Mengeratakkan Tulang, Amankah dari Sisi Kesehatan?

Ilustrasi tangan
Sumber :
  • iStock

VIVA.co.id - Mengeretakkan tulang jemari dan sendi, atau yang biasa dikenal dengan istilah cracking joint, adalah hal yang biasa dilakukan oleh kebanyakan orang, saat sedang merasa pegal atau lelah. Namun, tahukah Anda, kebiasaan ini buruk dari sisi kesehatan.

Menanggapi hal ini, dokter Nina Amelia dari Meetdoctor, mengatakan bahwa kebiasaan ini bisa membahayakan bila dilakukan terlalu sering, "Apalagi, jika sampai jadi kebiasaan."

Pasalnya, meskipun hingga saat ini belum terbukti dapat menyebabkan gangguan sendi, namun mengeretakkan tulang atau persendian diduga dapat menyebabkan cedera ligamen di sekitar sendi, atau dislokasi tendon bisep (pembungkus hubungan otot dan tulang).

Dislokasi tendon bisep (biceps tendon dislocation) adalah dislokasi pada salah satu dari dua tendon bisep, yaitu tendon yang melekat pada rongga tulang belikat dan merentang melalui sendi bahu ke sulcus (organ alur) di sisi depan kepala tulang lengan atas (humerus). Tendon mengalami dislokasi ketika terkilir atau tergeser dari sulcusnya.

Gejala dari dislokasi tendon bisep ini, menurut Nina, bisa ditandai dengan rasa ngilu dan nyeri yang tak tertahankan pada bagian sendi dan sambungan tulang pada tubuh. Bila sudah terjadi keluhan ini, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter spesialis agar segera mendapat penanganan.

Menutup penjelasannya Nina mengatakan, untuk mencegah kemungkinan terkena gangguan sendi dan tulang yang membahayakan, sebaiknya kebiasaan mengeretakkan tulang dan sendi dibatasi, bahkan kalau bisa dihentikan. Karena meski dampak jangka pendek tidak terlihat, namun gangguan pada jangka panjangnya yang harus diperhatikan. (one)

Baca juga:

5 Kota dengan Biaya Hidup Termurah di Indonesia,Tegal Termasuk?






Hamas Melunak, Setujui Konflik dengan Israel Pakai Solusi Ini
Rupiah melemah terhadap dolar AS.

Rupiah Melemah, Sri Mulyani Beberkan Mata Uang Negara-negara G20 Kondisinya Senasib

Sri Mulyani mengatakan bahwa nasib serupa juga dialami oleh sederetan mata uang dari negara-negara lain, termasuk negara anggota G20.

img_title
VIVA.co.id
26 April 2024