Gara-gara Gadget, Tradisi Anak Menulis di Buku Rendah

Anak membaca.
Sumber :
  • Pixabay/falovely

VIVA – Setelah Indonesia beberapa waktu lalu dikabarkan memiliki minat baca yang rendah, ternyata tingkat kompetensi anak Indonesia juga masih tertinggal di belakang negara-negara lainnya.

Heboh Uang Jajan Anak Artis, Arie Untung dan Fenita Arie Terapkan Kesederhanaan

Hasil survei tiga tahunan dari Programme for International Student Assessment (PISA) 2015 yang dikeluarkan oleh Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) menunjukkan Indonesia masih menduduki peringkat 60 dari 72 negara.

"Survei ini menyoroti kemampuan membaca, matematika dan sains, di situ Indonesia peringkat 60 dari 72. Sangat rendah dibandingkan negara lainnya dibanding Malaysia 40 besar, ungkap Pakar Edukasi Anak dari Wahana Visi Indonesia, Nurman Siagian, dalam talkshow Membangun Generasi Cerdas Indonesia Melalui Kebiasaan Menulis, di kawasan Wahid Hasyim, Jakarta, Selasa, 8 Mei 2018.

Mendidik Generasi Tangguh: Tips Dokter Aisah Dahlan Cegah Anak Terjerumus Liberalisme

Anak sedang membaca.

Ia menambahkan, isu kompetensi ini berkaitan erat pula dengan melemahnya tradisi menulis di Indonesia seiring pesatnya perkembangan gawai. Padahal, kata dia, menulis (khususnya di buku tulis) memiliki banyak manfaat karena mengasah berbagai keterampilan seperti berpikir kritis, daya ingat, dan motorik.

Miris Minat Baca Orang Indonesia Rendah, Cuma 1 dari 1000 Orang yang Suka Baca

"Kalau bicara penyebab dari banyak sisi, pertama itu memang anak anak kita pemahaman apa yang dipelajari masih sangat rendah , kedua bagaimana mengekspresikan ide dan argumentasinya rendah,"kata dia.

Ia juga menambahkan, bahwa akar dari permasalahan ini salah satunya karena kompetensi dari guru sendiri sangat rendah. Ia menyebut bahwa dalam studi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2014 kompetensi guru Indonesia di tingkat 44,5 p sedangkan idealnya berada di tingkat 70.

"Kami melihat guru kesulitan menulis rencana pembelajaran, jadi biasanya copy paste jadi apa yang di kurikulum nasional langsung saja, tanpa dicerna," kata dia.

Di samping itu, Praktisi Mindful Parenting, Melly Kiong juga mengatakan bahwa orangtua juga mesti terlibat aktif untuk pendidikan anak. Ia mengatakan bahwa orangtua harus mampu menumbuhkan tingkat kompetensi salah satunya dengan cara menulis.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya