Puskesmas Lebdosari Beri Pelayanan Paripurna Bahkan untuk Imigran

Puskesmas Lebdosari di Kalibanten Kulon, Semarang.
Sumber :
  • VIVA/Isra Berlian

VIVA – Tim Supervisi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, melakukan peninjauan di beberapa sektor yang menjadi indikator penilaian Kabupaten/Kota Layak Anak di Kota Semarang.

Gara-gara Wanita, Bripda DR Aniaya Tenaga Kesehatan Hingga Hidungnya Patah

Sejumlah fasilitas publik ramah anak yang dikunjungi salah satunya adalah Puskesmas Lebdosari yang ada Kalibanten Kulon Kecamatan Semarang Barat, Kota Semarang.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Mochammad Abdul Hakam menjelaskan kategori puskesmas ramah anak ada 15 indikator atau minimal ada 7 indikator yang harus dipenuhi. Beberapa indikator tersebut antara lain terkait dengan sarana dan prasarana hingga Sumber Daya Manusia.

Sidak Layanan Kesehatan Usai Libur Lebaran, Pj Wali Kota Tangerang Minta Jam Operasional Ditambah

Selain itu, kata Hakam konsep puskesmas ramah anak juga mencakup dengan memisahkan area pemeriksaan pasien infeksi dan pasien non infeksi. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi risiko pertukaran infeksi antar pasien.

“Jadi kalau anak itu biasanya imunnya rendah kalau dicampurkan justru menularkan termasuk ketika yang dewasa dan anak itu dipisahkan. Risiko termasuk poli TB kita pisahkan, posisinya ada di paling belakang, mereka enggak boleh lewat area ini. Ini ruangan untuk pemeriksaan bayi atau balita non infeksi,” kata Hakam saat menunjukkan ruang pemeriksaan anak non infeksi, Senin 16 September 2019.

Jangan Lengah! Meski Fatalitas DBD Rendah, Menkes Ingatkan Masyarakat Tetap Waspada

Selain itu, Hakam menjelaskan bahwa pihaknya juga menyediakan area bermain yang terdapat di dalam ruang pemeriksaan serta penyediaan taman bermain outdoor yang bisa diawasi oleh orang tau secara langsung. Adanya area bermain ini dimaksudkan untuk memberikan kenyamanan bagi si anak ketika dirinya diperiksa atau saat orang tua mereka diperiksa. Selain itu puskesmas ini juga dilengkapi dengan ruang laktasi yang bisa digunakan oleh ibu menyusui ketika anak akan melakukan pemeriksaan di puskesmas.

“Kita siapkan taman bermain outdoor sebelah belakang, jadi ketika orang tua diperiksa anaknya bisa main. Taman bermainnya ada jarak pandang orang tua sehingga mereka enggak was-was,”  kata dia.

Selain itu, dinas kesehatan Kota Semarang, salah satunya melalui Puskesmas Lebdosari yang juga bekerja sama dengan komunitas kesehatan memberikan sosialisasi posyandu atau antropometri tinggi badan dan berat badan untuk memantau proses pertumbuhan balita didampingi puskesmas. Ini dimaksudkan agar nantinya ketika ditemukan adanya potensi gizi buruk atau stunting sudah terdeteksi oleh puskesmas.

“Kalau sudah terjadi kita intervensi pelangi layanan untuk pasien gizi buruk atau stunting rujukan dari puskesmas usus halus konsultasi ke dokter spesialis anak,” kata dia.

Selain itu, terdapat pula kader khusus untuk memantau dan mendampingi ibu hamil ke rumah-rumah warga yang akan mendampingi hingga 40 hari setelah melahirkan. Ini dilakukan untuk memastikan apakah ibu hamil sudah melakukan pemeriksaan.

Follow up rutin ke pasien, pendampingan ke rumah-rumah. Karena kadang ada pasien yang enggak mau datang. Ini dimaksudkan untuk memantau kondisi ibu jangan sampai ada kejadian seperti pre eklamsi,” kata Hakam.

Soal SDM, Hakam menjelaskan pihaknya selalu melakukan upgrade skill para dokter umum yang bekerja di puskesmas agar tidak gagap pengetahuan.

Kalau di puskesmas tingkat dasar dr umum gigi kita lakukan upgrade skillnya workshop atau dinkes manggil dokter umum. Kita lakukan upgrade ilmu pengetahuan biar gak gagap,” kata dia.

Bukan hanya itu, puskesmas Lebdosari juga menangani pasien-pasien imigran yang ada di dekat lokasi puskesmas. Seperti Imigran Somalia dan Afganistan.

"Di sini international immigration, ada orang Somalia, Afganistan. Imigran sekitar 50m bisa langsung ke sini pelayanan KLA kita kasih support layanan anak imigran ini fokusnya di anak-anak," kata dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya