Pakar Gizi Klinik Sebut Anemia Defisiensi Besi Bisa Sebabkan Masalah Serius pada Anak

Dokter Juwalita Surapsari dan Dokter Ray Wagiu Basrowi
Sumber :
  • dok. Istimewa

Jakarta – Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang memiliki masalah gizi yang cukup beragam. Sejumlah penelitian turut mengatakan bahwa masalah gizi di Indonesia cenderung meningkat tidak seperti beberapa negara ASEAN yang lain, yaitu Malaysia dan Thailand. 

Pentingnya Kesehatan di Masa Golden Age Anak, Bakal Tentukan Kondisi Masa Depan

Menurut dokter spesialis gizi klinik dr Juwalita Surapsari, M.Gizi, Sp.GK dalam acara yang digelar Sarihusada dengan tema ‘Pentingnya Cek Nutrisi untuk Dukung Tumbuh Kembang Maksimal Anak’ mengatakan bahwa ada tiga masalah gizi utama yang dihadapi Indonesia. 

“Bicara tentang masalah pada anak, ada beberapa hal yang bisa saya paparkan. Kalau kita berbicara tentang anemia, 1 dari 3 anak usia 0-59 tahun memang masih mengalami anemia. Salah satu penyebabnya karena kurang zat besi,” kata dokter Juwalita dalam acara tersebut. 

Riwayat Penyakit Babe Cabita, Pernah Kritis Karena Anemia Aplastik

Dokter Juwalita Surapsari dan Dokter Ray Wagiu Basrowi

Photo :
  • dok. Istimewa

“Kemudian 17,7% balita itu mengalami gizi buruk dan gizi kurang. Untuk mengukurnya, kita melihatnya dari berat badan sesuai usianya. Lalu, data ketiga bahwa 30,8% balita sangat pendek dan pendek, kategori ini berdasarkan tinggi badan seusianya,” ungkapnya. 

Cegah Anemia, Ahli Gizi Sarankan Minum Ini saat Ramadhan

Lebih lanjut, dr Juwalita juga menjelaskan mengenai anemia defisiensi besi (ABD) atau rendahnya kadar hemoglobin akibat kekurangan zat besi dalam tubuh. Ia mengatakan jika masalah ini tidak terputus, maka rantainya akan terus dirasakan oleh anak cucu kelak. 

“Ketika ADB terjadi pada masa pra-konsepsi atau sebelum terjadi pembuahan, ini bisa menjadi salah satu faktor risiko anaknya terlahir kecil atau stunting. Misalnya, kita lihat dari anak remaja yang alami anemia pastinya fungsi kognitifnya akan terganggu,” jelas dr Juwalita. 

“Selain itu, produktivitasnya akan menurun, dia akan tumbuh menjadi orang dewasa yang tidak produktif. Kalo perempuan dewasa ini hamil, akan ada resiko terjadinya komplikasi di dalam kehamilan dan juga persalinan akan meningkat,” ujarnya. 

Dokter Juwalita Surapsari dan Dokter Ray Wagiu Basrowi

Photo :
  • dok. Istimewa

Ia juga mengatakan bahwa dampak dari bayi yang dilahirkan dari orang tua ADB akan mengalami prematur, berat badan lahir rendah, pertumbuhan dan perkembangan otaknya juga terganggu, dan akhirnya anak tersebut akan tumbuh terhambat atau stunting. 

Sementara itu, Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK. selaku Medical & Scientific Affairs Director Sarihusada mengimbau kepada semua orang tua di Indonesia untuk menyadari bahwa pola makan dengan gizi seimbang sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak

“Dalam momentum Hari Gizi Nasional, kami harapkan bisa lebih banyak lagi masyarakat yang teredukasi tentang pola makan dengan gizi seimbang dalam upaya mencegah anemia dan stunting agar anak-anak Indonesia dapat tumbuh dengan maksimal untuk jadi anak generasi maju,” paparnya. 

“Selain itu, kami juga ingin mengajak para Bunda untuk lebih cermat dalam memastikan kandungan nutrisi susu pertumbuhan yang dikonsumsi Si Kecil. Pilih yang memiliki kombinasi unik Zat Besi dan Vitamin C yang dapat mendukung penyerapan Zat Besi hingga 2X lipat untuk mencegah anemia pada anak karena isinya lebih penting,” tutup dr. Ray.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya