Perhatikan Ini Setelah Dinyatakan Negatif COVID-19

Petugas medis menunjukkan hasil screening rapid test non reaktif COVID-19
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Rahmad

VIVA – Mendapatkan tes negatif virus corona atau COVID-19 merupakan jaminan besar pada saat pandemi. Terutama setelah kamu menghabiskan hari-hari menderita dalam isolasi.

Pilkada 2024 Berbeda dan Lebih Kompleks dibanding Pilkada Serentak Sebelumnya, Menurut Bawaslu

Tapi sayangnya, satu laporan negatif tidak cukup membuktikan bahwa orang tersebut sudah aman, bergaul dan berada di sekitar orang lain. Menganggap tes negatif sebagai 'aman' dari COVID-19 bisa menjadi kesalahan besar.

Dilansir Times of India, Selasa 3 November 2020, diagnosis COVID-19 negatif bisa sangat melegakan. Namun, mengandalkan laporan negatif saja mungkin bukan jaminan bahwa kamu tidak akan menulari orang lain, atau membuat orang lain berisiko. Inilah alasannya.

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

Suka atau tidak suka, tidak semua hasil COVID-19 bisa tepat. Meskipun pengujian COVID-19 sebagian besar sangat mudah dilakukan. Namun, tingkat akurasi dan sensitivitas pengujian ini bergantung pada banyak faktor.

Misalnya, tes PCR yang dapat mendeteksi bahkan sebagian kecil dari viral load. Namun, tes PCR lebih mahal dan membutuhkan 24-42 jam untuk mendapatkan hasilnya.

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

Di banyak tempat, rapid test digunakan, yang tidak hanya lebih murah, tetapi lebih mudah dilakukan, meskipun kemungkinan besar mendapatkan hasil positif dan negatif palsu. Oleh karena itu, selalu ada kemungkinan tes yang kamu lakukan, memberikan hasil yang salah dan memberi rasa aman palsu.

Kedua, keakuratan hasil tes tergantung pada waktunya. Virus ini memiliki masa inkubasi 5-12 hari. Tetapi dalam beberapa kasus, bisa lebih lama dari itu. Jadi, jika kamu mungkin pernah terpapar seseorang dengan infeksi aktif, kamu harus memperlakukan dua minggu ke depan sebagai masa karantina.

Menurut sebuah penelitian, tes PCR paling rentan memberikan hasil yang salah pada hari-hari awal timbulnya infeksi, yaitu 4-5 hari. Risikonya akan berlipat ganda jika hanya melakukan rapid test. Inilah salah satu alasan mengapa orang diminta untuk menjalani tes PCR, meski rapid test dinyatakan negatif.

Para ahli juga mengatakan, hanya mengandalkan tes sebagai pengamanan dapat membuat orang 'lalai'. Seharusnya, langkah-langkah aman lain juga harus tetap diterapkan, yaitu dengan menerapkan 3M. Ingat, tes adalah tindakan pencegahan dan hanya efektif jika kamu menerapkan langkah-langkah keamanan lainnya.

Meski negatif COVID-19 harus tetap melakukan pencegahan

Hasil tes negatif tidak berarti bebas untuk kembali ke keadaan normal. Minggu-minggu pertama setelah pemulihan, adalah yang paling penting dan dimaksudkan untuk istirahat. Ini bukan waktu yang ideal untuk sepenuhnya kembali bekerja dan bersosialisasi.

Jika kamu dinyatakan negatif pasca infeksi, lakukan isolasi mandiri dan karantina selama 7 hari tambahan. Dan jangan izinkan siapa pun dari luar untuk masuk.

Kapan aman untuk bertemu dengan orang lain?

Menurut pedoman yang dikeluarkan ahli, setiap orang yang dianggap melakukan kontak dekat dengan pasien COVID-19 atau telah terpapar infeksi, harus dikarantina selama 14 hari, jika memungkinkan.

Melakukan pertemuan langsung bukan pilihan yang aman. Namun jika tidak bisa dihindari, pastikan tetap selalu memakai masker dan menjaga jarak. Jika mengalami gejala sekecil apa pun, sebaiknya tetap di rumah. Pasien berisiko tinggi dan memiliki kekebalan yang lemah, juga harus tetap berada di rumah.

Ingat, saat ini jumlah kasus COVID-19 di Indonesia masih tinggi. Untuk itu jangan lupa tetap patuhi protokol kesehatan dan lakukan 3M: Memakai Masker, Menjaga Jarak dan Jauhi Kerumunan serta, Mencuci Tangan Pakai Sabun,

#pakaimasker
#jagajarak
#cucitangan
#satgascovid19
#ingatpesanibu

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya