Amerika Serikat Pol-polan Backup Ukraina Tangkal Serangan Siber Rusia

ilustrasi hacker.
Sumber :
  • Unsplash

VIVA Tekno – Rusia belum berhasil menjatuhkan sistem komputer Ukraina dengan serangan siber besar-besaran ketika menginvasi negara tersebut pada Februari tahun ini.

Drone Bunuh Diri Iran Bombardir Suriah, Habisi Nyawa Warga Sipil

Hal tersebut karena bantuan atau backup pol-polan militer Amerika Serikat (AS) yang juga ikut memburu musuh abadinya itu secara online.

Pada awal Desember 2021, sebuah tim kecil militer AS yang dipimpin oleh seorang mayor muda tiba di Kyiv, Ukraina dalam perjalanan pengintaian sebelum pengerahan yang lebih besar. Sang mayor dengan cepat melaporkan bahwa dia harus tinggal di bekas negara Uni Soviet itu.

Putin Resmi Dilantik Jadi Presiden Rusia, Lanjut Menjabat 6 Tahun Lagi

"Dalam waktu seminggu kami sudah menyiapkan seluruh tim di sana untuk berburu," kata salah satu tim, yang dikutip dari laman BBC pada Senin, 31 Oktober 2022.

Mereka datang untuk mendeteksi orang Rusia secara online. Kepala Pasukan Misi Nasional Siber AS Mayor Jenderal William J Hartman mengatakan bahwa mereka tengah melihat situasi dan mengatakan bahwa tim tidak akan pergi meski telah dikatakan bahwa situasi di Ukraina telah berbeda.

Di Forum Parlemen MIKTA, Puan Ingatkan Krisis di Gaza Berdampak pada Stabilitas Global

Mereka tidak gentar, melainkan memperkuat pasukan. Sejak 2014, Ukraina telah menyaksikan beberapa serangan siber paling signifikan di dunia, termasuk yang pertama di mana pembangkit listrik dimatikan dari jarak jauh di tengah musim dingin.

Pada akhir tahun lalu, pejabat intelijen Barat mengamati persiapan militer Rusia dan semakin khawatir bahwa serangan dunia maya yang baru akan disertai invasi, melumpuhkan komunikasi, listrik, perbankan dan layanan pemerintah untuk membuka jalan bagi perebutan kekuasaan.

Komando Siber Militer AS ingin mengetahui apakah hacker atau peretas Rusia telah menyusup ke sistem Ukraina, bersembunyi jauh di sana. Dalam dua minggu, misi mereka menjadi salah satu penyebaran terbesarnya dengan sekitar 40 personel dari seluruh angkatan bersenjata AS.

Kemudian pada bulan Januari mereka memiliki kursi barisan depan ketika Rusia mulai membuka jalan di dunia maya untuk invasi yang akan datang di mana pertahanan dunia maya Ukraina akan diuji, belum pernah terjadi sebelumnya.

Penyusupan jaringan komputer selama bertahun-tahun terutama yang terkait spionase -mencuri rahasia- baru-baru ini semakin dimiliterisasi dan dikaitkan dengan kegiatan yang lebih merusak seperti sabotase atau persiapan perang.

Serangan siber pada sistem komunikasi militer.

Photo :
  • scmp.com

Ini berarti peran baru militer AS yakni 'Berburu Maju', menjelajahi jaringan komputer negara-negara mitra untuk mencari tanda-tanda penetrasi.

"Mereka adalah pemburu dan mereka tahu perilaku 'mangsa' mereka," jelas operator yang memimpin pekerjaan defensif melawan Rusia.

Militer AS meminta beberapa operator untuk tetap anonim dan lainnya untuk diidentifikasi hanya dengan nama depan mereka karena masalah keamanan.

Sejak 2018, operator militer AS telah dikerahkan ke 20 negara, seperti Eropa, Timur Tengah, dan kawasan Indo-Pasifik. Negara-negara seperti Inggris, Jerman atau Prancis, yang memiliki keahlian sendiri, cenderung tidak membutuhkan atau menginginkan bantuan dari luar.

Sebagian besar tentara siber itu telah memerangi peretas negara dari China dan Korea Utara. Namun saat ini Rusia telah menjadi musuh paling gigih. Beberapa negara telah melihat penyebarannya termasuk Ukraina, di mana untuk pertama kalinya serangan dunia maya digabungkan dengan perang skala penuh.

Mengundang militer AS ke suatu negara bisa menjadi hal yang sensitif, bahkan kontroversial di dalam negeri sehingga banyak mitra meminta agar kehadiran AS tetap dirahasiakan. Diketahui bahwa tim juga tidak mengenakan seragam.

Pada bulan Mei, Lithuania mengkonfirmasi mereka baru saja selesai mengerjakan jaringan pertahanan dan hubungan luar negerinya karena kekhawatiran atas ancaman dari Rusia setelah invasi Ukraina dalam waktu pengerjaan tiga bulan.

Kroasia menjadi tuan rumah penyebaran terbaru, "Perburuan itu menyeluruh dan berhasil, dan kami menemukan serta mencegah serangan berbahaya terhadap infrastruktur negara Kroasia," kata Kepala Badan Keamanan dan Intelijen Negara, Daniel Marki.

Marki menambahkan bahwa negaranya dapat menawarkan kepada negeri Paman Sam 'tempat berburu' baru bagi aktor jahat dan berbagi pengalaman dan pengetahuan yang mereka peroleh.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya