Kisah Relawan RS Indonesia di Gaza, Stok Obat Menipis Hingga Dokter Operasi dalam Gelap

Relawan Mer-C mengevakuasi korban warga Palestina yang terkena serangan Israel
Sumber :
  • Mer-C

GAZA – Di Rumah Sakit Indonesia di Gaza, petugas medis berjuang untuk menyelamatkan nyawa di tengah serangan Israel. Relawan mengatakan sedikitnya 870 orang tewas dan 2.530 orang dirawat karena luka-luka di rumah sakit di Beit Lahia itu. Bagaimana perjuangan para relawan dan tenaga medis?

Acara Met Gala Berlangsung, Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Penuhi Jalanan New York

Sebuah rumah sakit yang didanai Indonesia di Gaza sedang berjuang untuk merawat banyak pasien yang terluka akibat pemboman Israel di tengah berkurangnya stok obat-obatan dan pemadaman listrik yang memaksa para dokter untuk beroperasi dalam kegelapan, kata sebuah organisasi sukarelawan. Scroll untuk informasi selengkapnya.

Fikri Rofiul Haq, seorang relawan Komite Penyelamatan Darurat Medis (MER-C) yang berbasis di Indonesia, yang mengorganisir sumbangan untuk membangun rumah sakit pada tahun 2011 silam itu, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa Rumah Sakit di Indonesia telah dibanjiri pasien setelah berminggu-minggu pemboman tanpa henti oleh pasukan Israel.

Vicky Prasetyo Dilarikan ke RS, Sederet Artis Beri Doa

“Di RS Indonesia saja, tercatat 870 orang meninggal dunia dan 2.530 orang dirawat karena luka-luka. Sekitar 164 pasien masih dirawat di rumah sakit,” kata Haq kepada Al Jazeera, dikutip Selasa 31 Oktober 2023.

Dari Dokter Hingga Pengusaha, Perjalanan Inspiratif Daniel Tanri Rannu

Mirisnya, angka tersebut nyaris setengah dari jumlah total penduduk Gaza yang juga mencoba mengungsi di tempat aman, termasuk di RS Indonesia. Tak sedikit warga yang membangun kemah di lahan kosong rumah sakit demi bertahan nyawa.

“Sekitar separuh penduduk Gaza telah mengungsi ke tempat-tempat yang dianggap lebih aman daripada rumah mereka, seperti sekolah dan rumah sakit, termasuk Rumah Sakit Indonesia. Lebih dari 1.500 warga mengungsi ke RS Indonesia dan berkemah di ruangan kosong dan halaman rumah sakit," sambungnya.

Pekan lalu, rumah sakit tersebut kehilangan aliran listrik karena pemadaman listrik akibat kekurangan bahan bakar karena blokade Israel terhadap wilayah kantong tersebut menghalangi masuknya pasokan penting.

“Kami berusaha mencari bahan bakar untuk menghidupkan Rumah Sakit Indonesia setelah pemadaman listrik yang berlangsung selama lebih dari satu jam. Dokter tidak punya pilihan selain melakukan operasi dan merawat pasien tanpa penerangan apa pun,” kata Haq.

Haq menjelaskan bahwa Rumah Sakit Indonesia sangat membutuhkan bantuan medis segera lantaran sudah kelelahan. Bukan tanpa alasan, tenaga medis harus bekerja selama 24 jam sehari tanpa istirahat lantaran banyaknya pasien yang membutuhkan.

Sejumlah Pasien di RS Indonesia di Gaza dievakuasi.

Photo :
  • Dokumentasi MER-C

“Rumah Sakit Indonesia sangat membutuhkan bantuan medis dan tenaga rumah sakit kelelahan karena dipaksa bekerja 24 jam sehari,” kisahnya.

Haq mengatakan bahwa mengirimkan bantuan ke rumah sakit merupakan sebuah tantangan, namun MER-C telah mengumpulkan sumbangan dari masyarakat Indonesia dan organisasi bantuan lainnya di Gaza dan para sukarelawan dapat mengirimkan sejumlah pasokan ke rumah sakit pada 19 dan 24 Oktober 2023.

“Kami sempat mendapatkan beberapa obat dan alat kesehatan lainnya, namun masih banyak obat yang belum kami miliki karena sudah habis,” ujarnya.

Misi kemanusiaan

Terdapat 45 warga Indonesia yang saat ini tinggal di Palestina – 10 di Gaza dan 35 di Tepi Barat yang diduduki – menurut Kementerian Luar Negeri Indonesia. Ada juga sekitar 230 warga Indonesia yang tinggal di Israel, sebagian besar dari mereka datang ke sana untuk wisata religi.

Rumah Sakit Indonesia terletak di Beit Lahia, sebuah kota berpenduduk sekitar 90.000 orang di Gaza utara, dan berdiri di atas tanah seluas 16.000 meter persegi (19.136 yard persegi) yang disumbangkan oleh pemerintah Gaza pada tahun 2011.

Pembangunan rumah sakit ini menelan biaya hampir US$8 juta dan didanai oleh sumbangan warga negara Indonesia bersama dengan organisasi-organisasi termasuk Palang Merah Indonesia dan Muhammadiyah, salah satu organisasi Muslim terbesar di Indonesia.

VIVA Militer: Serangan militer Israel di Jalur Gaza, Palestina

Photo :
  • standard.co.uk

MER-C – yang menggambarkan misinya untuk membantu “orang yang paling rentan” tanpa memandang latar belakang, agama, kebangsaan, etnis, kelas, atau status kriminal – didirikan oleh sekelompok mahasiswa Universitas Indonesia yang melakukan prosedur medis di Maluku pada tahun Indonesia bagian timur pada tahun 1999, saat terjadi konflik sektarian antara komunitas Kristen dan Muslim.

Sejak didirikan pada tahun 1999, MER-C telah melakukan misi kemanusiaan di negara-negara yang dilanda konflik, termasuk Afghanistan, Irak, Iran, Palestina, Lebanon, Sudan, Filipina, dan Thailand.

Organisasi tersebut telah memberikan bantuan medis kepada beberapa pasien kontroversial, termasuk Abu Bakar Bashir, ketua kelompok Jemaah Islamiyah yang terkait dengan al-Qaeda, dan sejumlah orang yang terlibat dalam aksi bom Bali sebelum mereka dieksekusi pada tahun 2008.

Rumah Sakit Indonesia juga telah menerima sumbangan lebih dari US$63.000 dari Front Pembela Islam, yang dilarang di Indonesia pada tahun 2020, untuk mendirikan bank darah.

Wakil Presiden Indonesia saat itu, Jusuf Kalla, secara resmi meresmikan rumah sakit tersebut, yang memiliki sekitar 100 tempat tidur, empat ruang operasi, dan unit perawatan intensif, pada tahun 2016.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya