Hipertensi Si Pembunuh Senyap, Mengancam Nyawa Tanpa Gejala

Ilustrasi hipertensi.
Sumber :
  • Pixabay/rawpixel

VIVA Lifestyle – Hipertensi, atau dikenal juga dengan istilah tekanan darah tinggi, adalah kondisi medis yang umum dijumpai di masyarakat, tetapi sering kali tidak disadari oleh pengidapnya. Jika tidak dikelola dengan baik, kondisi ini berisiko menimbulkan masalah terhadap kesehatan. 

Terpopuler: Sakit yang Diidap Parto sampai Syifa Hadju Pernah Diperingatkan oleh Raffi Ahmad

Hipertensi adalah masalah kesehatan global yang umum dijumpai. Menurut data dari World Health Organization (WHO), pada 2019, lebih dari 1,13 miliar orang di seluruh dunia menderita hipertensi. Prevalensi ini cenderung meningkat seiring dengan pertambahan usia dan gaya hidup yang tidak sehat. Scroll untuk info selengkapnya.

"Hipertensi sering disebut sebagai Silent Killer. Karena umumnya tidak menimbulkan gejala yang jelas pada penderitanya, tetapi berisiko menyebabkan masalah serius pada pembuluh darah dan organ penting tubuh, seperti jantung, otak, mata, ginjal, dan organ tubuh lainnya jika tidak ditangani dalam jangka panjang," ujar Dokter Spesialis Penyakit Dalam RS Pondok Indah – Puri Indah, dr. Wirawan Hambali, Sp. P. D., FINASIM, dalam keterangannya, dikutip Selasa 17 Oktober 2023.

5 Mitos Tentang Masturbasi, Benarkah Bisa Hilangkan Keperawanan?

Di Indonesia, hipertensi juga menjadi masalah serius. Menurut laporan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, pada 2018, sekitar 34,1 persen penduduk dewasa Indonesia menderita hipertensi (Riskesdas 2018). 

Tragedi DBD, Kisah Meninggalnya Seorang Anak di Lampung

"Angka ini menunjukkan bahwa lebih dari sepertiga populasi Indonesia berpotensi terkena risiko komplikasi serius akibat hipertensi jika tidak diatasi dengan baik," jelasnya.

Permasalahan juga muncul bahwa dari sebagian besar masyarakat yang terkena hipertensi tidak menyadari bahwa mereka mengidap penyakit ini. Sementara sebagian besar pengidap hipertensi tidak menjalani pengobatan, serta dari sebagian yang menjalani pengobatan tidak mencapai target tekanan darah yang diharapkan.

"Beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan hipertensi meliputi usia, risiko hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia, faktor genetik, dan adanya anggota keluarga dengan riwayat hipertensi dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit yang sama," tuturnya.

Selain itu, faktor lain seperti gaya hidup yang meliputi konsumsi garam berlebihan, kurangnya aktivitas fisik, obesitas, merokok, dan konsumsi alkohol berlebihan merupakan faktor-faktor gaya hidup yang berkontribusi pada timbulnya penyakit ini.

Ditambah, kebiasaan diet dengan kandungan tinggi lemak jenuh, kolesterol, dan gula dapat berperan dalam perkembangan hipertensi. Faktor lain berupa stres dan kondisi tekanan psikologis kronis dapat turut memengaruhi tekanan darah. Terakhir, adanya kondisi medis lain seperti angguan hormon, gangguan tidur seperti sleep apnea, penyakit pankreas, dan lain sebagainya juga dapat meningkatkan risiko hipertensi.

Ilustrasi hipertensi.

Photo :
  • Pixabay/frolicsomepl

"Pencegahan dan pengelolaan hipertensi sangat penting untuk menghindari komplikasi yang lebih serius seperti serangan jantung, stroke, atau kerusakan organ lainnya," tegasnya.

Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengelola hipertensi antara lain perubahan gaya hidup dengan menerapkan pola makan sehat, mengurangi konsumsi garam, meningkatkan aktivitas fisik, berhenti merokok, dan mengurangi konsumsi alkohol.

Selanjutnya, dokter mungkin akan meresepkan obat untuk menurunkan tekanan darah jika perubahan gaya hidup tidak cukup efektif membantu. Ada baiknya obat rutin yang sudah diresepkan dokter diminum secara teratur untuk membantu kerja organ tubuh dalam menurunkan tekanan darah. 

"Obat rutin yang sudah diresepkan oleh dokter tidak akan membuat ginjal rusak, karena dosisnya sudah disesuaikan dengan kondisi masing-masing pasien. Sebaliknya, resep obat rutin yang tidak dikonsumsi dengan baik, justru dapat memperberat kerja organ ginjal," imbuhnya.

Selain itu, lakukan pemeriksaan tekanan darah secara teratur, bahkan jika Anda merasa sehat. Hal ini penting untuk memantau kemajuan dan memastikan bahwa pengobatan berjalan dengan baik.

Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam jika memiliki riwayat keluarga dengan hipertensi atau faktor risiko lain yang meningkatkan peluang berkembangnya kondisi ini. Serta, perkaya pengetahuan mengenai berbagai informasi terkait hipertensi dan cara mengelolanya. Hal ini dapat membantu dalam menentukan langkah-langkah yang lebih baik untuk menjaga kesehatan.

"Menyandang predikat sebagai the Silent killer, bukan berarti penyakit hipertensi menjadi akhir dari segalanya. Ketahui kondisi Anda dan orang tercinta dengan melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin, tidak hanya untuk hipertensi, tetapi juga untuk mengetahui risiko penyakit lainnya," kata dia.

"Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam, terutama jika memiliki faktor risiko hipertensi. Semakin cepat hipertensi dideteksi dan ditangani, maka semakin kecil risiko terjadinya penyakit komplikasi yang lebih berat," tandasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya