Awas Kuman TBC 'Ngumpet', Kenali Cara Deteksinya

Ilustrasi batuk.
Sumber :
  • Freepik/drobotdean

VIVA – Penyakit tuberkulosis (TBC) masih mengintai masyarakat dengan kasus kematian mencapai 93 ribu per tahun di Indonesia. Sayangnya, kasus TBC masih cukup sulit dideteksi karena ada sebagian yang tanpa gejala atau disebut pasien TBC laten. Apa itu?

Heru Budi Ingatkan Petugas Kesehatan Jangan Tolak Pasien TBC dari Luar Jakarta

Data di Indonesia tahun 2021 menunjukkan terdapat 824 ribu kasus TBC dan 93 ribu kematian di antaranya. Selain itu, dari 824 ribu tersebut baru sekitar 500 ribu orang yang berhasil diobati.

"Punya gap karena untuk penemuan kasus ada 800 sekian yang ketemu hanya 500 sehingga ada gap 300 ribu pasien. Ini yang harus diskrining besar-besaran," ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Dr drh Didik Budijanto pada konferensi pers virtual memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia 2022 bertajuk 'Investasi Untuk Eliminasi TBC, Selamatkan Bangsa', Selasa 22 Maret 2022.

Kasus TBC di DKI Cukup Tinggi, Heru Budi Minta Camat Hingga Lurah Turun

Sejalan dengan itu, Ketua Yayasan Stop TB Partnership dr. Nurul H.W. Luntungan, MPH mengatakan penyakit TBC laten disebabkan oleh bakteri yang bersembunyi di dalam tubuh seseorang. Sehingga orang tersebut nampak tidak memiliki penyakit TBC lantaran tak ada gejala sedikitpun.

Ilustrasi penyakit TBC.

Photo :
  • U-Report
Benarkah Ada Plastik yang Bisa 'Bunuh Diri'

“Penyakit TBC ini disebabkan oleh bakteri, dan bakteri TBC ini beda dengan bakteri lain. Bakteri TBC ini bisa sembunyi di dalam tubuh dan orang yang kena bakterinya belum tentu terlihat sakit TBC,” imbuhnya.

Senada, Koordinator Substansi TBC, Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakti Menular, Kemenkes dr. Tiffany Tiara Pakasi, MA mengatakan infeksi TBC laten terjadi saat seseorang yang terpapar kuman TBC namun memiliki imunitas yang bagus sehingga menyebabkan dia tidak bergejala. Tapi sebenarnya kuman tersebut tidak hilang melainkan dalam posisi tertidur.

“Sehingga sewaktu-waktu kalau daya tahan tubuhnya turun dan lain-lain dia bisa memicu kuman tersebut sehingga terjadi tuberkulosis aktif,” katanya.

Cara Mendeteksi TBC Laten

Pengendalian TBC laten ini belum lama masuk ke dalam program pemerintah. Ditetapkannya sebagai program eliminasi TBC setelah ada komitmen untuk mengakhiri TBC tahun 2030.

“Jadi baru beberapa tahun terakhir pemerintah memfokuskan TBC laten ke dalam program eliminasi TBC, dan fokus pada kelompok yang paling berisiko dalam hal ini kontak erat dari semua usia,” ucap dokter Tiara.

ilustrasi batuk.

Photo :
  • Viva.co.id/Lutfi

Maka, skrining kontak erat dilakukan melalui pertanyaan dan pemeriksaan dengan tes tuberkulin di kulitnya, atau pemeriksaan melalui darah. Kalau diketahui ada TBC laten maka orang tersebut akan diberikan obat pencegahan TBC.

Dalam tes tuberkulin, sejumlah kecil protein yang mengandung bakteri TBC akan disuntikkan ke kulit di bawah lengan. Bagian kulit yang disuntikkan lalu diperiksa setelah 48-72 jam. Jika hasilnya positif, berarti orang tersebut telah terinfeksi TBC.

Namun, lanjut dokter Tiara, karena TBC laten tidak bergejala, kebanyakan masyarakat tidak mau melakukan skrining. Hal tersebut menjadi salah satu hambatan dalam menemukan dan mengobati orang dengan TBC.

“Di sini memang diperlukan juga edukasi. Bagi orang yang diketahui positif TBC minum obatnya tidak sekali minum, minum obat paling cepat itu 3 bulan seminggu sekali, ada juga yang 6 bulan tiap hari. Sehingga memang perlu diyakinkan masyarakatnya yang sudah kita tes berisiko TBC laten untuk mau minum obat,” kata Tiara.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya