Pemicu Obesitas Anak Akhirnya Terkuak, Begini Cara Cegahnya

Ilustrasi anak gemuk/obesitas.
Sumber :
  • iStockphoto.

VIVA Lifestyle – Studi yang dilakukan oleh Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS (CDC) menemukan, kasus obesitas pada anak dan remaja meningkat dibandingkan sebelum pandemi COVID-19. Kementerian Kesehatan RI juga mengungkapkan kekhawatiran mengenai peningkatan kasus obesitas anak akibat pandemi.

Mengenal Tradisi Hantaran di Indonesia, Simbol Rasa Syukur dan Kasih Sayang

Sebagian besar kasus obesitas pada anak disebabkan oleh faktor eksogen (dari luar). Termasuk dengan minim gerak akibat larangan untuk berbaur dan keluar rumah selama dua tahun terakhir sehingga anak tak lagi terbiasa banyak beraktivitas. Scroll untuk info selengkapnya.

“Penyebabnya, makan berlebihan dan kurang aktivitas fisik,” ujar Dokter spesialis anak konsultan endokrinologi, dr. Frida Soesanti Sp.A(K), dalam keterangannya, dikutip Jumat 10 Maret 2023.

Bukan Hanya Menyenangkan, Ini 5 Manfaat untuk Anak Saat Main di Playground

Ilustrasi anak makan manis

Photo :
  • Times of India

Menurut dokter Frida, inilah yang terjadi selama pandemi. Aktivitas anak terbatas di rumah saja. Untuk mengatasi rasa bosan pada anak, tak jarang orangtua berusaha menyenangkan anak dengan membelikan makanan tinggi kalori, ataupun minuman manis. 

Tragedi DBD, Kisah Meninggalnya Seorang Anak di Lampung

“Sementara itu, sebagian besar waktu anak dihabiskan dengan gawai. Akhirnya kalori yang masuk melebihi kalori yang keluar,” imbuhnya. 

Alhasil, perlahan tapi pasti anak pun menggemuk. Meski pandemi sudah mulai terkendali, sayangnya kebiasaan makan yang kurang baik serta minimnya aktivitas fisik selama pandemi, telanjur terbentuk. Butuh keseriusan dari orangtua untuk mengembalikan pola makan anak menjadi lebih sehat, serta mendorong mereka untuk lebih aktif.

“Perbaikan pola makan tidak ada gunanya tanpa aktivitas fisik. Tidak perlu ambisius dengan olahraga khusus. Ajak anak bergerak selama 30 menit sudah cukup. Ketika endurance sudah baik, baru ditambah intensitasnya,” pungkas dr. Frida

Momen Makan Dibuat Menyenangkan
Tantangan terbesar menerapkan pola makan sehat dimulai sejak bayi mendapat MPASI di usia 6 bulan. Maka dari itu, cegah obesitas dengan memperbaiki pola makan anak, termasuk saat mulai MPASI.

“Di usia ini sampai 2,5 tahun, biasanya muncul gerakan tutup mulut, menolak makan, ataupun picky eating. Biasanya juga terjadi emotional feeding complex, di mana anak menunjukkan ketidaksukaan terhadap makanan yang diberikan ibunya atau pengasuhnya,” ungkap psikolog Irma Gustiani, M.Psi, Psikolog, PGCertPT. 

Ilustrasi MPASI/parenting.

Photo :
  • Freepik/cookie_studio

Atau, bisa juga ada masalah psikologis lain. Lantas, bagaimana solusinya? 

1. Porsi Kecil 
“Pertama, pastikan memberikan makanan anak dalam porsi kecil sehingga secara psikologis, anak bisa melihat bahwa makanan itu sebetulnya cukup buat dia. Jadi, tidak perlu terlalu banyak,” terang Irma. 

2. Tampilan Menarik
Kedua, buat tampilan makan menarik, sehingga si Kecil tertarik secara visual. Misalnya dengan plating semenarik mungkin, dan peralatan makan yang lucu. 

3. Dukung Suasana Makan
Selanjutnya yang tidak kalah penting, ibu ataupun ayah yang mengasuh, perlu bersabar dan menjaga suasana hati selama kegiatan makan agar tidak berkonflik dengan anak.

“Kegiatan makan di usia ini adalah masa yang krusial bagi anak. Secara psikologis, anak butuh kondisi aman dan mendukung supaya bisa menikmati kegiatan makan,” ucap Irma.

4. Edukasi Anak
Anak sudah bisa mulai diedukasi mengenai bahan baku makanan sejak dini. Tentu, disesuaikan dengan usia dan kemampuannya. Pada anak yang masih kecil, ibu bisa memperlihatkan bentuk dan warna sayur dan buah yang akan dikonsumsi. Hal ini juga menjadi stimulasi yang sangat baik bagi si kecil untuk mulai mengenal warna, bentuk, ukuran, dan tekstur. Di usia 3 tahun, edukasi bisa lebih kompleks.

"Anak sudah bisa diajak ikut serta kegiatan masak, mencuci sayur, memisahkan bahan makanan, dan aktivitas lain yang berhubungan dengan aktivitas keterampilan motorik,” papar Irma.

Ilustrasi parenting/orangtua dan anak/anak makan.

Photo :
  • Freepik/freepik

Hal ini bisa dilakukan sambil mengobrol dengan si kecil mengenai menu, makanan yang dimasak, dan seperti apa rasanya. Biasakan pula untuk sebisa mungkin makan bersama. Selama kegiatan makan, jauhkan anak dari distraksi seperti televisi, gawai, maupun hal-hal lain yang akan menghambat si kecil dalam proses kegiatan makan. 

Irma juga mengingatkan pentingnya orangtua mengetahui makanan apa saja yang boleh dan tidak boleh diberikan kepada anak.

“Misalnya makanan yang memicu alergi pada anak, atau makanan yang belum cocok diberikan ke anak. Perlu konsultasi ke dokter anak atau ahli gizi untuk mendapat informasi lengkap tentang pola hidup sehat yang tepat pada anak karena setiap anak berbeda,” pungkasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya