Kisah Wanita Selamat Setelah Diajak Bunuh Diri Ibunya

Ibunda Bertha Loaiza (kiri), Bertha dan keluarganya (kanan)
Sumber :
  • Facebook

VIVA – Bertha Loaiza tumbuh dengan perasaan duka kehilangan ibunya. Ia tak pernah tahu kebenaran mengejutkan mengenai bagaimana ibunya meninggal, atau fakta bahwa ibunya hampir membawa serta dirinya mengakhiri hidup.

Cerita Perjuangan TikTokers Sasya Livisya, Sering Dapat Hate Comment karena Penampilannya

Bertha yang kini berusia 37 tahun tumbuh dengan pikiran bahwa ia kehilangan ibunya karena kecelakaan mobil. Kecelakaan yang juga hampir mengakhiri hidupnya. Ia tidak ingat terjatuh dari ketinggian 75 meter di Jembatan Coronado di San Diego, California, karena ia baru berumur tiga tahun saat itu. Tapi, 14 tahun kemudian, ketika ia mengetahui kebenarannya, hal itu mengubah hidupnya.

Ketika Bertha berusia 17 tahun, dikutip dari laman Reader's Digest, dia sedang membersihkan rumah saat menemukan kaset VHS tanpa label. Dia memasukkannya ke dalam mesin.

Izin Menginap di Kantor Polisi, Pria Tuban Ini Ternyata Baru Membunuh Istrinya

"Itu sebuah berita malam mengenai apa yang terjadi 14 tahun silam. Mereka mengatakan saya orang satu-satunya yang selamat setelah jatuh dari jembatan itu. Saya mengenali diri saya sendiri, mereka memperlihatkan saya yang masih prasekolah," cerita Bertha.

Berita itu kemudian mengabarkan suatu sore yang berkabut di hari Minggu tahun 1985, saat ibu Bertha yang berusia 23 tahun memutuskan mengakhiri hidupnya, dan putrinya. Dua nelayan melihat peristiwa yang tak terduga itu: seorang ibu menggendong anaknya, lalu melompat dan menghantam keras air.

YouTube Luncurkan sebuah Serial Dokumenter 5 bagian berjudul “Seribu Kartini”

Para nelayan menarik Bertha dan ibunya dari dalam air di Teluk San Diego dan melakukan napas buatan, sementara orang-orang di jembatan mencoba menghubungi 911. Meski sudah melakukan upaya pertolongan, para nelayan tak bisa menyelamatkan nyawa ibu Bertha. Sementara Bertha yang masih berusia tiga tahun mengalami luka kritis dan detak jantung yang lemah, namun ia selamat.

Bertha mengaku menonton video itu berulang-ulang, mencoba memahami apa yang dilihatnya. "Saya bingung. Hal yang saya tahu tentang ibu saya tidak benar, apakah semua itu bohong?" ucapnya.

Ia pun menyembunyikan apa yang diketahui dari keluarganya selama beberapa hari, berharap dapat menghindari membuka lagi luka lama dari kenangan menyakitkan itu. Tapi akhirnya, ia harus mengatakan sesuatu.

Bertha Loaiza saat kanak-kanak

"Saya menaruh kaset itu di meja dan mengatakan, 'Tidak ada yang perlu mengatakan sesuatu, tapi kalian tahu sekarang saya sudah tahu.' Mereka mengatakan kalau mereka hanya ingin melindungi saya, dan mereka bersedia menjawab pertanyaan saya," kenang Bertha.

Dia mengetahui bahwa ibunya kala itu tengah menghadapi masa yang berat saat melompat. Dia sedang melawan depresi dan melalui proses perceraian dengan suaminya. Bertha dibesarkan oleh keluarga ibunya dan tidak pernah meragukan mengenai cerita kecelakaan mobil.

"Bagian kanan tubuh saya yang paling terluka. Otak saya membengkak dan paru-paru rusak. Tulang panggul kanan dan lutut saya patah, dan mata kanan saya mengalami katarak traumatis dari benturan. Saya kehilangan sebagian besar penglihatan di mata itu," ujar Bertha.

Ia yakin, seperti halnya para dokter bahwa ibunya memutar tubuhnya saat terjatuh untuk melindungi Bertha dari benturan. Bertha merasa ibunya melakukannya dengan sengaja. Ibunya ingin menyelamatkan dirinya dan berhasil.

Saat ini, Bertha bekerja sebagai customer service di Kaiser Permanente dan edukator untuk pencegahan bunuh diri. Dia juga mendirikan kelompok pendukung bilingual untuk penyintas bunuh diri, sebuah topik yang masih tabu bagi masyarakat Hispanik. Studi Kaiser Permanente menunjukkan bahwa 69 persen Hispanik-Amerika mengorelasikan penyakit mental dengan kelemahan.

Bertha mengatakan, mempelajari mengenai kematian ibunya mendorong keingintahuannya kenapa dia membawa dirinya. Saat putranya berusia tiga tahun, ia mulai terobsesi dengan apa pun yang dilakukannya. Ia mencoba memposisikan dirinya sebagai anaknya. Ia ingin tahu seberapa buruk parenting itu. Dia mulai melakukan terapi dan itu membantunya membaik.

Bertha Loaiza (kiri) bersama keluarga

Bertha bekerja sama dengan Kaiser Permanente untuk membagikan ceritanya di situs findyourwords.org dan mulai mengampanyekan agar memberi penghalang di Jembatan Coronado untuk mencegah bunuh diri.

"Mereka memasang kawat berduri sekarang, itu bisa memberi waktu bagi kami untuk sampai ke sana," kata Bertha.

Angka bunuh diri di Amerika meningkat hingga lebih dari 30 persen sejak tahun 1999. Keluarga Bertha mengalami kisah mengerikan, ia ingin bisa membaginya kepada banyak orang. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya