UI Berikan Edukasi Stunting di Manggarai Barat

Ilustrasi pemeriksaan stunting
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Rahmad

VIVA – Universitas Indonesia memberikan edukasi mengenai kandungan gizi makanan untuk menekan angka stunting kepada masyarakat Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.

"Selain untuk mencegah peningkatan angka stunting, Program tersebut juga untuk membentuk duta gizi dengan melibatkan masyarakat lokal dan menyejahterakan masyarakat setempat," kata Direktur Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Universitas Indonesia (UI) Agung Waluyo dalam keterangannya yang diterima di Depok, Jawa Barat, Kamis.

Kemenag Bekali Pelatihan Guru dan Pengawasan RA untuk Cegah Stunting Melalui PAUD HI

 Melalu program itu, peserta diharapkan dapat menjadi duta dan kader yang proaktif untuk mencegah peningkatan angka stunting. Kolaborasi ini merupakan wujud komitmen UI dan PT Penjamin Infrastruktur Indonesia (PII) untuk mendukung upaya pemerintah Kabupaten Manggarai Barat mengurangi angka stunting.

Program ini merupakan pengabdian masyarakat UI dengan PT PII dan melibatkan dosen dari multidisplin ilmu, yaitu Program Studi Humas, Program Pendidikan Vokasi, dan Depatemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat sasaran mengenai bahan pangan bergizi yang dapat dengan mudah diperoleh di NTT serta cara pengolahan yang baik agar kandungan gizi terjaga.

Jokowi: Indonesia Succeeded in Reducing Stunting Rate

Tim Pengabdian Masyarakat UI menyampaikan cara memilih dan mengolah bahan masakan sebagai salah satu upaya mencegah stunting.

Ketua Tim Pengabdi UI, yang juga dosen Prodi Humas, Pijar Suciati mengatakan stunting merupakan kondisi gagal pertumbuhan fisik maupun otak akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama, yang mengakibatkan anak stunting lebih pendek dari anak normal seusianya dan memiliki keterlambatan dalam berpikir.

Jokowi Bersyukur Angka Stunting Turun dari 37 Persen Menjadi 21 Persen

"Penyebab stunting adalah rendahnya akses terhadap makanan bergizi, kurangnya asupan vitamin dan mineral, serta minim dalam konsumsi sumber protein hewani dalam jangka panjang," kata Pijar.

Karena itu, edukasi yang diberikan adalah workshop memasak makanan bergizi bagi orangtua dari anak yang mengalami stunting.

Pada workshop memasak juga disampaikan tentang nilai kandungan gizi serta tips cara masak yang baik sesuai standar perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), seperti proses mencuci tangan dan bahan makanan sebelum dimasak. Tim tersebut memberikan materi edukasi berupa video untuk 6 resep masakan bergizi dan kalender edukatif, sehingga dapat terus diulang dan dipelajari setelah kegiatan selesai.

Lebih lanjut Pijar menjelaskan terdapat 6 menu padat gizi yang menjadi materi edukasi adalah tahu kukus daun kelor, bola-bola ikan tongkol/tuna, tumis teri daun kelor, bubur jakeca (jagung, kelor, cakalang), agar-agar kelapa muda gula aren yang disajikan dalam bentuk video dan juga kelendar edukasi.

"Pemilihan jenis pangan tersebut didasarkan pada FGD yang telah dilakukan pada Sepember lalu tentang pola konsumsi masyarakat," ujar Pijar.

Dalam materi edukasi tersebut terdapat resep, kandungan gizi, dan cara memasak yang baik. Di dalamnya tercantum pula resep yang mudah, tetapi padat gizi, antara lain mengandung protein, karbohidrat, maupun serat yang seimbang untuk menjadi menu sehari-hari.

"Dengan pengetahuan yang baik, masyarakat dapat mengoptimalkan sumber pangan yang ada, sehingga anak-anak dapat tumbuh sesuai tahapan perkembangan yang seharusnya," kata Pijar.

Sementara itu Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Manggarai Barat, Drs. Fransiskus S Sodomengatakan bahwa stunting merupakan masalah sosial yang cukup besar di NTT, termasuk di Manggarai Barat, yakni sekitar 15.1 persen dari jumlah balita yang diukur.

"Kami menargetkan angka stunting turun ke 10 persen pada tahun depan," katanya.

Fransiskus sangat senang ketika tim pengabdian masyarakat (pengmas) dari Universitas Indonesia (UI), berkunjung ke Manggarai Barat dan berbagi pengetahuan dengan penduduk setempat terkait dengan masalah stunting.

Kegiatan tersebut dilakukan dengan menggandeng PT Penjamin Infrastruktur Indonesia (PT PII) dalam suatu program yang diberi nama Bergizi dari Bumi Kami di Kantor Bupati, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT).

"Saya berharap kolaborasi ini menjadi kolaborasi yang kuat dan berkelanjutan untuk mewujudkan Indonesia yang sehat dan menghasilkan generasi terbaik untuk masa depan," kata Fransiskus.

Ada dua rangkaian kegiatan yang dilakukan tim pengmas itu, yakni Focus Group Discussion (FGD) Pola Konsumsi Masyarakat (03/09/2021) yang diselenggarakan secara daring dengan melibatkan pemangku kepentingan kunci dari unsur pemerintah, Puskesmas, serta kelompok kerja stunting NTT.

Selain itu ada Program Workshop Memasak Makanan Bergizi (26/10/2021) yang diikuti oleh 25 perwakilan kader Posyandu dan orang tua dari balita stunting. Mereka berasal dari 4 desa/kelurahan, yaitu Desa Gorontalo, Kelurahan Waekelambu, Kelurahan Labuan Bajo, dan Desa Batu Cermin.

Seluruh peserta diharapkan dapat menjadi duta atau agent of change bagi masyarakat sekitar. Workshop dilaksanakan secara hybrid, yaitu luring dan daring melalui aplikasi zoom dan dibuka oleh Fransiskus S. Sodo, Direktur Utama PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero), Muhammad Wahid Sutopo. (ant)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya