Tapak Kehidupan Anniesa Hasibuan

Anniesa Hasibuan
Sumber :
  • Viva.co.id/Linda Hasibuan

VIVA.co.id – Butik cantik nan megah dengan dominasi warna emas, dan arsitektur serta furniture mewah bak istana raja yang berlokasi di Kemang, Jakarta Selatan, menjadi satu saksi perjalanan karier seorang desainer muda yang sempat dipertanyakan kualitasnya, namun berhasil menjawabnya dengan mengharumkan nama bangsa.

Tanpa banyak kata, Anniesa Desvitasari Hasibuan atau dikenal dengan Anniesa Hasibuan membuktikan dengan karya luar biasa. Wanita berusia 30 tahun ini berhasil menorehkan sejarah di New York Fashion Week (NYFW) Spring/Summer 2017 di The Dock, New York, Amerika Serikat pada September 2016 lalu sebagai desainer pertama yang berhasil membawa koleksi busana muslim secara utuh, termasuk hijabnya ke salah satu gelaran mode prestisius sejagat.  

Bahkan, karya megahnya bertajuk D'Jakarta mendapat standing ovation lebih dari 1.500 orang tamu yang hadir di sana. Sosoknya dalam sekejap mencuri perhatian publik dunia. Anniesa menjadi 'santapan lezat' media fesyen, di antaranya Teen Vogue, Pop Sugar, dan Elle.

Untuk berada di sana dan karyanya diakui dunia, istri Andika Surachman ini mencapainya dengan peluh dan air mata. Dia memulai karier dari kesulitan, tanpa latar belakang pendidikan fesyen, putus kuliah karena tak punya biaya, berjualan pulsa hingga tinggal di rumah petak sewaan.

Dan saat ditemui, wanita ramah berdarah Sumatera yang baru saja pulang dari pameran busana di Doha, Qatar tersebut mau berbagi kisahnya mulai dari bukan siapa-siapa menjadi istimewa kepada VIVA.co.id. Berikut petikan wawancaranya. 

Anda baru saja menggelar fashion show di Doha (Mercedes Benz Fashion Show), bagaimana ceritanya?

Tawaran ikut acara ini datang saat aku baru pulang dari New York Fashion Week (NYFW). Aku dikirimi email oleh CEO acara itu pada Oktober lalu untuk menjadi guest designer yang berpartisipasi di Mercedes Benz Fashion Week Doha pada 28-30 November 2016.

Alasan mereka mengundang aku dalam acara tersebut dan juga memberikan fasilitas lebih dari cukup --memberi akomodasi dan tiket tim Anniesa Hasibuan--, karena mereka suka melihat koleksi dan prestasi aku di NYFW pada September lalu. Dalam acara fesyen di Doha, aku tampil di hari ketiga, sebelum desainer terakhir.

Bagaiman persiapannya dan koleksi yang dibawa?

Setiap fashion show, aku harus tahu dan mempelajari terlebih dahulu market negara itu. Waktu di New York, aku lebih fokus ke koleksi siap pakai (ready to wear) karena market mereka banyak sekali untuk koleksi ini. Sementara di Doha, Qatar setelah beberapa kali survei dan melihat pasar, masyarakat di sana suka pakaian yang lebih luxe. Jadi, aku putuskan untuk membawa koleksi yang glamor, dan penuh dengan detail.

Aku membawa 15 koleksi bertema Royal Paradise. Koleksi ini terinspirasi dari keanggunan bangsawan, kerajaan, ningrat dengan warna-warna alam, seperti warna langit, bumi, laut, matahari terbenam dan natural. 

Dan koleksi itu bentuknya long dress, abaya luxury, ball gown, outerwear, jumpsuit, dan cape. Touching terakhir, aku pakai ball gown khusus untuk (gaun) bridal karena pasar untuk bridal di sana total sekali, kalau mewah, mewah sekali. Jadi, aku mempromosikan (gaun) bridal di koleksi terakhir.

Material dari koleksi ini menggunakan brokat dan sedikit bahan-bahan basic, seperti silk, organza, sequin, sifon, tulle. Aku banyak main di brokat dan 3D lace. Brokat aku mainkan di payet. Detailnya menggunakan kristal dan mutiara sebagai simbol paradise. Dan proses kreatifnya kurang lebih satu setengah bulan.

Bagaiman sambutan masyarakat Doha terhadap koleksi Royal Paradise?

Sambutannya baik, mereka mengapresiasi karya aku. Mereka mengaku tahu aku dari New York Fashion Week. Jadi selama tiga hari, dari hari pertama sampai hari terakhir, MC-nya selalu meng-announce nama aku. Mereka mengatakan kagum dan appreciate, karena aku berani menampilkan gaun lengkap dengan hijab di New York Fashion Week.  

Dua Designer Indonesia Akan Unjuk Gigi di FOMA 2019

Dan alhamdulillah dengan adanya event kemarin, ada buyer dari Doha, Qatar mengundang aku untuk melakukan survei ke salah satu store yang lagi happening sekali di sana, namanya Blue Salon. (Blue Salon merupakan salah satu retail di Doha yang khusus menjual barang dan fesyen ekslusif dan mewah).

Aku sudah survei ke store tersebut dan semua koleksinya glamor. Jadi, koleksi Royal Paradise yang aku bawa ke sana memang tepat.

Mengenang Karier Si Pendobrak Mode Robby Tumewu di Industri Fesyen

Apa setelah itu ada tawaran kerja sama dari Blue Salon?

Sekarang masih proses. Mereka sudah datang ke fashion show aku waktu di Doha. Sebenarnya sebelum show, aku sudah diundang ke store mereka, jadi ketika show, mereka datang dan melihat koleksi Royal Paradise.

Konser Natal, Gwen Stefani Kenakan Gaun Rancangan Desainer Indonesia

Setelah aku pulang ke Jakarta, kami  proses saling mengirim email. Kalau rezeki, aku mungkin diberi kesempatan untuk memasukkan (koleksi) ke store itu. Mungkin dalam waktu dekat (keputusannya), karena mereka juga ingin secepatnya.

Harga koleksi Royal Paradise US$3.000 sampai US$5.000 atau sekitar Rp40 juta sampai Rp67 juta untuk satu baju, tergantung tingkat kesulitannya. Harga koleksi Royal Paradise di Doha sama dengan di Indonesia.

Selain permintaan untuk koleksi Royal Paradise, mereka juga meminta outer, long cardigan agak gombrong namun nyaman. Tapi mereka meminta sentuhannya sedikit lebih glamor.

Kesempatan Anda diundang ke Doha karena prestasi di NYFW, bagaimana Anda bisa tampil di pekan mode paling prestisius di New York itu?

Itu prosesnya panjang. Awalnya aku ikut New York Couture Week pada September 2015 dan Februari 2016. Aku tidak langsung loncat ke NYFW, semuanya step by step.

Aku juga pernah tampil di Istanbul Modest Fashion Week 2016 dan mendapat penghargaan untuk koleksi couture paling kreatif, artistik dan rumit dari GSF Awards Cannes Gala. Pihak NYFW mengenal aku dari event-event couture yang pernah aku ikuti tersebut.

New York Couture Week adalah event yang sangat berpengaruh, meski levelnya tidak sama dengan NYFW. Tapi juga diperhitungkan, karena mereka punya media event dan banyak partner. Dan mungkin alasan aku bisa masuk ke NYFW, karena referensi dari event couture tersebut.
 
Di NYFW aku membawa 48 koleksi D’Jakarta, di mana 38 koleksi ready to wear dan 10 koleksi couture. Koleksi ini terinspirasi dari gaya busana penduduk Indonesia, khususnya Jakarta yang unik dan bervariasi, dengan kisaran harga Rp3,4 juta sampai Rp10,8 juta.

Aku mempersiapkan koleksi D'Jakarta untuk NYFW sekitar enam bulan, karena ini pertama kalinya aku mengeluarkan koleksi ready to wear yang detail. Dalam prosesnya, banyak orang yang terlibat, tenaga magang ada sekitar 5-10 orang, tim produksi lebih dari 10 orang.

Kendala apa yang Anda hadapi ketika menciptakan koleksi perdana untuk NYFW?

Kendalanya, aku harus bolak balik revisi kalau ada baju yang tidak sesuai dengan keinginanku. Jadi, ada baju yang sudah jadi, tapi harus dirombak karena ada yang kurang.

Sebenarnya merombak-rombak baju itu biasa. Apalagi ini untuk fashion show besar, karena aku ingin yang terbaik.

Bagaimana perasaan Anda ketika mendapat standing ovation lebih dari 1.500 tamu?

Saat maju di panggung, aku nervous. Terharu, bahagia. Sama sekali tidak membayangkan. Padahal sebelumnya, koleksiku hanya akan ditampilkan di galeri, tapi ketika pihak NYFW melihatnya, mereka minta untuk ditampilkan di The Dock.

Bagaimana efek dari prestasi di NYFW terhadap bisnis fesyen Anda?

Impact NYFW itu sangat luar biasa, worth it, value bisnisnya dan branding-nya dapat. Apa yang kita kerjakan di NYFW itu tidak sia-sia, ada hasilnya.

Dan setelah NYFW, permintaan koleksi ready to wear membludak. Sedangkan sebelum ikut NYFW, banyak permintaan untuk rental costum made untuk wedding.

Berapa banyak pesanan dari luar negeri untuk koleksi D'Jakarta setelah fashion show di sana?

Alhamdulillah bikin aku pusing ngurusin ordernya. Kalau dari Turki ada order 2.000 pieces per bulan, belum dari New York, London, Swiss, dan negara lain, mereka minta PO (preorder). Tapi yang aku deal-kan, yang mau beli putus (langsung bayar), aku enggak mau konsinyasi (sistem titipan) untuk market luar negeri.

Sedangkan, untuk market dalam negeri, Insya Allah akan ada produk Anniesa Hasibuan mulai dari koleksi D'Jakarta dan lainnya di beberapa store prestisius di Jakarta. Pada bulan Desember, ada koleksi Anniesa Hasibuan yang akan launching di salah satu store.

Koleksi couture atau ready to wear yang banyak diminati?

Untuk Turki adalah ready to wear dari koleksi D'Jakarta. Sedangkan New York itu ada toko fisik, bukan online, sehingga ada beberapa koleksi couture selain ready to wear.   

Di New York, koleksi Anniesa Hasibuan ada di Indonesia Fashion Gallery, yang beralamat di 108 East 32 Street, Park Avenue sejak 14 September 2016. Untuk Turki, kita masih dalam rencana, belum tahu kapan pastinya (buka toko fisik), tapi kita sudah bekerja sama dengan e-commerce Turki (modanisa.com).

Sampai sekarang New York dan Turki itu sedang berjalan tapi kalau dealing ada dua atau tiga negara lagi, karena masih perlu proses. Dan untuk memperluas pasar, aku bersama tim melakukan promosi baik melalui media sosial, website kami, mengikuti pameran fesyen dan memenuhi undangan di dalam dan luar negeri, termasuk undangan dari pemerintah daerah.
 
Untuk koleksi ready to wear di pasar Indonesia, berapa kisaran harganya?
 
Ready to wear yang dijual di Indonesia dengan range dari Rp600 ribu, Rp800 ribu, Rp900 ribu sampai Rp2 juta. Harga itu masih standar jika dibanding brand lainnya di Indonesia. Itu harga bersaing. Meski harganya lebih murah dibanding koleksi lainnya, kita juga jaga kualitasnya.

Ready to wear yang ditampilkan adalah potongan basic, yang loose basic, outer, long cardigan, dan jaket di NYFW. Selain itu, blazer dan basic, seperti daleman dan long dress.

Sementara kalau yang koleksi couture, untuk yang costumize itu harganya sekitar Rp35 juta. Sedangkan untuk rental wedding gown sekitar Rp15 juta sampai Rp20 juta.

Anda tidak memiliki latar belakang pendidikan fesyen, bagaimana Anda bisa terjun ke bisnis ini?

Aku punya hobi mendesain pakaian. Dari hobi tersebut menjadi kebutuhan dan mulai berbisnis. Aku baru sekitar dua tahun jadi desainer, sekitar awal 2015.

Aku pernah ikut kursus fesyen di London hampir satu minggu. Belajar basic, selama 6-7 jam sehari. Jadi, basic fashion designer aku dapat ilmunya dari kursus ini. Dan kalau ada waktu, aku ingin sekolah fesyen tapi yang short course saja.

Bagaimana perjalanan karier Anda?

Banyak kendala yang dihadapi. Orang mungkin melihat cuma enaknya saja, aku memiliki suami yang orang bilang sukses di bisnisnya (First Travel), padahal semuanya membutuhkan banyak perjuangan dan air mata.

Aku hanya lulusan SMA, sempat kuliah di Universitas Indonesia (UI) hanya sampai semester III, kemudian putus karena tidak punya uang. Karena kebutuhan, setelah meninggalnya ayah, aku sebagai anak pertama bersama suami menjalani berbagai macam bisnis, mulai jualan pulsa dan hamburger. Itu sekitar delapan tahun lalu setelah putus kuliah.

Aku berpikir bagaimana harus menyambung hidup, sehingga apapun aku jalani meski jualan asalkan halal. Aku enggak malu, yang penting niat untuk keluarga dan masa depan. Kami bahkan, pernah berbagi mi instan dan menyewa rumah petak.

Aku basic-nya pengusaha, almarhum ayahku adalah pengusaha. Aku diajarkan ketika berada di posisi enak dan sulit. Aku pernah merasakan semuanya.

Sampai akhirnya kami membuka bisnis travel murah, First Travel pada 2008 yang alhamdulillah berkembang. Kemudian, setelah aku sempat hamil dan keguguran, suami membebaskan aku melakukan apapun yang aku suka dan karena aku hobi mendesain baju, aku mulai melakukannya hingga sekarang.

Di awal karier, apa Anda pernah mendapat perlakuan tidak menyenangkan?

Banyak omongan miring, tapi bagiku tidak apa-apa. Mereka bebas berbicara apapun dan kapan pun. Kita tunjukkan dengan karya dan tidak ada yang menyangka kalau aku akhirnya bisa tampil di event dunia hingga ke NYFW.

Kita hidup di tengah media sosial, banyak bully-an. Ketika kita adalah pendatang baru dan masuk ke dunia yang masih awam, pasti akan banyak bully-an, komentar negatif. Tapi kita tanggapi secara positif saja. Kita harus berpikir positif dan open minded dengan hal-hal yang baru.

Aku pernah putus asa, tapi bangkit karena di-support dan diberi semangat oleh suami. Katanya, "Kalau sudah maju, jangan mundur. Jiwa pebisnis tidak seperti itu (putus asa)".

Dari tim juga mendukung. Mereka mengatakan untuk tidak mendengar omongan-omongan negatif dan tetap fokus mencapai tujuan. Aku juga mendapat dukungan, perhatian, bimbingan dan arahan dari desainer Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI). Mereka saling mendukung, seperti keluarga dan membuat nyaman. Itu alasanku memilih jadi anggota APPMI.

Apa Anda sudah merasa sukses?

Orang lain yang menilai. Aku masih merasa biasa-biasa saja, ya kalau ingin baju, ya bikin. Menurutku sebagai pengusaha, sukses itu ketika perusahaan yang dimilikinya mampu bertahan selama mungkin, settle. Aku jadi desainer baru dua tahun, belum ada apa-apanya.

Perusahaan suamiku sudah berjalan delapan tahun juga masih belajar, belum bisa dikategorikan sukses. Waktu yang akan menjawab, apakah dapat me-settle-kan keluarga dan karyawannya, juga bertahan lama.     

Siapa inspirator Anda sebagai desainer dan pengusaha?

Aku suka Louis Vuitton, Chanel, Dior. Mereka perusahaan fesyen yang sudah sangat lama berdiri tapi bisa stay dan dikenal di seluruh dunia sampai sekarang. Itu amazing sekali. Banyak yang bisa aku pelajari dari mereka.

Soal koleksi Anda dikenal sangat megah, mewah dan rumit, insiprasinya dari mana?

Itu sebenarnya tergantung mood dan inspirasi bisa datang dari mana saja. Dan untuk mengembalikan mood, aku biasanya makan, tidur, nonton, traveling, mengurus keluarga.

Tapi kalau couture, aku terinspirasi fairy tale princess Disney. Semua anak perempuan suka Disney, aku juga suka sejak kecil. Kalau detail rumit, diciptakan dengan tangan karena aku suka sekali handmade, terlihat sangat berseni.

Aku juga ingin membuat baju yang 'bernyawa', sehingga aku kerjakan benar-benar dari awal proses sampai jadi dan aku akan revisi kalau tidak sesuai. Aku juga pilih model yang bisa masuk jiwanya dengan baju yang aku ciptakan.
 
Setelah dapat modelnya, aku akan pilih lagu untuk catwalk. Kalau lagu tidak cocok, aku minta ganti untuk mendapatkan feel-nya. Aku ingin orang yang melihat karya dan show aku menjadi terkesan, bisa menikmati show feeling stage sekaligus keindahan karya seni.

Siapa saja pelanggan Anda di Indonesia?

Banyak di Jakarta hingga luar Jakarta. Ada juga selebriti, seperti Julia Perez, Terry Putri, Reza Artamevia, Zaskia Gotik. Mereka pakai ready to wear dan couture. Sementara kalau pesanan dari luar daerah banyak dari Kalimantan, Sulawesi, Lampung, Jawa dan Sumatera.

Apa target atau fokus Anda tahun depan?

Enggak mau muluk-muluk, sesuai dengan permintaan saja. Fokus ke ready to wear supaya bisa dipasarkan ke seluruh Indonesia. Masa jualan di luar negeri sampai 2.000 pieces, tapi di Indonesia enggak bisa. Kita juga ingin memajukan perekonomian daerah.

Sekarang aku juga lagi fokus menyiapkan NYFW The Show untuk bulan Februari 2017. Sekarang sedang menyusun konsep, proposal karena sponsor sudah mulai mau bergabung.

Tips untuk desainer yang ingin seperti Anda?

Ketika ingin memulai sesuatu, kita tidak boleh takut, tidak boleh minder dengan kemampuan yang dimiliki, harus berani, percaya diri. Kalau sudah percaya diri, kreativitas akan mengalir sendiri. Kita jangan dipenjarakan oleh rasa minder.

Kita juga harus pintar melihat peluang sekecil apapun. Pintar membawa diri dan menjaga sikap, terpenting attitude bergaul dengan siapa pun, baik senior maupun junior. Kita sama-sama manusia, saling menghargai. Kita hargai karya mereka, mereka juga menghargai karya kita.

Optimistis Indonesia bisa menjadi kiblat fesyen muslim dunia tahun 2020?

Sangat bisa sekali karena perkembangan fesyen di Indonesia, khususnya modest wear sangat berkembang, ditambah aku maju di NYFW pada September lalu membuat satu langkah bagi Indonesia menuju kiblat fesyen muslim dunia.

Mereka melihat keberanian aku menampilkan hijab di sana sebagai nilai sendiri untuk menuju target Indonesia tersebut. Ini bukan aku yang bilang tapi beberapa berita internasional yang memberitakan NYFW. Tapi aku dan desainer lain juga butuh support dari pemerintah dan teman-teman desainer lainnya untuk mencapai target tersebut. Kita harus bekerja sama.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya