Kuasai Pasar Transportasi Online Rusia, Uber-Yandex Merger

Ilustrasi Layanan taksi berbasis aplikasi online, Uber.
Sumber :
  • Reuters/Kai Pfaffenbach

VIVA.co.id – Aplikasi layanan transportasi online, Uber, memutuskan untuk melakukan merger dengan perusahaan teknologi asal Rusia, Yandex, pada Kamis, 13 Juli kemarin.

Mengutip situs Russia Today, Jumat, 14 Juli 2017, Uber telah berinvestasi sebesar US$225 juta (Rp3 triliun), sementara Yandex US$100 juta (Rp1,3 triliun).

Dari hasil merger ini, sebesar 59,3 persen saham perusahaan gabungan milik Yandex, 36,6 persen milik Uber, dan sisanya 4,1 persen untuk karyawan melalui mekanisme MESOP.

Menurut Kepala Eksekutif Yandex, Tigran Khudaverdyan, perusahaan gabungan ini akan beroperasi di Rusia, Azerbaijan, Armenia, Belarus, Georgia, dan Kazakhstan. Adapun untuk Ukraina, Tigran mengaku bukan bagian dari kesepakatan.

Kedua perusahaan ini akan mengoperasikan aplikasi terpadu setelah diresmikan nama barunya. Selain itu, bisnis layanan pengiriman makanan, UberEats, juga akan beroperasi di bekas negara adidaya itu.

Dengan merger tersebut maka berakhirlah 'pertarungan' selama empat tahun kedua perusahaan ini di layanan transportasi online di Rusia.

Negeri Beruang Putih itu menerapkan kebijakan tarif bawah sebesar 99 rubel (US$1,65/sekitar Rp217 ribu), terendah di Eropa.

Tak hanya itu, Uber juga dilaporkan mengalami kerugian terus-menerus di India dan Asia Tenggara, dan saat ini sedang mempertimbangkan merger dengan perusahaan teknologi lokal seperti Ola dan Grab, persis seperti yang dilakukan perusahaan asal AS tersebut di Rusia.

Malaysia Selidiki Akuisisi Grab terhadap Uber
Ilustrasi Layanan taksi berbasis aplikasi online, Uber.

Jangan Coba-coba Bawa Barang Ini Saat Pakai Uber, Langsung Diblokir

Uber mengubah kebijakan layanan. Haram bawa zat ilegal dan terlarang.

img_title
VIVA.co.id
10 Juli 2018