Menyulap Ketela Jadi Kue Renyah dan Sehat

Kue kering herbal rendah gula dan bebas terigu Rabu 29 Juni 2016
Sumber :
  • viva.co.id/D.A. Pitaloka (Malang)

VIVA.co.id – Ketela ungu banyak diproduksi di wilayah Malang Selatan. Selain berwarna ungu, ketela ini dikenal memiliki rasa yang manis. Ketela ungu juga bisa diolah menjadi kue kering yang rendah gula dan aman dikonsumsi penderita diabetes ataupun autis. 

Jiwa Muda, Ini 7 Resep Kue Kering Modern

Kue Ketela Ungu, Ubi Cilembu dan kue jahe serta kue temulawak buatan industri rumahan di Malang banyak diminati pembeli dari Jawa, Sulawesi hingga Sumatera.

“Kue herbal ini sudah saya buat sejak tahun 2011, semua bahan rendah gula dan menggunakan tepung mocaf, dari olahan singkong,” kata Saptini Mukti Rahajeng, pembuat kue herbal di Malang, Rabu, 29 Juni 2016. 

Magelang Punya Getuk Lindri, Intip Sejarahnya

Untuk membuat kue ini, satu kilo ubi ungu ditambah tepung mocaf 130 gram dan campuran lain seperti susu soya, susu sapi atau susu formula. Satu resep ini menghasilkan tiga toples kue, ukuran sekitar setengah kilo yang dijual dengan harga Rp60 ribu per toplesnya. 

“Kalau dihitung modal saja seperti ubi, tepung mocaf dan susu modalnya saja sebesar Rp65 ribu, bisa jadi tiga toples itu. Tapi belum dihitung biaya produksinya. Ubi jika dikemas menarik bisa bernilai ekonomis cukup tinggi," kata wanita yang kerap disapa Ajeng itu. 

Minum Minuman Ini Membantu Kadar Gula Darah Tetap Rendah

Kue ubi ungu miliknya disebut rendah gula dan aman dikonsumsi konsumen dengan diabetes ataupun autis. Tepung Mocaf disebut rendah gula. Kandungan gulanya tak setinggi terigu. Sedangkan ubi ketela ungu sudah memiliki rasa manis alami yang cukup membuat kue lezat. Ada varian kue ubi almond, ubi ungu keju dan ubi ungu choco mint.

Selain kue dari ubi, juga ada kue jahe, temulawak jeruk, nastar pelangi dan kue brokoli. Semuanya menggunakan tepung mocaf, ditambah bubuk bahan asli yang tidak mengalami pembakaran dalam suhu tinggi. 

“Serbuk temulawak, jahe, dan brokoli adalah hasil pemanasan rendah, hanya untuk mengurangi kadar air sebelum diblender. Jadi kandungan gulanya tidak tinggi dan gizi bahan alaminya juga masih ada,” katanya.

Kue herbal buatan Ajeng banyak dipesan pelanggannya selama ramadan kali ini. Namun karena keterbatasan tenaga, Ajeng tak bisa menerima semua pesanan. Wanita yang juga peneliti di salah satu lembaga pemerintah di Malang itu dibantu oleh tiga pekerja untuk membuat kue yang dikirim ke Sumatera, Sulawesi, Surabaya dan Jakarta itu. 

“Meskipun bukan bulan Ramadan pesanan saya tetap ada, karena pembelinya memang membutuhkan makanan yang rendah gula atau bahkan bebas gula itu. Ramadan ini sudah ratusan kue saya antar dan ada peningkatan sekitar 40 persen dibanding bulan biasa,” katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya