Soal COVID Deltacron, Sudah Terdeteksi di RI?

Virus Corona COVID-19.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Gabungan varian Delta dan Omicron atau disebut dengan Deltacron, mulai dideteksi oleh para pakar di dunia. Varian baru ini pun turut disorot oleh Kementerian Kesehatan RI. Benarkah sudah terdeteksi di Indonesia?

Viral Pasien DBD Membeludak di Kota Bekasi, Ini Kata Kemenkes

Sesditjen Kesehatan Masyarakat dan Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi menyampaikan terkait dengan informasi adanya sub varian Omicron BA.2. yang sudah masuk ke Indonesia, serta varian Deltacron yang sudah ada di beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Belanda, Perancis, dan Denmark.

''Hingga saat ini, pemerintah belum mendeteksi kasus varian Deltacron di Indonesia dan kita terus akan memantau," tegas dokter Nadia dalam konferensi pers Kementerian Kesehatan RI mengenai Perkembangan COVID-19 di Indonesia, Selasa 15 Maret 2022.

Kuota Haji Kabupaten Tangerang Bertambah, 20 Persen Lansia

Ilustrasi COVID-19/Virus Corona.

Photo :
  • pexels/Edward Jenner

Dokter Nadia juga menegaskan bahwa apapun jenis virusnya, protokol kesehatan dan vaksinasi tetap menjadi perlindungan yang ampuh bagi diri kita. Menurutnya, vaksin masih sangat efektif menangkal beragam varian COVID-19 terbaru itu. Maka masyarakat diimbau agar memenuhi kebutuhan vaksinasinya sebanyak dua dosis, dan akan lebih ideal dengan dosis ke-tiga.

Kemenkes Luncurkan SISP Healthcare, Misinya Ingin Hilangkan Penyakit Kanker

"Vaksin COVID-19 jenis apapun yang saat ini kita gunakan masih efektif untuk mempertahankan diri dari virus COVID-19, termasuk sub varian Omicron BA.1 maupun BA.2. Kuncinya kita harus lengkapi vaksinasi dua dosis, serta perlu menambah dosis ke 3 atau booster untuk menambah pertahanan kita dari sub varian Omicron ini. Tidak lupa, tetap menjalankan protokol kesehatan dengan ketat,'' tambah dokter Nadia.

Lebih dalam, dokter Nadia menegaskan bahwa pemerintah tidak terburu-buru untuk menyatakan transisi memasuki endemik. Pasalnya proses transisi menuju normalisasi endemi itu artinya bukan berarti kasus COVID-19 tidak ada sama sekali tapi tetap kasus itu akan ada.

''Untuk menghilangkan sebuah penyakit itu membutuhkan waktu yang lebih panjang, tentunya kita harus bersiap untuk terus berdampingan dengan COVID-19,'' katanya lagi.

Saat ini Indonesia masih dalam kondisi pandemi COVID-19, dengan banyaknya tren indikator pengendalian pandemi yang terus menunjukkan ke hal yang positif, Indonesia sudah mulai bersiap-siap membuat langkah menuju ke arah endemi.

Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi

Photo :

Transisi endemi marupakan suatu proses dimana periode dari pandemi menuju ke arah endemi dengan sejumlah indikator, antara lain laju penularan harus kurang dari 1, angka positivity rate harus kurang dari 5 persen, kemudian tingkat perawatan rumah sakit harus kurang dari 5 persen, angka fatality rate harus kurang dari 3 persen, dan level PPKM berada pada transmisi lokal level tingkat 1. Kondisi kondisi ini harus terjadi dalam rentang waktu tertentu misalnya 6 bulan.

Tentunya indikator maupun waktunya masih terus dibahas oleh pemerintah bersama dengan para ahli untuk menentukan indikator yang terbaik untuk kita betul-betul mencapai ke arah kondisi endemi.

''Yang paling penting pada saat endemi, walaupun kasusnya ada, dia tidak akan mengganggu kehidupan kita seperti saat ini di mana hampir aktivitas-aktivitas kehidupan kita, kehidupan sosial, kehidupan beragama, pariwisata ini tidak terganggu dengan adanya kasus COVID-19,'' pungkasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya