Sekolah Dibuka, KPAI Harap Dapat Cegah Stres pada Anak

Sekolah melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas.
Sumber :
  • VIVA/Adi Suparman

VIVA – Nyaris dua tahun proses pembelajaran jarak jauh (PJJ) dilakukan lantaran pandemi COVID-19 melanda dan sekolah ditutup. Namun kini, pemerintah memulai penerapan pembelajaran tatap muka (PTM) dengan harapan siswa menjadi lebih paham terhadap materi yang diberikan guru.

6 Tips Membuat Hidup Lebih Tenang, Pikiran Lebih Relaks

Diakui Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) hasil survei menunjukkan bahwa 79,54 persen sekolah siap menggelar PTM di masa pandemi. Hal tersebut meningkat drastis dibanding  2020 lalu yang hanya sebesar 16,7 persen sekolah yang siap terapkan PTM.

"Survei dari Januari-Juni 2021, KPAI melakukan pengawasan PTM terbatas di 42 sekolah dan madrasah. Hasilnya 79,54 persen sekolah yang diawasi siap menggelar PTM," ujar Komisioner KPAI Bidang Pendidikan Retno Listyarti dalam acara VIVATalk bertajuk 'Pembelajaran Tatap Muka Dimulai, Siapkah Kita?', Rabu 1 September 2021.

Bukan Cuma Biar Adem, Tidur Telanjang Ternyata Bermanfaat untuk Kesehatan

Retno melanjutkan bahwa penerapan PTM terbatas ini dilakukan dengan cara blended. Artinya, sesi PJJ dan PTM masih dilaksanakan secara bergantian serta siswa yang masuk pun digilir agar tak terjadi penumpukan di ruang kelas.

"PJJ dan PTM kami dukung pemetaan materi, seperti materi yang sulit di PTM dan materi mudah lewat PJJ. Dari PTM ini, diharapkan ada dialog pada materi yang sulit agar stres anak hilang," tuturnya lagi.

Jangan Anggap Remeh, Ini 4 Tanda yang Menunjukkan Anda Alami Stres

Lebih dalam, dukungan KPAI juga diberikan agar sekolah menerapkan PTM dengan catatan positivity rate di daerah tersebut di bawah 5 persen, yakni sesuai standard WHO. Selain itu, warga sekolah juga minimal harus 70 persennya sudah divaksin.

"Kami dukung PTMA dengan tidak menyeragamkan. Artinya positivity rate di bawah 5 persen dan sudah divaksin 70 persen termasuk di wilayah yang sulit sinyal. Kalau kasusnya rendah kami dukung buka sekolah dengan tetap jalani prokes," kata Retno.

Bicara soal protokol kesehatan (prokes), Retno juga mengimbau agar sekolah bekerja sama dengan pemerintah daerah (pemda) dalam menyiapkan infrastruktur pencegahan penularan COVID-19 seperti sarana mencuci tangan. Sebab, banyak tempat di sekolah yang menjadi sumber penularan virus.

"Jadi cuci tangan sesering mungkin. Karena nggak tahu anak pegang apa di sekolah seperti handle pintu dan pegangan tangga yang dipegang banyak orang," ujarnya.

Selain itu, warga sekolah juga harus diwajibkan memakai masker selama perjalanan pulang dan pergi serta saat sesi belajar di sekolah. Retno berujar, ini menjadi hal sederhana namun mendasar dan sulit dijalani anak maupun guru lantaran belum terbiasa memakai masker dalam waktu lama.

"Masker juga hal simpel tapi ini penting. Saya kaget saat lihat di satu sekolah, karena semua masker siswa di dagu di mana guru juga nerangin di depan sambil melorotin masker di dagu. Gimana guru harus mencontohkan yang baik terkait prokes," kata Retno.

"Di provinsi lain, ada siswa yang pakai masker dan tidak. Ada juga, guru pakai masker tapi siswa nggak pakai masker. Salah satu siswanya saya tanya apa fungsi masker, katanya hanya melindungi saat pulang dan pergi sekolah. Fungsi masker kok sama seperti helm hanya dipakai saat pulang dan pergi. Ini bagaimana edukasi harus diberikan guru dan orangtua untuk perubahan perilaku," jelas Retno.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya