Keasyikan Main Internet saat Pandemi, Kenali 6 Tanda Kecanduan Medsos

Ilustrasi bermain ponsel.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Media sosial (medsos) sudah menjadi salah satu 'arena berselancar' bagi masyarakat untuk mencari berbagai informasi. Kemasannya yang menarik dan banyak waktu luang selama pandemi membuat risiko kecanduan medsos kian meningkat. Apa tandanya ya?

AstraZeneca Tarik Vaksin COVID-19 di Seluruh Dunia, Ada Apa?

Psikolog dari Universitas YARSI, Dr Octaviani Indrasari Ranakusuma, menjelaskan bahwa kecanduan medsos tak berbeda dengan barang lainnya. Kegemaran berselancar di dunia maya hingga lupa untuk beraktivitas lain, biasanya terjadi secara perlahan-lahan tanpa disadari. Fase pertama biasanya disebut sebagai salience, dimana sesuatu akan terasa begitu penting dalam hidup.

"Ada dorongan untuk terus melakukannya. Di FB (facebook) ada apa ya, di Twitter ada apa ya," ujar Octaviani dalam acara virtual bertema Solusi Jitu Saat Kecanduan Medsos bersama Lembaga Pers Dr. Sutomo, baru-baru ini.

Anak Mulai Pakai Ponsel Harus Dipantau, Bisa Timbulkan Risiko Negatif Ini Bun!

Tahap selanjutnya disebut dengan mood modification, seperti perasaan berbeda yang muncul akan kehadiran notifikasi di medsos. Rasa semangat saat ada notifikasi baru dan murung apabila tak ada notifikasi. Perubahan suasana hati itu perlu diwaspadai sebagai tanda kecanduan, yang memicu keinginan untuk meningkatkan jumlah aktivitas. Kondisi ini disebut sebagai fase tolerance.

"Mereka akan butuh waktu semakin lama untuk tetap exited," ujarnyaa.

Lebih Rendah dari Sebelum Pandemi, BPS Catat Pengangguran di Indonesia Turun Jadi 7,2 Juta Orang

Fase keempat disebut sebagai withdrawal symtomps, yakni saat ada perasaan hampa hingga gelisah yang menyergap saat tak membuka medsos. Bahkan, fase ini bisa memicu depresi pada beberapa kasus.

Di fase selanjutnya, mencakup konflik yang terjadi akibat seseorang yang terlalu antusias bermain medsos sehingga kerap lupa dengan aktivitas lain. Apabila sampai di tahap ini, seharusnya orang sudah menyadari dan harus segera bebenah untuk 'sembuh'.

"Kita setiap individu, terutama orang dewasa pada waktu kita sudah mulai tergantung pada aktivitas tersebut. Kemudian kita harus mewaspadai adanya dependensi yang bisa berkembang jadi kecanduan," tutur Octaviani lagi.

Sayangnya, fase keenam pada kecanduan adalah relapse, dimana seseorang bisa kembali 'kambuh'. Untuk itu, Octaviani menyarankan agar bisa mencari hobi dan menemukan kegiatan fisik yang memberi rasa senang.

Selain itu, buat layar gadget nampak tak menarik. Serta biasakan menjalani sesi sehari tanpa gadget di akhir pekan.

Sementara pada anak yang sudah kecanduan gadget, sebaiknya tak memberi hukuman. Orangtua cukup memberi contoh dengan bersosialisasi dan mengobrol tanpa terdistraksi gadget.

"Siapapun yang menemani anak harus melepaskan handphone. Karena, anak belajar dari yang mereka lihat," kata dia.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya