami ingin membantu perusahaan dalam memaksimalkan komunikasi internal dan mendorong proses komunikasi, kolaborasi, dan berbagai tujuan antarkaryawan maupun divisi secara real-time di area yang aman. Hal ini seiring dengan tujuan memberikan solusi inovarif dan terdepan melalui teknologi bagi perusahaan," ujar CEO PT. Ansvia, Edwin Syarif Agustin pada Selasa, 20 Oktober 2015, di Harum Manis Retaurant, Jakarta Pusat.


Edwin mengatakan, platform tersebut dikerjakan dalam waktu minimum enam bulan. Perusahaan pun bebas menentukan fitur-fitur yang diinginkan sesuai kebutuhan perusahaan.


Sejak peluncuran bulan April lalu, Edwin mengungkapkan sudah dua perusahaan besar yang menggunakan ESN asli buatan Indonesia itu. Yaitu PT Djarum dan Bank Central Asia (BCA).


Sejauh ini, produk ESN mendapatkan respon positif dari para klien. Ke depannya, perusahaan akan terus berinovasi atas teknologi yang kami miliki dan mengarahkan produk ESN ke SaaS (Software as a Service). "Setiap klien dapat membuat produk ESN-nya sendiri. Selain itu, kami juga akan mengembangkan produk-produk modular yang akan menjadi pelengkap bagi website ataupun jaringan sosial untuk klien," jelas Edwin.


Perusahaan pun bebas mengakses ESN, bahkan dalam bentuk aplikasi yang bisa diakses di Android, IOS, ataupun tablet.


Edwin mencontohkan, fitur yang digunakan oleh PT Djarum, menggunakan apa yang dinamakan knowladge sharing. Fitur itu berisi informasi pengetahuan seputar proses pembuatan rokok, tentang tembakau dan lainnya.


"Metode ini karena tidak semua karyawan mengetahui proses pembuatan rokok. Mau diadakan edukasi sebulan sekali, itu pun tidak semua yang datang," Edwin mencontohkan.


Setiap perusahaan pun, kata Edwin, bebas menamakan ESN sesuai yang diinginkan. PT Djarum memberi nama fitur itu dengan 'Di sini Sharing'. Sementara BCA, masih dalam proses pembuatan. Namun diungkap Edwin, namanya adalah 'BCAchitchat'.


Untuk harga, Edwin mengatakan, untuk ESN based, bisa mencapai Rp2 miliar dan modifikasi mencapai Rp5 miliar. Edwin pun mengatakan, ESN tersebut bisa digunakan oleh pemerintahan, sekolah, perusahaan jasa dan layanan, pabrik, sampai asuransi.


"Kita tidak menjual brand tapi menjual sosial. Jadi terserah mereka mau seperti apa," ujar Edwin.


Terkait target, untuk tahun ini, Edwin menyatakan, hanya akan pegang dua perusahaan besar, PT Djarum dan BCA. Kendati mereka sudah memulai sejak April. "Per tahun, kita targetkan empat perusahaan," katanya.


Tampilan Seperti Media Sosial

Edwin menyebut, perusahaan pun bebas memilih tampilan untuk ESN, bisa Seperti Facebook, Twitter, Kaskus dan lainnya. Bahkan dalam tampilan profil pribadi, karyawan bisa membuat status, informasi, yang kemudian bisa direspon oleh karyawan lainnya.


Terkait informasi detail karyawan, Edwin mengatakan, perusahaan bisa meminta tampilan fiturnya seperti apa. Dicontohkan, ketika dulu ia masih bekerja di Yahoo, perusahaan Yahoo dalam ESN nya, meminta Edwin hingga informasi detail, seperti ukuran baju dan sepatu. Lalu, seperti informasi jumlah anak, lengkap dengan foto. Ketika ada penambahan anak, HRD akan mengupdate dan karyawan lain bisa mengomentari.


"Nah, itu saya juga kaget, buat apa, ternyata, suatu saat perusahaan memberikan gift, sesuai dengan ukuran masing-masing karyawan," ujarnya.


Namun, untuk dua perusahaan besar yang menjadi kliennya, Edwin mengaku itu belum diadopsi meskipun PT Djarum kini sudah mulai mengarah itu.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya