Kemenkes: 89 Persen Kasus Malaria Masih Tinggi di Indonesia Timur

Ilustrasi nyamuk malaria.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA Lifestyle – Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr. Maxi Rein Rondonuwu mengatakan jumlah kasus malaria di Indonesia dari tahun ke tahun meningkat. Paling banyak kontribusi kasus malaria di wilayah Indonesia Timur antara lain Papua, Papua Barat, Maluku, dan NTT.

Harga Gula Meroket, Ini Kata Kadis Perindag ESDM Sumut

Hampir 89 persen kasus malaria masih ada di wilayah-wilayah tersebut. Namun demikian, tahun ini satu kabupaten di Papua Barat Daya yaitu Sorong Selatan bisa mencapai eliminasi. Scroll untuk info selengkapnya.

“Kami harapkan adanya satu kabupaten (yang berhasil eliminasi malaria) ini di tahun-tahun mendatang akan lebih banyak lagi kabupatennya/kota yang mengikuti seperti Sorong Selatan,” ujar Dirjen Maxi, dalam keterangan persnya, dikutip Jumat 5 Mei 2023. 

Selesaikan Persoalan Papua, Jusuf Kalla Beri Saran Begini ke Prabowo-Gibran

Peran pemerintah daerah dan lintas sektor diperlukan untuk mendorong percepatan eliminasi malaria. Dirjen Maxi meminta kepada pemerintah daerah khususnya di wilayah timur Indonesia untuk segera mengejar eliminasi malaria.

Pengawasan Pilkada 2024 di Kabupaten Puncak Papua Terancam Tak Maksimal

“Harapan kami malaria di Indonesia betul-betul bisa dikendalikan, khususnya di wilayah timur. Kami harapkan tentu peran daripada bupati, walikota, dan juga gubernur untuk mendorong daerah melakukan percepatan eliminasi malaria,” ucap Dirjen Maxi.

Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Sorong Selatan Dance Nauw menjelaskan eliminasi malaria di wilayahnya telah melalui proses panjang dari tahun 2009 sampai 2022.

“Jumlah kasus dari 2009 hingga 2022 mencapai angka tertinggi hingga 8 ribu pada 2012 dan 2013. Kemudian kasus mulai menurun pada tahun 2016 hingga 2022, dan pada 2022 tercatat hanya 21 kasus,” ungkap Dance.

Ia menyebut ada berbagai upaya yang dilakukan sejak 2009 hingga 2022 untuk mengeliminasi malaria. Upaya yang dilaksanakan pada tahun 2009-2014 adalah distribusi kelambu massal sebanyak 87.480.

Tahun 2009 sampai 2015 pemerintah daerah melakukan pelatihan 19 analis, 17 surveilans, 12 bidan, dan 3 dokter. Lalu, pada 2009-2017 melakukan mass blood survey (MBS) dan indoor residual spraying (IRS) di wilayah endemis tinggi, dan pembentukan kader malaria.

Ilustrasi nyamuk.

Photo :
  • Pexels/icon0.com

MBS adalah upaya pencarian dan penemuan penderita malaria yang dilakukan melalui survei malaria pada penduduk yang tidak menunjukkan gejala malaria klinis. Sementara IRS adalah praktek penyemprotan insektisida pada dinding interior rumah di daerah yang terkena malaria.

Pada 2017 sampai sekarang pemerintah daerah memberlakukan program Bela Kampung pilot project strategi bertahan PE 1 2 5 Provinsi Papua Barat. Lalu, 2020 sampai sekarang pemerintah daerah membentuk tim advokasi dan penilaian mandiri, menindaklanjuti hasil penilaian pelatihan entomolog, dan on the job training ahli teknologi laboratorium medik. Serta, 2021 – 2022 pemetaan reseptifitas, pengendalian jentik, surveilans migrasi, dan perjanjian lintas batas.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya