Rendahnya Cakupan Imunisasi Dasar di Indonesia

Seorang siswa SMA Negeri 33 mendapatkan imunisasi serentak atau Outbreak Response Immunization (ORI) Difteri, di Cengkareng, Jakarta.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Widodo S Jusuf

VIVA – Angka cakupan imunisasi dasar lengkap pada anak Indonesia masih terbilang rendah. Hingga tahun 2018 lalu, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan RI, dr. Anung Sugihantono, M.Kes, menyebut bahwa cakupan imunisasi dasar lengkap Indonesia hanya mencapai 87,8 persen. 

Bagaimana Kaitan Vaksin AstraZeneca yang Sebabkan TTS Pada Penerimanya?

Artinya masih ada 12 persen Indonesia belum mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Padahal untuk mendapatkan ketahanan kelompok, cakupan imunisasi pada suatu masyarakat harus mencapai 95 persen.

Anung menungkapkan, rendahnya cakupan imunisasi dasar lengkap ini lantaran pihaknya masih meghadapi sejumlah tantangan. Seperti misalnya kehilangan kesempatan atau dalam istilah Anung miss oportunity. 

Mengenal TTS, Efek Samping Vaksin COVID-19 AstraZeneca

"Jadi misal ketika ditimbang dia harusnya mendapatkan imunisasi, tapi karena sedang pilek dan batuk sehingga dia tidak mendapat imunisasi. Itu yang orangnya sadar, tapi kondisinya seperti itu," ungkap Anung saat Peringatan Hari Imunisasi Dunia di Kementerian Kesehatan, Jakarta, Selasa, 23 April 2019.  

Tantangan lainnya yang menurut Anung cukup berat ialah kelompok yang tidak mau diimunisasi. Anung mengungkapkan bahwa hal ini bukan hanya sekadar persoalan halal haram. Melainkan masih banyak yang belum yakin tentang manfaat dari vaksin.

Penting! Orang Usia 44 Tahun Harus Segera Dapatkan Vaksin Ini, Kata PAPDI

"Seringkali orang masih belum meyakini vaksin punya manfaat. Saya sudah disuntik kok sehingga tidak butuh disuntik lagi, itu mereka karena kurang pemahaman," ungkap Anung menjelaskan.

Sementara tantangan yang masih banyak terjadi juga ialah persolan halal haram. Menurut Anung ini bukan hanya dari persoalan bahan dasar vaksin itu sendiri. Melainkan dari pendapat masyarakat itu sendiri yang masih meragukan kehalalan vaksin.

"Tapi saya sangat senang dan bangga karena telah mendapatkan hal yang positif, Misal imunisasi BCG yang sudah mendapatkan sertifikasi halal. Tentu vaksin lain juga akan mengikuti secara bertahap untuk melakukan sertifikasi ini, Tapi dua hal harus kita jadikan tantangan tadi, kurangnya kesadaran dan miss oportunity," kata dia.  (ldp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya