Sel Punca Belum Bisa Obati Diabetes Secara Luas

Ilustrasi sel punca
Sumber :
  • Pixabay

VIVA.co.id - Metode pengobatan stem cell, atau sel punca memang berita bagus dunia kedokteran masa depan. Berbagai pengobatan penyakit dan perawatan kecantikan diklaim mampu dilakukan dengan terapi ini.

Namun, menurut Prof. Dr.dr. Agung Pranoto,MSc, SpPD-KEMD, FINASIM, spesialis penyakit dalam, sekaligus konsultan endrokin metabolik diabetes dari Rumah Sakit Darmo, pengobatan diabetes menggunakan sel punca masih bersifat eksperimental, sehingga belum dapat digunakan sebagai terapi pengobatan diabetes.

"Masih clinical trial fase satu atau dua. Jadi, kalau pengobatan itu harus dihitung number need to treat-nya. Mengobati berapa orang bisa sembuh satu? Kalau number need to treat-nya masih ratusan, ribuan, mengobati 1.000 orang dapat satu sembuh itu tidak boleh dipakai secara luas," ungkap Agung, ditemui beberapa waktu lalu.

Lebih lanjut, ia mengatakan, masyarakat harus memperhitungkan dan mengetahui bahwa metode pengobatan suatu penyakit yang masih berdasarkan testimoni tidak boleh sembarangan dilakukan.

Selain memperhitungkan number to treat suatu pengobatan tertentu sebelum secara resmi dapat dipakai di dunia kedokteran secara luas, harus dilihat number to cost, atau biayanya.

Menteri Riset Ingin Sel Punca Sembuhkan Semua Penyakit di RI

"Stem cell misalnya harganya Rp70 juta. Satu orang Rp70 juta dia dapat satu sembuh, atau satu baik kalau mengabati berapa ratus? Mengeluarkan Rp1 miliar dapat satu sembuh kira-kira kita pakai tidak? Kasian pasiennya. Kita harus pakai obat yang betul-betul efektif, yang number need to cost-nya yang paling ringan, number need to harm-nya, komplikasi paling ringan dan number need to treatnya paling sedikit. Jadi yang sudah well establish. Kalau stem cell belum," jelas Ketua Persatuan Diabetes Indonesia itu.

Beda pasien luar dan lokal

Dijelaskan, di dunia medis, terdapat regulasi penggunaan metode pengobatan terhadap manusia di dalam dunia medis. Jika masih dalam fase trial atau percobaan, tentu tidak boleh digunakan pada semua orang dan tidak boleh dijual dengan bebas.

Agung mengatakan, pada tahap ini terapi sel punca untuk pengobatan penyakit diabetes masih sampai pada tahap riset. Sehingga, meskipun hasilnya positif, belum bisa dideklarasikan sebagai terapi yang well establish.

Berbeda dengan terapi gaya hidup dan insulin yang sudah mapan. Menurut dia, pasien diabetes yang paling lama usianya adalah mereka yang melakukan suntik insulin. Klinik diabetes di Amerika Serikat, memberi 50 tahun, 75 tahun, dan 80 tahun Medal kepada pasien diabetes yang mereka obati.

"Jadi, yang sakit diabetes 50 tahun masih hidup dan sehat itu jumlahnya ribuan. Yang menerima 75 tahun Medal sudah hampir 100 orang. Mereka mulai sakit saat anak-anak. Sakitnya diabetes tipe satu. Sejak kecil pakai insulin. Yang paling panjang, 80 tahun Medalist, kalau nggak salah mulai sakit diabetes usia enam tahun. Sekarang usianya 90 tahun lebih, tapi tetap sehat karena pakai insulin," ujar dia.

Sayangnya, yang terjadi di Indonesia kebalikannya. "Baru sakit lima tahun kakinya sudah diamputasi, sudah cuci darah, matanya sudah nggak bisa melihat, sudah serangan jantung dan stroke," kata Agung menyesalkan. (asp)

Lawan Diabetes Tipe 2 dengan Kurangi Berat Badan?
Seorang periset tengah meneliti sel punca di suatu laboratorium di Jakarta.

Mengenal Punca, Sel yang Bisa Tumbuh Gantikan Organ Rusak

Sel punca bisa menyembuhkan penyakit jantung, diabetes, hingga kanker.

img_title
VIVA.co.id
6 Januari 2016