Kolom Prof Tjandra: Penurunan Kasus COVID-19 di India 8 Kali Lipat 

Prof Tjandra Yoga Aditama.
Sumber :
  • Istimewa

VIVA – Kasus COVID-19 masih terus meningkat, 23 Juni 2021 kemarin pasien baru sudah lebih dari 15 ribu orang. Waktu kasus di India meningkat tajam maka sudah banyak bahasan yang dilakukan, tapi kita perlu tahu juga bahwa India lalu juga berhasil dengan amat cepat menurunkan kasusnya. 

Pilkada 2024 Berbeda dan Lebih Kompleks dibanding Pilkada Serentak Sebelumnya, Menurut Bawaslu

Kasus COVID-19 baru harian di India terendah di tahun ini adalah 9.121 orang pada 15 Februari 2021, lalu naik lebih 40 kali lipat menjadi tertinggi  414.188 kasus sehari pada 6 Mei 2021. 

India lalu melakukan berbagai upaya maksimal sehingga angka kasus baru terus turun dengan tajam, data 22 Juni 2021 menunjukkan 50.848 kasus baru dalam seharinya, jadi turun delapan kali lipat dalam waktu sebulan saja. Mungkin baik kita lihat apa yang India lakukan, yang pada dasarnya merupakan kaidah umum mengendalikan peningkatan kasus yang tinggi, mungkin dapat dipertimbangkan dilakukan di negara kita apabila diperlukan.

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

Pertama, ketika kasus meningkat tajam di India maka beberapa daerah/ negara bagian di negara itu melakukan berbagai tingkat pembatasan sosial. Ada yang dengan amat memperketat 3 M (yang di India disebut dengan 3 W, “wear a mask, wash your hand, watch the distance”), ada yang membatasi kegiatan dengan pemberlakuan jam malam, dan ada juga yang “lockdown” sebagian/parsial dan ada juga yang total penuh sampai beberapa waktu. 

Lalu, dianalisa dengan menghubungkan pola pergerakan penduduk pada saat pembatasan kegiatan (bahkan sampai “lockdown”) dengan penurunan jumlah kasus dari hari ke hari, dalam bentuk “Movement Restriction and Mobility Change”. 

Prof Tjandra: Ramai Kasus Depresi di Kalangan PPDS, Ini 5 Rekomendasi Tindak Lanjut Perlu Dilakukan

Tentu pembatasan kegiatan sosial tidaklah berkepanjangan. New Delhi misalnya, mulai menerapkan “lockdown” total pada 17 April 2021 dan lalu ketika kasus mulai terkendali maka pada 31 Mei 2021 mulai dilakukan pelonggararan dalam bentuk “unlocking process” secara bertahap.  

Hal ke dua yang dilakukan di India adalah meningkatkan jumlah test secara amat bermakna. Pada bulan Februari 2021 sebelum ada peningkatan kasus maka jumlah tes yang dilakukan perhari pernah berkisar antara 700 dan 800 ribu. Begitu ada peningkatan kasus maka jumlah tes dinaikkkan secara amat besar-besaran dan mencapai lebih dari 2 juta tes seharinya pada bulan Mei 2021. 

Kita tahu bahwa tes punya tiga manfaat amat penting. Pertama, mereka yang positif dapat ditangani dari aspek kesehatannya, kedua mereka dapat diisolasi atau dikarantina mandiri atau dirawat sesuai kebutuhan, dan ke tiga dapat diputus rantai penularan dari yang positif ke masyarakat sekitarnya. Tentu saja sesudah tes maka harus diikuti dengan kegiatan telusur (“tracing”) yang massif pula. 

Hal ke tiga yang juga amat ditingkatkan di India adalah vaksinasi. Begitu kasus meningkat maka India juga melakukan vaksinasi secara amat besar-besaran, dan jumlahnya meningkat amat tajam hampir 15 kali lipat dalam 4 bulan. Sehari dapat sampai 8 juta orang yang divaksin. Tentu saja selain ke tiga upaya besar ini maka pelayanan kesehatan juga amat diperkuat di India pada bulan-bulan kasusnya amat tinggi.

Bagi kita anggota masyarakat maka mari terus memperketat 3 M dan juga 5 M. Kalau toh amat terpaksa keluar rumah maka lakukanlah tiga hal. Ke satu tetaplah patuh untuk jaga jarak, WHO menyebutnya sebagai “farther away from others safer than close together”.  

Ke dua, kalau toh harus berkumpul maka memang akan jauh lebih baik kalau dilakukan di udara terbuka, “open air spaces safer than enclosed spaces”. Kalau betul-betul terpaksa harus di dalam ruangan maka anjurannya adalah jendela dibuka agar ada ventilasi terbuka dengan udara luar atau diterapkan desain ruangan dengan menerapkan tehnologi sirkulasi udara dengan tepat. Ke tiga adalah mengurangi lamanya waktu kalau harus berada di luar rumah, yang disebut “shorter time periods with others are safer”. 

Prof Tjandra Yoga Aditama
Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI/ Guru Besar FKUI
Mantan Direktur WHO Asia Tenggara dan Mantan Dirjen P2P & Ka Balitbangkes

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya