Ada 241 Kasus Gangguan Ginjal Akut pada Balita, Menkes Belum Tetapkan KLB

Menkes Budi Gunadi Sadikin.
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Willibrodus

VIVA Lifestyle – Lonjakan kasus gangguan ginjal akut sudah melebihi 200 pasien di 20 provinsi di Tanah Air. Meski begitu, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menegaskan bahwa pihaknya belum menetapkan kasus ini sebagai kejadian luar biasa (KLB).

Menhub dan Menkes Ikut Pindah ke IKN Juli 2024, Basuki: Menkeu Belum 

"Kita sudah diskusi, belum masuk status KLB," kata Menkes Budi dalam konferensi pers Kementerian Kesehatan RI, Jumat 21 Oktober 2022. Scroll untuk informasi selengkapnya.

Ada pun Menkes Budi melaporkan kasus gangguan ginjal akut kian bertambah hingga lebih dari 200 pasien. Bahkan, terkonfirmasi kasus kematian balita dari data tersebut sudah mencapai 133 jiwa di 22 provinsi di Indonesia.

Menkes: Kalau Mau Mencapai Indonesia Emas 2045, Masyarakat Harus Sehat dan Pintar

"Telah dilaporkan adanya 241 gangguan ginjal akut di 22 provinsi dengan 133 kematian atau 55 persen dari kasus. Jadi seperti kita lihat, ini terjadi peningkatan mulai bulan Agustus," ujar Menkes Budi.

Ilustrasi anak sakit.

Photo :
  • freepik/lifeforstock
Gus Baha Ingatkan Semua Orang Agar Ingat Mati Tapi Tetap Semangat Hidup

Menkes menambahkan bahwa investigasi dilakukan dan mengonfirmasi penyebab gangguan ginjal akut ini bukan dari bakteri, virus, atau pun parasit. Pihak Kemenkes sudah menyambangi 156 rumah pasien dan memeriksa sediaan obat sirup yang diduga memicu gangguan ginjal akut. Hal ini merujuk dari kasus kematian balita akibat senyawa kimia dalam obat sirup di Gambia. Senyawa kimia tersebut yaitu etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG)

(Ini bukan karena patogen karena toksik) Kita tes ke anak-anak tersebut yang ada di RSCM. Dari 17 ada 15 positif memiliki senyawa tadi EG dan DEG. Itu ada di mereka. Jadi terkonfirmasi ini disebabkan oleh senyawa kimia," tambah Menkes Budi.

Senyawa kimia itu saat dikonsumsi, kata Menkes, akan dimetabolisme oleh tubuh. Metabolisme itu mengubahnya menjadi asam oksalat yang menghasilkan kalsium oksalat sehingga berdampak fatal.

"Kalau masuk ke ginjal bisa jadi kalsium oksalat. Kristal kecil yang tajam-tajam di ginjal balita sehingga rusak ginjalnya," tambah Menkes Budi.

"Jadi kita mengambil kebijakan yang sifatnya konservatif. Daripada nanti banyak lagi balita yang masuk rumah sakti dan fatality rate-nya tinggi sekali," tandasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya