Gender Specialist: Jangan Jadikan Kasus AU Seperti Tontonan

#JusticeforAudrey
Sumber :
  • Twitter

VIVA – Beberapa waktu belakangan ini, kasus kekerasan yang menimpa siswi AU di Pontianak menarik perhatian masyarakat Indonesia. Dukungan pun terus mengalir kepada gadis berusia 14 tahun ini lantaran dia diduga dianiaya oleh 12 siswi SMA.

Pelajar SD di Simalungun Jadi Tersangka Kasus Perundungan, Ini Penjelasan Polisi

AU pun saat ini diketahui tengah menjalani perawatan di sebuah rumah sakit swasta di Pontianak. Dengan mencuatnya kabar AU di media massa, mendorong beberapa influencer hingga tokoh publik mengunjungi AU untuk memberikan support.

Terkait dengan kedatangan mereka menemui AU, diingatkan oleh Gender Specialist, Tunggal Pawestri untuk jangan menjadikan ini sebagai ajang sirkus.

Marak Kejadian Perundungan, Kemenkes Lakukan Skrining Kesehatan Jiwa Pada Calon Dokter Spesialis

“Untuk media atau influencer atau youtuber jangan jadikan ini sebagai sirkus. Kalau ini penglihatan saya kok kayak tontonan sirkus bukan menuduh influencer atau youtuber sirkus tapi peristiwa ini seperti sebuah tontonan, kata dia kepada awak media saat ditemui dalam acara #UntukPerempuan di Agro Plaza Kuningan Jakarta Selatan, Jumat 12 April 2019.

Dia melanjutkan, kasus yang rumit bukan kasus yang terjadi sekali dua kali ini terjadi dimana-mana. Jika memang berempati kepada AU atas kasus yang menimpanya, Tunggal mengajak masyarakat untuk menunjukkannya dengan cara yang elok. Mengingat kata dia baik korban maupun pelaku masih berada di bawah umur.

Skandal Baru! Aktris Money Heist Korea Jeon Jong Seo Dituding Terlibat Bullying

“Pendekatan anak itu berbeda dengan kasus dewasa. Anak itu belum punya konsen belum bisa dimintakan persetujuannya meskipun dia mungkin usianya remaja,” kata dia.

Dia melanjutkan, hal yang harusnya dilakukan adalah masyarakat bisa benar-benar hati-hati dalam merepresentasikan atau mempresentasikan kasus ini di publik dan mendapatkan informasi yang valid.

“Kalau dukungan harus proporsional dalam melihat persoalan tahan diri enggak komentar kalau kita enggak tahu persoalan sebenarnya,” jelas dia.

Kedua, kata dia,  ada orang-orang yang kompetensi untuk bicara hak anak misalkan, atau hal perempuan. Berikan hak itu kepada mereka. Mendukung perempuan, kata dia mungkin bisa dengan tidak memberikan komentar negatif atau melemahkan si perempuan itu sendiri.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya