Ahli Sebut Wolbachia Aman untuk Jangka Panjang: Risiko Bisa Diabaikan Sampai 30 Tahun ke Depan

Ilustrasi nyamuk.
Sumber :
  • Pixabay/Nuzree

JAKARTA – Penggunaan bakteri wolbachia untuk menekan demam berdarah dengue (DBD) dipastikan aman. Hal itu diungkap oleh Entomolog Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Damayanti Buchori. 

Tragedi DBD, Kisah Meninggalnya Seorang Anak di Lampung

Kesimpulan ini didapat usai dilakukan analisis risiko nyamuk ber-wolbachia oleh tim independen bentukan Kemenkes dan Kemenristek Dikti pada 2016 lalu. Tim independen terdiri dari 24 peneliti terbaik Indonesia dengan keahliannya masing-masing. Scroll untuk informasi selengkapnya.

Prof Damayanti menjelaskan, analisis risiko ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas dan dampak jangka panjang dari penerapan nyamuk ber-wolbachia terhadap manusia, hewan maupun lingkungan, mengingat penerapan wolbachia untuk mengatasi demam berdarah terbilang teknologi baru.

Keberadaan Astronot Terancam, Hal Mengerikan Ini Muncul di Luar Angkasa

"Tujuan dari analisa risiko karena wolbachia ini adalah teknologi baru. Kita tidak tahu dampak lingkungannya bagaimana, sehingga analisa risiko ini untuk melihat jangka panjang, apa kira-kira dampak negatif di masa depan,” kata Prof Dama saat media breafing bersama Kemenkes, yang digelar virtual di Jakarta.

6 Tanda Kamu Terkena DBD, Kenali Gejalanya Sejak Dini agar Tidak Makin Fatal

Pakar Serangga IPB itu mengatakan, selama proses analisis risiko, para peneliti banyak mendiskusikan potensi-potensi yang mungkin akan terjadi di masa depan. Ada pun fokus diskusi menekankan pada 4 hal, yaitu risiko pada lingkungan, socio kultural dan ekonomi, manajemen nyamuk dan public health.

“Pertama yang diidentifikasi adalah bahayanya. Bahaya apa yang akan terjadi di masa depan, dan itu kita identifikasi ada 56 bahaya. Kita juga tentukan waktunya. Akhirnya kita sepakat untuk memprediksi bahayanya dalam waktu 30 tahun ke depan seperti apa," tuturnya.

Hasilnya, penerapan teknologi nyamuk ber-wolbachia untuk menekan penyebaran virus demam berdarah dikatakan aman, bahkan dalam jangka waktu 30 tahun ke depan risikonya dapat diabaikan.

“Dari matriks risiko, pada akhirnya keluarlah negligible risk, yakni penggunaan wolbachia dapat diabaikan dalam waktu 30 tahun. Namun, monitoring secara reguler perlu dilakukan untuk melihat perkembangannya," jelasnya.

Berbekal analisis risiko tersebut, Prof Adi Utarini selaku Peneliti Nyamuk Ber Wolbachia Universitas Gadjah Mada (UGM) kian meyakini bahwa wolbachia adalah bakteri alami bukan rekayasa genetika. Wolbachia juga diklaim aman untuk manusia, hewan dan lingkungan. Dari sini, penyebaran nyamuk aedes aegypti yang memiliki bakteri baik wolbachia pun diperluas.

Ilustrasi nyamuk.

Photo :
  • Pexels/icon0.com

“Pelepasan (nyamuk ber-wolbachia) awalnya dilakukan dari wilayah kecil di tingkat dusun, dan di fase menentukan untuk menunjukkan bagaimana efeknya untuk penurunan dengue. Akhirnya dilakukan pelepasan dalam skala luas di Kota Yogyakarta,” katanya.

Hasilnya, penyebaran nyamuk ber-wolbachia untuk mengurangi demam berdarah terbukti efektif menurunkan angka kejadian dengue hingga 77 persen dan angka perawatan di rumah sakit sebesar 86 persen. Penggunaan fogging atau pengasapan juga perlahan menurun.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya