Inspiratif, Founder ESQ Jelaskan Pentingnya Akhlak di Dunia Kerja

Ilustrasi: orang bekerja di kantor
Sumber :
  • www.pexels.com

JAKARTA – Dalam upaya memajukan pengembangan kompetensi Aparatur Sipil Negara (ASN), pendiri ESQ, Ary Ginanjar Agustian, dengan tegas menyatakan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kemendagri tidak boleh hanya terpaku pada anggaran dan sistem. Melainkan, mereka harus merancang kualitas ASN agar memiliki inti dari nilai-nilai dasar yang disebut BerAKHLAK.

Menpan-RB Sebut Calon Kepala Daerah Tak Bisa Jual Janji Angkat ASN

Pernyataan ini disampaikan oleh Ary dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) BPSDM Tahun 2023 dengan tema Kolaborasi ASN Unggul Mewujudkan Visi Nasional dan Daerah. Acara tersebut digelar di Ballroom Flores, Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, baru-baru ini. Scroll lebih lanjut ya.

BerAKHLAK merupakan singkatan dari Berorientasi pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif.

Ombudsman Usul Seleksi CASN Ditunda, KASN Klaim Sistem Rekrutmen Sudah Transparan

Ary menjelaskan dalam kondisi saat ini yang dipenuhi oleh gejolak VUCA, di mana perubahan terjadi dengan cepat, kehidupan penuh dengan ketidakpastian, dan aturan-aturan yang kompleks serta ambigu. Oleh karena itu, diperlukan fondasi yang kuat untuk mempertahankan ASN dan membawa Indonesia menuju visi Indonesia Emas 2045. Fondasi tersebut terdiri dari core purpose (tujuan-tujuan dasar) dan core values (nilai-nilai dasar).

Kemenpan-RB Tolak Usul Seleksi CASN 2024 Ditunda, Ombudsman Bilang Begini

Mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan RB) Nomor 38 Tahun 2017, terdapat tiga standar kompetensi ASN, yaitu kompetensi teknis, manajerial, dan sosio-kultural. Ary menjelaskan kompetensi, keterampilan, dan pengetahuan berkontribusi sebesar 30%. Sementara itu, sikap memiliki kontribusi yang besar sebesar 70% untuk dianggap sebagai moral dan perilaku yang menjadi core values BerAKHLAK.

Namun, ketika terdapat ASN yang bermasalah, yang sering kali diubah dan diperbaiki hanyalah peraturannya. Padahal, kesalahan tersebut seringkali terletak pada pelaksanaan tugas ASN itu sendiri. Oleh karena itu, yang harus dibangun adalah kompetensi sosio-kultural.

“Karena sesungguhnya jika kita bicara teknis, kompetensi tersebut bisa sangat mudah ditemukan di internet. Untuk memiliki kompetensi manajerial juga yang kita sebut dengan agility, kemampuan mengelola SDM masih dirasa mudah ditemukan dalam kanal internet," kata Ary.

Dalam sesi "BerAKHLAK untuk Transformasi ASN" ini, Ary mengajak BPSDM untuk benar-benar mengambil keputusan untuk mengubah apa yang selama ini keliru. 

Ary melanjutkan dengan membagikan lima level sosio-kultural bagi ASN. Pertama adalah tingkat "dependent," di mana mereka hanya fokus pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.

Kedua, tingkat "ego independent" di mana mereka hanya peduli dengan kepentingan pribadi mereka sendiri. Pada tingkat ketiga, fokusnya bergeser ke orang lain dan lingkungan sosial untuk kepentingan diri mereka sendiri, yang disebut "socio dependent."

Founder

Photo :
  • 1486947

Sementara itu, pada tingkat keempat, yaitu "intra independent," inilah ASN memiliki prinsip dan nilai-nilai yang diyakini. Terakhir, pada tingkat kelima, ASN mencapai "interdependent" (noble purpose) di mana mereka berfokus untuk memberikan kontribusi kepada lingkungan sosial dan masyarakat. Inilah yang dapat disebut sebagai "Bangga Melayani Bangsa."

Dengan pendekatan yang lebih menarik dan menginspirasi, Ary Ginanjar Agustian memberikan penekanan pada pentingnya memperkuat kompetensi ASN melalui penerapan core values BerAKHLAK. Dalam era yang penuh dengan tantangan, ASN yang memiliki sikap dan moral yang kokoh akan menjadi kekuatan yang mampu mengantarkan Indonesia menuju masa depan yang gemilang.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya