Kutukan Juara Hantui Skuat Muda Nan Luarbiasa Jerman
- REUTERS/Carl Recine
VIVA.co.id – Pluit panjang ditiup wasit Mirolad Mazic. Seluruh pemain timnas Jerman pun langsung meluapkan kegembiraan di Zenit Arena, St Petersburg, Senin dinihari 3 Juli 2017.
Der Panzer memastikan gelar juara Piala Konfederasi 2017 usai menang tipis 1-0 atas Chile di laga final. Gol tunggal kemenangan Jerman dicetak Lars Stindldi menit 20.
Ini menjadi keberhasilan pertama Jerman menjuarai turnamen yang mempertemukan para jawara antar benua ini. Dari total tiga kali keikutsertaan, baru kali ini Jerman bisa juara.
Sebelumnya, pencapaian terbaik Jerman hanya menjadi peringkat ketiga. Terjadi pada Piala Konfederasi 2006, saat Jerman yang masih dilatih Juergen Klinsmann berstatus tuan rumah.
Keberhasilan ini juga jadi modal bagus Jerman jelang Piala Dunia 2018. Sebab Jerman punya misi besar mempertahankan gelar juara yang berhasil mereka raih di Piala Dunia 2014.
"Anda bisa merasakan semangat juara di tim ini (meski didominasi pemain muda). Itulah mengapa saya merasa kemenangan ini sangat pantas kami raih," ujar Loew dilansir situs resmi FIFA.
"Juara di ajang ini bukan jaminan akan bisa menang mudah di Piala Dunia tahun depan. Tapi Jerman membuktikan punya kemampuan untuk mempertahankan gelar juara dunia," katanya.
Selanjutnya: Banjir Talenta di Skuat Jerman
Banjir Talenta
Ada yang spesial dari sukses Jerman di Piala Konfederasi 2017. Sebab, berbeda dengan tim lain yang mengerahkan kekuatan penuh, Jerman malah melakukan perjudian.
Dianggap hanya sebagai pemanasan jelang Piala Dunia 2018, pelatih Jerman Joachim Loew lebih banyak menurunkan pemain muda. Sementara para pemain senior justru disimpan.
Loew mengistirahatkan beberapa pemain bintangnya. Seperti Manuel Neuer, Mesut Oezil, Marcus Reus dan Mats Hummels. Loew juga membawa enam pemain baru di ajang ini.
Tak heran jika kekuatan Jerman sempat dipandang sebelah mata. Tuan rumah Rusia juga kecewa dengan kebijakan Jerman yang dinilai akan menurunkan pamor turnamen ini.
Namun timnas Jerman punya alasan. "Prioritas pertama kami adalah mengembangkan tim dan kemudian meraih gelar," kata Manajer timnas Jerman Bierhoff sebelum turnamen dimulai.
"Turnamen seperti ini sangat berharga untuk pengembangan pemain. Baik secara tim atau individu. Juga bisa menjadi kesempatan kita mengukur kemampuan kita. Yang terpenting adalah kami bisa membangun pemain," katanya.
Meski sempat dipandang sebelah mata, para pemain muda Jerman mampu mencuri perhatian. Mereka sukses ke semifinal dengan berstatus juara grup B.
Tidak hanya itu, mereka juga menjadi juara dengan meyakinkan, usai menaklukkan Meksiko 4-1 di semifinal serta Chile 1-0 di laga pamungkas, akhir pekan lalu.
Perjudian membawa berkah bagi Loew. Sebab kini dia memiliki banyak pemain siap pakai yang akan dia gunakan di Piala Dunia 2018 nanti. Sesuatu yang sempat dijadikan lelucon oleh Loew.
Dia melempar lelucon akan mempertahankan skuat muda ini. Sementara para pemain senior yang ditinggal seperti Mesut Oezil Cs hanya akan dipanggil beberapa nama saja.
"Lucunya, kini saya memikirkan siapa saja bintang yang tidak ikut serta di ajang ini akan saya masukkan di skuat untuk Piala Dunia tahun depan," kata Loew dilansir Mirror.
"Saya serius, kini kami memiliki banyak alternatif setelah memberikan kesempatan kepada para pemain muda di ajang seperti ini (Piala Konfederasi 2017)," tuturnya.
Pernyataan Loew bukan tanpa alasan. Sejumlah bintang muda Jerman mencuat di ajang ini. Seperti Julian Draxler, Timo Werner, Joshua Kimmich, Lars Stindl hingga Andre ter Stegen.
"Saya sangat bangga dengan tim ini, yang baru bermain bersama selama tiga pekan. Ini adalah kemenangan yang ajaib. Hasrat mereka ingin juara sangat mengesankan saya," katanya.
Selanjutnya: Sejarah Kelam Para Juara Piala Konfederasi
Dihantui Kutukan
Berstatus juara Piala Dunia 2014 dan Piala Konfederasi 2017 tentu saja mengangkat kepercayaan diri Jerman jelang berlaga di Piala Dunia 2018 di Rusia.
"Sebelum final, Arturo Vidal (bintang Chile) mengatakan, tim yang menjuarai Piala Konfederasi menjadi tim terbaik di dunia," kata Loew dilansir Mirror.co.uk.
"Jadi, keberhasilan ini (juara Piala Konfederasi) menandakan bahwa Jerman masih yang terbaik di dunia. Apalagi ini diraih dengan skuat muda," lanjutnya.
Memang, banyaknya pemain berbakat juga menjadikan Jerman menjadi favorit kuat juara sekaligus mempertahankan gelar juara di Rusia tahun depan.
Hanya saja, Jerman patut waspada. Sebab status juara Piala Konfederasi kerap dihantui kutukan buruk. Kutukan yang bisa merusak ambisi mereka mempertahankan gelar juara.
Seperti dilansir Sports Illustrated, ada kutukan yang selalu menaungi para juara Piala Konfederasi. Mereka selalu gagal di Piala Dunia setahun kemudian.
Sejak dihelat secara resmi pada 1997, jawara Piala Konfederasi selalu keok di Piala Dunia setahun berselang. Kutukan ini dialami Brasil, Prancis dan Meksiko.
Contoh termutakhir dialami Brasil yang juara di Piala Konfederasi 2013. Brasil juara dengan meyakinkan usai membantai juara Piala Dunia 2010, Spanyol dengan skor 3-0 di final.
Dan hasil tragis dipetil Brasil setahun berselang. Mereka terdepak di Piala Dunia 2014 dengan hasil memalukan usai dihajar 1-7 oleh Jerman di semifinal.
Layak disimak, apakah Jerman akan menjadi korban selanjutnya kutukan juara Piala Konfederasi? Atau mereka bisa mengakhiri kurukan yang sudah berlangsung dua dekade ini.