Tampil Modis dengan Kain Tenun ala Dian Sastro

Dian Sastro
Sumber :
  • instagram.com/therealdisastr

VIVA.co.id – Sebagai kain tenun tradisional, perlahan namun pasti, tenun Sumba kian ditinggalkan oleh generasi muda. Itu karena mereka menganggap kain tradisional identik dengan orang tua.

Dipamerkan di NYFW, Koleksi Mamuli Sumba Dipersembahkan untuk Para Penenun Wanita

Atas keprihatinanya itu, aktris Dian Sastro menaruh perhatian khusus terhadap kain tenun Sumba. Dalam kunjungannya ke Sumba, Nusa Tenggara Timur beberapa waktu lalu, wanita berusia 35 tahun ini gencar mempromosikan kain tradisional bernilai tinggi tersebut.

Salah satu alasan Dian turut mempromosikan tenun Sumba, selain karena rasa cintanya pada kain tradisional, juga sebagai bentuk apresiasi kepada para kelompok penenun yang terus merawat dan melestarikan tenun Sumba agar tidak lapuk termakan zaman.

Amanda Eyklima Perkenalkan Kain Tenun Suku Baduy di Mongolia

"Yang saya lakukan adalah agar tenun ini menjadi tren. Dengan begitu perekonomian para penenun bisa kembali terangkat, karena mereka bisa berdaya kalau kain mereka diapresiasi dan juga dibeli," kata bintang Ada Apa dengan Cinta? itu di Jakarta, Selasa, 8 Agustus 2017.

Dian sendiri sengaja menggunakan media sosial untuk gencar mempromosikan tenun Sumba dan juga mengenakannya dalam beberapa kesempatan dengan memadukannya dengan busana lain, seperti kain tenun dipadukan dengan blus atau kaus polos. Cara ini dipercaya bisa mendekatkan tenun Sumba kepada generasi muda.

Mantap, Sarung Tenun Samarinda Dibeli Hj Iriana Jokowi dan Hj Wury Ma'ruf Amin

Sedangkan Chitra Subiyakto, seorang fashion stylist juga turut menjaga agar tenun Sumba tak ditinggalkan. Sesuai dengan latar belakang profesinya, Chitra punya cara sendiri agar tenun ini bisa tetap tampil kekinian dan tetap modis dikenakan ke setiap acara.

Salah satunya dengan memadukan tenun Sumba dengan busana-busana terkini. Menurut dia, salah satu yang menjadi kunci dalam padu padan tenun Sumba ialah tali dan juga pita.

"Kain itu ditekuk keluar, paling dasar, dilipat seperti pakai kain biasa, sepertiga dikeluarkan jadi ada dua lapis, ini khas Sumba. Kalau ada tali, gerakan sudah nyaman," ucapnya.

Selain itu, bisa juga menggunakan stagen yang ditumpuk di atas kain yang diikat dengan cara sebelumnya, atau sebagai alternatif menggunakan ikat pinggang. Padu-padan ini bisa dilakukan dengan celana jeans atau celana lainnya.

Sementara untuk digunakan sebagai atasan, kain diikat di atas dada dan disilangkan ke belakang leher, baru kemudian menggunakan jaket atau outer. Untuk dalamannya bisa menggunakan kaus atau tank top.

"Jangan merasa bingung, tali dan pita membantu," kata Chitra.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya