Calon Ibu, Waspadai Gangguan Kejiwaan Pasca Melahirkan

Ibu dan anak.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA.co.id – Centre for Disease Control and Prevention in Risk Assesment Monitoring System tahun 2011 menyebutkan, satu dari 10 perempuan mengalami gangguan post partum depression. Bentuknya bisa berupa sifat mudah marah atau mudah cemas.

Ibu Hamil, Jangan Sembarang Pakai Produk Perawatan Kulit

Menurut dr Sri Habibah Sari Melati, tim dokter Konsula, ada beberapa bagian dari gangguan kejiwaan pascapersalinan yaitu sindrom baby blues, post partum depression, dan psikosis.

“Ada suatu teori mengenai timbulnya post partum depression, yang menyebutkan post partum depression diduga disebabkan penurunan hormon estrogen (estradiol) yang secara fisiologis memang menurun kadarnya pasca persalinan,” ujar dr. Sri Habibah dalam rilis yang di terima VIVA.co.id pada 10 Juni 2016..

Cara Merawat Kaki Bengkak Saat Hamil

Pada sindrom baby blues, gangguannya muncul dalam dua minggu pertama atau dalam lima hari pasca persalinan. Sindrom ini membuat ibu tidak mau berinteraksi dengan bayinya karena cenderung menganggap bayi yang dilahirkannya adalah beban bagi dirinya. Rentang waktu terjadinya pun lebih cepat.

Jika gejalanya menetap bisa berkembang menjadi post partum depression, di mana penderita mulai kehilangan minat dan gairah hidup. Bahkan tidak menutup kemungkinan muncul keinginan bunuh diri. Jika terus menetap, bisa berpotensi menjadi gangguan kejiwaan yang lebih berat lagi yakni psikosis, dengan gejala psikosis berupa halusinasi, delusi, dan gangguan realitas lainnya.

16 Keluhan Ibu Hamil saat Trimester Pertama

Untuk mengatasi terjadinya gangguan kejiwaan pasca melahirkan, dr Sri Habibah menyarankan agar ada kewaspadaan dari suami dan keluarga. Sehingga gejala-gejala tersebut bisa dideteksi lebih awal.

“Misalnya, ketika ada kejanggalan atau tingkah laku yang tidak biasa dari istri, maka suami diharapkan segera tanggap untuk membantu dan mendukung istri dengan berkonsultasi ke dokter,” katanya.

Selain itu, suami dan keluarga juga harus memberikan dukungan maksimal pada penderita dengan menempatkannya di lingkungan yang nyaman, dan membantu pekerjaan yang dirasa terlalu membebani penderita, dalam mengurus bayi dan rumah tangga.

Laporan: Adinda Permatasari

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya