Salawaku, Film Anak Bangsa Berkelas Internasional

Salawaku
Sumber :
  • Kamala Film Production

VIVA.co.id – Tak ada yang abadi, begitu pula ketika membicarakan sebuah hubungan antarumat manusia. Ada saja pihak yang pergi meninggalkan atau merasa ditinggalkan, baik karena ketidakcocokan atau maut yang memisahkan, tergantung bagaimana takdirnya.

Film Salawaku Pamerkan Keindahan Maluku

Terlepas dari keputusan yang dibuat, konon suatu hubungan juga mampu diperbaiki bila salah satu pihak ada yang berusaha untuknya. Hal tersebut dapat dilihat lewat film garapan sineas Pritagita Arianegara, berjudul Salawaku.

Mengambil latar tempat nan indah di Pulau Seram, Maluku, kisah dimulai lewat bocah laki-laki bernama Salawaku (Elko Kastanya) yang berperangai buruk. Konon di balik kelakuannya itu, ia hanya merindukan sang kakak, Binaiya (Raihaanun), yang pergi dari desa akibat suatu masalah dan menjadi bahan cibiran warga.

Karina Salim Jelajahi Indonesia Timur Lewat Film Salawaku

Berniat mendatangi sang kakak yang bekerja sebagai buruh kasar di tempat berbeda, Salawaku pergi meninggalkan kampung. Di perjalanan, ia mendapati wisatawan asal Jakarta bernama Saras (Karina Salim) yang tengah tertidur pulas di dalam perahunya dan singkat cerita, mereka melakukan perjalanan bersama.

Tak berhenti sampai situ, salah satu kerabat Salawaku yang mencari-carinya, Kawanua (Joshua "JFlow" Matulessy), berhasil menemukan sang bocah lelaki lantas malah turut bergabung melakukan perjalanan. Bertiga, mereka mengarungi berbagai macam pengalaman dan saling menyelami karakter masing-masing.

Bekraf Beri Dukungan untuk Film Salawaku

Konflik batin turut terjadi, mulai dari tawa, emosi, bahagia, putus asa, serta gundah gulana. Puncaknya terjadi saat Kawanua coba membawa kembali Salawaku pulang ke desa karena ternyata, ada satu problematika pelik yang terjadi antara dirinya dan Binaiya, sehingga ia sungkan untuk bertemu.

Lantas, masalah apa yang sebenarnya terjadi antara Kawanua dan Binaiya? Selain itu, apakah tujuan Saras pergi jauh dari ibu kota menuju timur Indonesia? Apakah ia juga memendam problematika tersendiri yang tak kalah peliknya?

Menyingkap lewat bobot cerita, film Salawaku membawa muatan paham yang diusung antara masyarakat kota dan penduduk desa. Meski sama, namun ternyata cara pandang dan penyelesaianya amatlah berbeda.

Soal datang dan pergi adalah hal yang biasa, namun sinema layar lebar ini berusaha menekankan dua aspek, yakni tentang bagaimana kembali lagi memperbaiki cinta yang seharusnya utuh, dan bagaimana mengambil sikap dalam menghadapi hubungan yang terombang-ambing. Keduanya dibarengi dengan perjuangan bocah polos nan pemberani, dalam mengobati kerinduan pada kakaknya.

Salawaku digarap sedari beberapa tahun lalu dan pernah tampil pada sejumlah festival film internasional, seperti Jogja International Film Festival yang digelar akhir tahun 2016 lalu. Namun meski begitu, secara resmi, film ini baru akan ditayangkan di bioskop-bioskop Tanah Air pada 23 Februari 2017 mendatang. (hd)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya