Bangga, Sarung Tenun Lokal Sukses Mendunia
- Instagram BHS
VIVA – Bagi yang tumbuh di lingkungan muslim, sarung merupakan salah satu busana yang biasa digunakan untuk kegiatan beribadah. Bahkan di beberapa kalangan masyarakat, fungsi sarung tidak hanya untuk beribadah, tetapi juga untuk acara adat, bersantai, bahkan acara sakral dalam pernikahan.
Ya, sarung memang memiliki keistimewaan bagi masyarakat Indonesia. Terlebih untuk kategori sarung tenun yang memiliki kemewahan dan keunikannya tersendiri, yang biasanya dinilai dari beberapa komponen seperti mutu bahan, pola, kaya motif, tata warna, serta komponen lainnya.
Sarung tenun buatan tangan perajin dalam negeri, adalah sarung BHS. Sejak 1953, sarung ini telah berpengalaman sebagai produk sarung premium. Bahkan, kualitas sarung lokal ini telah diakui tak hanya di pasar nasional, tapi juga internasional.
Baca juga: Khasiat Daun Jinten, Jaga Imunitas untuk Cegah COVID-19
Haikal Bahasuan, Direktur Marketing PT Behaestex, menjelaskan produk sarung tenun ini memiliki beberapa kelas, antara lain Masterpiece, Signature, Royal, Excellent dan Classic.
Dari kelima kelas ini, terbagi lagi dalam proses teknik pembuatannya. Ada yang menggunakan teknik tenun ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) dan ada yang ditenun dengan perpaduan seni dan teknologi modern.
"Adapun sarung yang ditenun tangan (ATBM) adalah kelas masterpiece, signature dan royal. Motif sarung dihasilkan dari kombinasi bahan premium cotton mercerized, serta tumpal letter BHS mendatar dengan benang songketan, menghasilkan motif yang unik dan membentuk pola berulang dalam sebuah sarung," ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa 6 Oktober 2020.
Yang membuat kelas masterpiece berbeda dari signature, yaitu dari motifnya yang eksklusif dan terbatas, salah satu contoh motifnya adalah Songket Gunung Agung. Untuk motif masterpiece yang tidak kalah menarik lainnya, yaitu Songket Ikat Fantasi, Songket Gunung Exclusive, dan Songket Gunung Fantasi.
Untuk kelas signature sendiri, memiliki motif Songket Ikat Nusantara dan Songket Gunung Crepe. Sedangkan, untuk kelas royal memiliki motif Songket Gunung, Songket Eksklusif, Ikat Timbul Gambiran dan motif lainnya.
“Beberapa kelas sarung ini menentukan perbedaan harga hingga tingkat kerumitan motifnya. Waktu produksinya antara satu hingga dua bulan tergantung tingkat kerumitan motifnya. Semakin rumit, tentu membutuhkan waktu yang relatif yang lebih lama dan butuh keterampilan khusus. Namun, desain motif yang rumit mempunyai daya tarik tersendiri dan menambah nilai dari sarung tersebut," lanjut dia.
Untuk sarung yang ditenun dengan karya seni dan perpaduan mesin teknologi modern adalah kelas excellent dan classic. Komposisi untuk kelas excellent menggunakan bahan cotton mercerized blend dan tumpal letter vertikal dengan benang kembangan.
"Kelas ini hadir dengan berbagai motif di antaranya Crepe Songket Ikat, Kawung, Songket dan motif lainnya. Sedangkan untuk kelas Classic komposisi bahannya menggunakan Viscose Blend, dan tumpal letter vertical dengan benang kembangan. Di kelas ini juga hadir berbagai motif, di antaranya Songket Crepe Gerimis, Kawung Dobby, Songket, Jacquard Songket, dan motif lainnya," tutup Haikal Bahasuan