Kasus Asusila Siswi SMP dan Guru, Psikolog Tekankan Seks Edukasi

Ilustrasi kekerasan pada anak.
Sumber :

VIVA – Kasus asusila di Serang, Banten cukup membuat masyarakat prihatin. Sebab, tiga oknum guru diketahui melakukan tindak asusila dengan tiga siswinya di sekolah tempat mereka mengajar.

Cek Fakta: Anies Sebut Lebih dari 15 Juta Orang Jadi Korban Kekerasan Seksual

Tiga siswi tersebut diketahui masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Bahkan, salah satunya mengaku telah hamil dengan usia kandungan 21 minggu akibat hubungan badan tersebut.

Kabar ini menjadi cukup mengkhawatirkan mengingat oknum guru tersebut seharusnya menjadi sumber pelindung utama bagi anak dan remaja. Menurut Psikog Laksmiari Saraswati, lingkungan sekolah adalah tempat utama dalam memberikan edukasi seksual pada anak.

Kronologi Ayah di Sidoarjo Cabuli Anak Kandung Berusia 3,5 Tahun

"Sekolah, orangtua dan tetangga adalah lingkungan Ring 1 anak. Artinya mereka yang seharusnya paling utama memberikan contoh dan edukasi seksual dengan tepat," ungkap Asti, panggilan akrabnya, kepada VIVA ditemui di Jakarta, Senin 24 Juni 2019.

Saat lingkungan utama tersebut lemah terhadap edukasi seksual anak, Asti menegaskan pentingnya penekanan terhadap rasa hormat pada diri sendiri. Hal ini menurutnya dapat menjadi 'rem' bagi remaja dalam melakukan perilaku seksual yang kurang baik.

Miris! Anak TK di Pekanbaru Diduga Jadi Korban Kekerasan Seksual Temannya

"Kuncinya bukan pada dosa atau tidak dosa tapi ke perilaku seks sehat. Contoh, anak harus ditekankan bagaimana harus melakukan perilaku seks dengan respek pada dirinya sendiri, pada badannya sendiri," tegasnya.

Selain itu, anak remaja juga harus paham mengenai tujuan dari perilaku seksualnya tersebut. Dengan pemahaman itu, pola pikir anak remaja terhadap perilaku seksual akan cenderung terhadap kesiapannya secara mental dan fisik.

"Jadi kita kembalikan lagi pemahaman ini ke diri anak, buat dia berpikir tujuannya apa, sudah siap belum dengan konsekuensinya. Pada saat mereka tahu kalau itu belum pantas mereka lakukan, mereka akan secara sadar menahan diri sendiri. Jangan memberi kata-kata dengan melarang karena kalau dilarang, biasanya anak malah makin penasaran untuk melakukan," jelasnya. (ldp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya