Sejarah dan Arti Malam Nisfu Syaban, Malam Umat Muslim Berlomba-Lomba Berbuat Baik

Ilustrasi berdoa
Sumber :
  • Pixabay

VIVA Edukasi  – Umat muslim pasti sudah familiar dengan malam Nisfu Syaban, yang tahun ini diperkirakan akan jatuh pada Selasa, 7 Maret 2023 hingga Rabu, 8 Maret 2023. Malam ini sangat dinantikan oleh umat muslim yang sangat ingin mendapatkan keutamaannya. Malam ini juga disebut sebagai malam pengampunan, lantaran di malam tersebut dipenuhi dengan Rahmat dan kebaikan-kebaikan Allah SWT.

Erick Thohir: Generasi Emas Timnas Indonesia Terus Ciptakan Sejarah Baru

Istimewanya, malam nisfu syaban memang menjadi momen untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan.

Namun, bagaimana sebenarnya sejarah malam nisfu syaban dan apa artinya bagi umat muslim?

Gong Yoo dan Song Hye Kyo Bakal Main Drama Sejarah Bareng

Mayoritas ulama menyebutkan bahwa sejarah nisfu syaban ditandai dengan peristiwa pemindahan kiblat umat Islam dari Baitul Maqdis ke Masjidil Haram.

Ilustrasi ibadah.

Photo :
  • U-Report
Sejarah Tercipta Thomas Cup dan Uber Cup, Sempat Tertunda Gegara Perang Dunia II

Melansir dari buku 1001 Hal yang Paling Sering Ditanyakan tentang Islam karya Ustaz Abu Muslim (2012:189), dalam bahasa Arab, kata nisfu dapat diartikan sebagai pertengahan. Sedangkan kata syaban berarti bulan Syaban. Dengan kata lain, arti nisfu syaban bisa dipahami sebagai pertengahan bulan Syaban.

Adapun waktu berlangsungnya nisfu syaban adalah setiap tanggal 15 Syaban pada kalender hijriah. Saat malam nisfu syaban, setiap muslim dianjurkan untuk berlomba-lomba dalam berbuat kebajikan. Dalam hal ini, maksudnya adalah memperbanyak amalan ibadah sesuai dengan yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad kepada umatnya pada zaman dulu.

Nah, beberapa amalan sunnah yang bisa dilakukan umat muslim, antara lain adalah berpuasa, sholat sunnah nisfu syaban, membaca surat Yasin sebanyak tiga kali, bersedekah, istighfar, dan lain sebagainya.

Malam Nishfu Sya'ban dilakukan pertama kali oleh para tabi'in (generasi setelah Sahabat Nabi) di Syam Syria, seperti Khalid bin Ma'dan (perawi dalam Bukhari dan Muslim), Makhul (perawi dalam Bukhari dan Muslim), Luqman bin 'Amir (al-Hafidz Ibnu Hajar menilainya 'jujur').

Al-Imam Al-Qasthalani (wafat 923 H) menjelaskan awal mula adanya peringatan malam Nisfu Sya'ban dalam kitabnya Al-Mawahib Al-Laduniyah sebagai berikut: "Tabi'in tanah Syam seperti Khalid bin Ma'dan dan Makhul, mereka bersungguh-sungguh dalam beribadah pada malam Nisfu Syaban.

Dari mereka inilah, orang-orang kemudian ikut mengagungkan malam Nisfu Syaban. Dikatakan, bahwa telah sampai kepada mereka atsar israiliyat (kabar atau cerita yang bersumber dari ahli kitab, Yahudi dan Nasrani yang telah masuk Islam) tentang hal tersebut.

 Kemudian ketika perayaan malam Nisfu Syaban viral, orang-orang berbeda pandangan menanggangapinya. Sebagian menerima, dan sebagian lain mengingkarinya. Mereka yang memgingkari adalah mayoritas ulama Hijaz, termasuk dari mereka Atha' dan Ibnu Abi Malikah. Abdurrahman bin Zaid bin Aslam dari kalangan fuqaha' Madinah menukil pendapat bahwa perayanan malam Nisfu Sya'ban seluruhnya adalah bid'ah. Ini juga merupakan pendapat Ashab Maliki dan ulama selainnya."

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya