Studi: Kasus Infeksi Ulang COVID-19, 5 Kali Lebih Banyak pada Omicron

Ilustrasi COVID-19/virus corona
Sumber :
  • Freepik

VIVA – Sebuah studi baru-baru ini yang dilakukan oleh Imperial College London menunjukkan, risiko infeksi ulang COVID-19 pada varian Omicron, lima kali lebih tinggi dibanding varian lainnya.

Pilkada 2024 Berbeda dan Lebih Kompleks dibanding Pilkada Serentak Sebelumnya, Menurut Bawaslu

Dalam sebuah makalah yang diterbitkan di Nature, para peneliti mengatakan, varian Omicron yang sangat menular dari SARS-CoV-2, telah secara signifikan meningkatkan jumlah orang yang terinfeksi ulang dengan COVID-19, tidak seperti varian sebelumnya.

Dilansir Times of India, Jumat 18 Februari 2022, menurut data yang dibagikan oleh Badan Keamanan Kesehatan Inggris, sebelum pertengahan November 2021 ketika varian ini ditemukan, infeksi ulang menyumbang sekitar 1 persen dari kasus COVID-19 yang dilaporkan, di mana sekarang telah meningkat menjadi sekitar 10 persen.

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

Gejala infeksi ulang

Meskipun gejala Omicron dikatakan ringan, para ahli dan mereka yang telah terinfeksi lebih dari satu kali mengatakan, gejala infeksi ulang COVID-19 jauh lebih parah. Menurut pengalaman orang yang terinfeksi ulang COVID-19, gejala infeksi pertama dan infeksi ulang tidak berbeda.

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

Sementara pakar kesehatan mengatakan, gejala infeksi ulang bervariasi setiap orang sama seperti gejala infeksi COVID-19. Beberapa orang mengeluhkan mengalami sakit tenggorokan dan pilek, sementara yang lain menderita sakit kepala ringan hingga parah.

Seberapa cepat penyintas COVID-19 terinfeksi kembali?

Banyak ahli telah menghubungkan kekebalan dengan infeksi ulang. Sementara di satu sisi tidak ada jawaban pasti tentang seberapa cepat seseorang dapat terinfeksi ulang, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mempublikasikan data terbarunya.

Ilustrasi COVID-19/virus corona

Photo :
  • Freepik

"Data terbaru menunjukkan pengujian ulang seseorang dalam 3 bulan setelah infeksi awal tidak diperlukan, kecuali orang tersebut menunjukkan gejala infeksi. COVID-19 dan gejalanya tidak dapat dikaitkan dengan penyakit lain," kata mereka.

Terkait reinfeksi, Medanta melaporkan, kebanyakan orang yang terinfeksi COVID-19, terlepas ada gejala atau tidak, menghasilkan antibodi dan sel tempur. Bagi mereka yang sudah pulih, kemungkinan infeksi ulang dikatakan sangat rendah dalam 3 bulan pertama setelah infeksi awal.

"Jika Anda mengalami infeksi ringan, tidak mendapatkan respons imun yang sangat baik, dan Anda terpapar lagi dengan virus, itu sangat mungkin, kata Dr Thomas Russo, profesor dan kepala penyakit menular di Universitas di Buffalo di New York.

Menurut studi dan survei yang dilakukan oleh Badan Keamanan Kesehatan Inggris, infeksi ulang mungkin terjadi jika empat bulan telah berlalu sejak infeksi pertama.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya