Penyebab Sulit Tidur dan Cemas, Pasca Sembuh dari COVID-19

Insomnia
Sumber :
  • Times of India

VIVA – Pasien COVID-19 yang sudah dinyatakan sembuh umumnya bisa pulih kembali seperti sediakala. Namun ada beberapa pasien COVID-19 yang telah dinyatakan negatif masih mengalami gejala atau keluhan tertentu.

6 Tips Membuat Hidup Lebih Tenang, Pikiran Lebih Relaks

Gejala-gejala tersebut bahkan bisa dirasakan hingga lebih dari 4 minggu setelah penderita dinyatakan sembuh melalui hasil tes COVID-19 yang negatif. Beberapa gejala yang umum terjadi pada pasien yang telah dinyatakan negatif COVID-19 adalah gangguan pada neurologis atau saraf.

Salah satu gejala neurologis pasca dinyatakan negatif COVID-19 adalah kesulitan tidur. Lantas mengapa? Terkait hal itu, dokter spesialis neurologi, dr. Nurul Rakhmawati, Sp.N angkat bicara.

Bukan Cuma Biar Adem, Tidur Telanjang Ternyata Bermanfaat untuk Kesehatan

Dijelaskan Nurul, sebesar 35 persen hingga 40 persen pasien yang dinyatakan negatif COVID-19 mengalami kesulitan tidur.

"35-40 persen pasien COVID-19 dan non pasien COVID-19 di tengah pandemi ini jadi sulit tidur, karena penyakit sendiri," kata Nurul dalam program Hidup Sehat TvOne, Rabu 21 Juli 2021.

Jangan Anggap Remeh, Ini 4 Tanda yang Menunjukkan Anda Alami Stres

Tidak hanya kesulitan tidur saja, Nurul menjelaskan bahwa beberapa pasien yang telah dinyatakan negatif COVID-19 juga menyebabkan kecemasan. Hal ini lantaran pasien tersebut terlalu lama berada di rumah, tidak bekerja dan juga jarang terpapar udara dan sinar matahari.

"Kedua cemas pasien di rumah tidak bekerja, jarang terpapar udara matahari akibatkan gangguan tidur. Yang bisa terjadi insomnia atau gangguan pernapasan terkait tidur," kata Nurul.

Lantas apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah gangguan tidur dan rasa cemas? Nurul menjelaskan jika kesulitan tidur beberapa hal yang bisa dilakukan adalah dengan stretching. Stretching ini bisa dilakukan saat sebelum tidur.

"Take a deep breath, satu tangan di dada, satu tangan di abdomen (perut), ini bernafas diafragma. Tarik nafas, lalu tahan tujuh detik kemudian lepaskan dari mulut secara bertahap selama tiga detik. Hal ini bisa dilakukan selama 7-8 kali," kata Nurul.

Selain itu, pasien juga bisa melakukan kegiatan berjemur untuk mengatasi masalah kecemasan. Berjemur sendiri, kata Nurul dapat meningkatkan produksi melatonin.

"Mengurangi cahaya hp dan laptop. Kan selama WFH kita sering terpapar cahaya HP dan laptop jadi beberapa kondisi cahaya hp dan laptop mengakibatkan produksi melatonin menurun," kata dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya