Ibu Ibukota Awards, Apresiasi Bagi Perempuan Inspiratif di Jakarta
- VIVA/Isra Berlian
VIVA – Perhelatan Puncak Acara Ibu Ibukota Awards diselenggarakan 20 Desember 2019 di The Hall, Senayan City, Jakarta. Sebelumnya, berbagai rangkaian kegiatan dilakukan sejak Juni 2019, di antaranya Lomba Menulis dan Konten Kreatif Cerita Ibu Ibukota, Pameran Kerajinan Anak, hingga Pasar RAiA.
Ibu Ibukota Awards adalah ajang apresiasi bagi sosok perempuan penggerak yang selama ini bekerja dalam sunyi dengan melakukan #AksiHidupBaik untuk memastikan keharmonisan dan kehumanisan Ibukota Jakarta.
“Ibu Ibukota Awards menjadi satu momen penting bagi kami, untuk mengapresiasi sosok-sosok inspiratif yang memiliki dampak untuk lingkungannya. Jika kemarin mereka melakukan #AksiHidupBaik dalam sunyi, kini saatnya Ibukota mengapresiasi.” ujar Fery Farhati, Penggagas Ibu Ibukota Awards sekaligus Ketua PKK Jakarta, Dekranasda Jakarta, YKI Jakarta serta Penasihat DWP Jakarta, Jumat 20 Desember 2019.
Ibu Ibukota Awards merangkul banyak pihak untuk menyelami ratusan cerita dari berbagai penjuru Ibukota. Tim seleksi dengan beragam latar belakang mulai dari kepala dinas, profesional hingga pakar dilibatkan untuk menyerap cerita hingga terjun langsung ke lokasi gerak para nominasi.
Fery Farhati mengungkapkan harapannya. Ia ingin ajang ini dapat menjadi langkah awal untuk menghadirkan sisi lain Jakarta yang humanis, harmonis, dan penuh harapan.
“Kami juga berharap cerita #AksiHidupBaik para Ibu Ibukota dapat menyatukan hati masyarakat agar memandang Jakarta dengan lebih positif dan menjadi pengingat agar kita lebih peduli pada lingkungan sekitar. Penerima apresiasi juga diharapkan bisa menjadi teladan bagi kita semua untuk bisa berdaya dan memberdayakan,” kata dia.
Apresiasi diberikan kepada sosok Ibu Ibukota yang mewakili lima bidang gerak salah satunya adalah Hartuti dalam bidang pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga. Ia yang sudah sepuh diketahui melakukan beberapa insiasi, salah satunya dengan mengajak ibu rumah tangga di Pulau Sambiran di Kepulauan Seribu untuk memiliki pendapatan sendiri dengan mengolah hasil laut yang dipanen sang suami.
"Saya ajak ibu-ibu untuk tidak hanya diam saja tapi bagaimana hasil laut yang dipanen suami diolah, dengan cara dikeringkan menjadi ikan asin sehingga dalam rumah tangga suami dan istri berpenghasilan," katanya kepada VIVA di Senayan.
Dia menjelaskan inisiasinya itu sempat dihiraukan oleh ibu-ibu di pulau tersebut. Beberapa alasannya karena takut hitam hingga kelelahan dengan aktivitas tersebut.
"Tapi Alhamdulillah sekarang Pulau Sambiran sudah bisa membuat home industri dengan ikan asin, kerupuk," kata dia.
