Minyak Kedelai, Alternatif Bahan Masak yang Jauh Lebih Sehat

Ilustrasi kacang kedelai.
Sumber :
  • Pixabay/Jing

VIVA – Bagi sebagian orang, kedelai hanya dapat diolah menjadi beberapa produk pangan olahan. Seperti oncom, tahu, tempe, susu, kecap, tauco, soba hingga natto. Tetapi ternyata produk kedelai juga bisa diolah menjadi minyak.

10 Makanan yang Bisa Turunkan Gairah Seks, Pria Wajib Tahu

Ya, minyak kedelai sendiri diketahui lebih baik dibandingkan dengan minyak kelapa atau minyak sawit yang sering kita gunakan dalam keseharian sebagai minyak goreng. Hal tersebut disampaikan oleh Guru Besar Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor (ITB), Prof. Dr. Ir. Mare Astawan, MS.

Dia menjelaskan bahwa minyak kedelai memiliki kandungan lemak jenuh yang lebih rendah dibandingkan dengan lemak jenuh yang terdapat di dalam minyak sawit. Proses pembuatan minyak kedelai yang dibuat dengan cara ekstrasi ini meningkatkan kadar kolesterol baik dan menurunkan kadar kolesterol jahat dalam darah.

Di Tengah Ingar-Bingar Pemilu, Perajin Tahu di Jombang Menjerit Harga Kedelai Impor Naik

"Karena kandungan (lemak) tidak jenuhnya yang lebih rendah, paling banyak dipakai dua kali saja," kata dia di Taman Kajoe Jakarta Selatan, Rabu, 24 Oktober 2018.

Selain itu, kandungan isoflavon yang terdapat pada biji kedelai mampu menangkal radikal bebas serta mampu membantu mencegah osteoporosis. Namun sayangnya, keberadaan minyak kedelai ini tidak terlalu disambut baik di pasar Indonesia. Hal ini lantaran, kata Made, harganya yang cukup mahal. Belum lagi kebiasaan masyarakat kita yang lebih suka menggunakan minyak jelantah.

Anak Mudah Tertular Penyakit Akibat Imun Rendah, Pakar Imbau Cegah Pakai Tempe

"Enggak laku kalau di sini karena mahal di Indonesia. Minyak ini juga enggak cocok sama kita yang suka pakai minyak jelantah yang dipakai berkali-kali," ujarnya.

Selain itu juga jarang ditemukannya minyak kedelai di Indonesia karena keberadaan kedelai di sini yang tidak terlalu banyak. Mengingat tanaman kedelai merupakan jenis tanaman subtropis yang membutuhkan jumlah pencahaayaan matahari yang lebih banyak selama pertumbuhannya.

Berbeda dengan Amerika Serikat sebagai produsen kedelai yang  jumlah waktu penyinaran mataharinya bisa mencapai 16-18 jam, di Indonesia jauh lebih sedikit, yakni 12 jam saja.

"Jangankan buat minyak, buat tempe atau buat kecap aja enggak ada. Kalau ada, itu juga barangnya (kedelai) impor dalam bentuk minyak," ucapnya.

Ia juga menambahkan bahwa petani di Indonesia lebih memilih menanam padi atau jagung, karena untungnya jauh lebih besar dibandingkan dengan menanam kedelai.

"Secara hitungan ekonomis lebih menguntungkan menanam padi, jagung per hektare dibandingkan dengan kedelai. Petani rasional mending padi, jagung, untungnya lebih besar. Kecuali ada intervensi khusus dari pemerintah, misalnya subsidi," kata Mare.

(je)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya