Nggak Cuma Cinta, Pakar: Menikah Butuh Perencanaan Keuangan

Ilustrasi mengurus keuangan dengan pasangan.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Banyak yang berpikir bahwa menikah adalah sebuah tujuan yang akan memberi kebahagiaan. Hal ini yang kerap membuat sebagian besar orang, meski usianya belum mencukupi, menikah tanpa persiapan apapun.

Sri Mulyani Ungkap Mood dan Fokus Para Pembuat Kebijakan Keuangan Global Lagi Begini

Padahal untuj sebuah pernikahan, perencanaan dan persiapan memang mutlak diperlukan, termasuk dari sisi psikologis pasangan dan pertimbangan finansial. Sebelum membangun keluarga, menurut Psikolog Inez Kristanti, diperlukan banyak persiapan seperti pemeriksaan kesehatan, konseling pernikahan, persiapan keuangan, juga menyelaraskan rancana dengan pasangan.

"Salah satu yang perlu jadi perhatian kita adalah jangan hanya siapkan pesta pernikahan saja. Kadang-kadang itu jadi tuntuan sosial, mengadakan pesta yang proper. Jangan sampai itu lebih diutamakan daripada persiapan untuk hadapi kehidupan pernikahan sendiri," ujar Inez dalam acara virtual bersama KCPEN, beberapa waktu lalu.

BI Catat Modal Asing Kabur dari RI Pekan Keempat April Capai Rp 2,47 Triliun

Setelah menikah, Inez juga menyebut perlu evaluasi budget lalu melanjutkan apa yang sudah dipersiapkan sebelum menikah terkait perencanaan keluarga dan finansial. Tak hanya itu, kemampuan berkomunikasi sangat penting agar dapat mengatasi konflik secara jernih.

"Bekali dengan kemampuan komunikasi untuk bisa selesaikan masalah, saling mau mendengarkan, bukan bicara sendiri sehingga kita lihat pasangan dan kita satu tim, bukan bersaing," tuturnya.

Rupiah Melemah, Sri Mulyani Beberkan Mata Uang Negara-negara G20 Kondisinya Senasib

Sejalan dengan itu, Perencana Keuangan (Financial Planner) Rista Zwestika menggarisbawahi perlunya penyelarasan rencana dan keterbukaan tentang keuangan sebelum pasangan memasuki jenjang pernikahan. Terlebih, topik perencanaan keuangan dengan pasangan bukan lagi hal tabu.

"Menikah bukan hanya tentang cinta kemudian dipersatukan. Biasanya karena udah kadung cinta buta, nanti aja kita omongin keuangan. Faktanya banyak sekali ketika masuk rumah tangga, nyesel deh ternyata dia sandwich generation, pendapatannya enggak sesuai, masa depannya suram," ujarnya.

Rista menyarankan agar perencanaan keuangan ini, bisa dibicarakan saat sepasang kekasih mulai berpikir untuk melanjutkan ke jenjang serius. Adanya perencanaan yang matang, kesiapan psikologis, serta edukasi yang sesuai, diharapkan akan menekan kemungkinan terjadinya kehamilan yang tidak direncanakan serta mengurangi risiko pernikahan dan perceraian usia dini.

"Ada baiknya biasakan ngomongin keuangan, artinya ada keterbukaan soal keuangan. Waktu tepat adalah ketika kita serius ngomongin pernikahan berarti sudah terbuka soal keuangan," sarannya.

Hal yang sama diungkap Duta Genre (Generasi Berencana) Indonesia Putra 2021 Fiqih Aghniyan Hidayat bahwa berdasarkan data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, pada 2020, terdapat lebih dari 64 ribu pengajuan dispensasi pernikahan anak bawah umur. Penyebabnya pun sangat beragam.

“Sebabnya, mungkin karena di masa pandemi anak tidak ke sekolah jadi akhirnya memilih menikah, serta adanya faktor ekonomi keluarga. Selain itu, karena terjadi kehamilan tidak diinginkan, di mana pola asuh keluarga kurang berjalan baik di masa pandemi ini,” ujar Fiqih.

Guna menekan lonjakan pernikahan dini tersebut, terdapat beberapa strategi preventif yang dijalankan oleh Duta GenRe bekerja sama dengan berbagai pihak.

Di antaranya, memberikan pendampingan sebagai konselor sebaya, memberikan bantuan logistik supaya meringankan beban keluarga terdampak, serta Gerakan Kembali Ke Meja Makan untuk membangun kembali pola asuh yang baik dan komunikasi keluarga.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya