Melihat Peradaban di Museum Geologi Bandung

Museum Geologi
Sumber :
  • Instagram @geomuzee

VIVA – Museum Geologi terletak di Rembrandt Straat, sekarang Jalan Diponegoro. Gedung bergaya Art Deco ini adalah bangunan modern pada zamannya. oleh arsitek Belanda Ir.H.M.van Schouwenburg dan dibangun pada tahun 1928. Hampir setahun kemudian bangunan pun selesai.

Misteri Prabu Jayabaya yang Belum Terpecahkan, Dipercaya Sebagai Jelmaan Dewa

Diresmikan dengan nama Geologisch Laboratorium (16 Mei 1929), bertepatan dengan penyelenggaraan The Fourth Pacific Science Congress (16-25 Mei) di Bandung.

Laboratorium Geologisch, disebut juga Geologisch Museum, dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda untuk mendokumentasi contoh batuan, mineral, serta fosil yang dikumpulkan para ahli geologi dari berbagai daerah di kawasan Hindia Belanda.

Mengulik Rahasia Terlarang Ramalan Jayabaya: Bencana hingga Pemimpin

Sekarang Museum Geologi adalah bagian dari Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Republik Indonesia. VIVA memberikan Informasi mengenai museum geologi dari laman museum dan sumber lainnya sebagai berikut.

Sejarah Museum Geologi

Kebakaran Toko Bingkai Mampang, 5 Orang Terluka Dilarikan ke RS

Museum Geologi, Bandung.

Photo :
  • U-Report

Museum Geologi didirikan pada tanggan 16 Mei 1929. Dalam perjalanannya, museum pernah direnovasi dan dibuka kembali pada tahun 2000. Pendirian Museum Geologi merupakan inisiatif dari Dienst van den Mijnbouw atau Dinas Pertambangan pada masa Hindia Belanda.

Saat itu, dinas tersebut menginginkan ada satu tempat yang digunakan untuk menyimpan hasil penyelidikan tambang yang dilakukan. Pada 23 April 1927, dimulailah pembangunan gedung museum yang diarsiteki oleh Ir Menalda van Schouwenburg. Gedung museum didesain bergaya Art Deco, melibatkan 300 pekerja bangunan, dan ditaksir menghabiskan dana 400 gulden.

Memasuki masa Perang Dunia II, pemerintah Hindia Belanda menjadikan bangunan museum sebagai markas Angkatan udara. Koleksi yang ada di Museum Geologi kkemudian dipindahkan ke Gedung Pensioen Fonds yang kemudian dikenal dengan Gedung Dwiwarna.

Saat masa pendudukan Jepang, Museum Geologi dikelola oleh Kogyo Zimusho dan namanya diubah menjadi Chisitsu Chosasho. Sedangkan saat Indonesia merdeka, museum ini berada di bawah pengelolaan Djawatan Tambang dan Geologi.

Koleksi Museum Geologi

Museum Geologi Bandung

Photo :
  • Dok. Irna

Koleksi Museum Geologi dikategorikan ke dalam tiga ruangan,

Sejarah Kehidupan
Geologi Indonesia
Geologi untuk Kehidupan Manusia
SEJARAH KEHIDUPAN 

Gading Gajah yang ditemukan di Museum Geologi Bandung

Photo :
  • Associated Press

Menempati ruang yang berada sayap timur, dengan koleksi fosil yang dikelompokkan menurut era Prakambrium-Paleozoikum, Mesozoikum, dan Kenozoikum.

Galeri Mesozoikum
Galeri Mesozoikum paling menarik untuk satu alasan: di sini terdapat replika fosil T-rex dan cetakan kaki Tyrannosaurus. Cetakan kaki ditemukan ahli paleontologi Inggris, Phil Manning, pada tahun 2007 di Hell Creek Formation, Montana (negara bagian Amerika, berbatasan dengan Kanada).

Note: Mesozoikum (251-65 juta tahun lalu) dibagi tiga periode atau zaman: Trias (dinosaurus mulai muncul), Jura (dinosaurus ‘memenuhi’ Bumi), dan Kapur (dinosaurus punah di akhir zaman Kapur akibat tumbukan meteorit raksasa).

Galeri Vertebrata
Galeri  Vertebrata Indonesia menampilkan koleksi fosil vertebrata seperti gajah purba (Stegodon trigonocephalus, Sinomastodon bumiayuensis), badak (Rhinoceros sondaicus), kuda nil (Hexaprotodon simplex), kerbau purba (Bubalus palaeokerabau). 

Kura-kura raksasa Geochelone atlas, sekarang Colossochelys atlas, hidup 2 juta tahun lalu tetapi halnya dengan gajah dan kerbau purba, adalah bagian dari spesies yang sudah punah.

Galeri Bandung
Galeri Bandung menampilkan berbagai bukti bahwa Bandung dulunya adalah danau yang luas. Antara lain: bukti penampakan morfologi yang berbentuk cekungan, terisi oleh batuan dengan ciri khas endapan danau dan ditemukannya fosil ikan air tawar (Buku Panduan Museum Geologi).

Galeri Manusia Purba
Galeri Manusia Purba merupakan ruang khusus koleksi fosil manusia purba ditemukan di Indonesia. Sebagian besar fosil yang ditemukan di Pulau Jawa, terutama di sepanjang daerah aliran sungai Bengawan Solo yang mengalir dari sumbernya di Gunung Lawu, Jawa Tengah, hingga bermuara di Laut Jawa, utara Gresik, Jawa Timur. Beberapa lokasi situs manusia purba yang telah dikenal dunia:

Trinil, 11 km di barat kota Ngawi, Jawa Timur, merupakan lokasi penemuan fosil Pithecanthropus (sekarang Homo erectus) pertama pada 1891 oleh Eugene Dubois, ahli anatomi dan orang pertama yang melakukan ekskavasi fosil di Indonesia (Hindia Belanda pada saat itu) dalam upayanya menemukan fosil transisi (the missing link). Fosil tengkorak ini diberi kode Pithecanthropus I (P-I).

Ngandong, sekitar 130 km di sebelah barat Semarang, termasuk kabupaten Blora (kota kelahiran sastrawan besar Indonesia, Pramoedya Ananta Toer). Penggalian yang dilakukan sejak 1930-an telah mengangkat ribuan fosil vertebrata dan 11 tengkorak/fragmen manusia purba.

Tim Vertebrata, Museum Geologi, berhasil menggali keluar fosil gajah purba spesies Elephas hysudrindicus di Dusun Sunggun, Blora.

Fosil relatif utuh, diperkirakan setinggi 2,5 meter, dan merupakan fosil gajah purba terlengkap selama seratus tahun terakhir. Banyaknya penemuan fosil vertebrata melahirkan dugaan Blora Selatan pada zaman Pleistosen adalah savana yang dilewati Bengawan Solo Purba.

Sangiran, dikukuhkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO (1996), terletak 15 km utara Solo. Ekskavasi Sangiran pada mulanya dilakukan oleh R.G.H. von Koenigswald (1936-1941), kemudian dilanjutkan oleh Prof.Sartono Sastrohamidjojo (ITB) dan Prof.Teuku Jacob (UGM).

Salah satu primadona dari situs ini adalah Sangiran 17 (S-17), fosil tengkorak Homo erectus paling utuh yang ditemukan Bpk.Tiwokromo pada tahun 1969. Fosil dideskripsi oleh Prof.Sartono (1971) sebagai Pithecanthropus 8 (P-VIII) atau dikenal juga sebagai Sangiran 17. S-17 diperkirakan berusia 700.000-800.000 tahun.

Geologi Indonesia

Museum Geologi

Photo :
  • Instagram @geomuzee

Geologi Indonesia menempati ruang sayap barat, terdiri dari galeri Asal Mula Bumi, Tektonik Indonesia, Sumatera, Kalimantan, Jawa dan Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, Papua, serta galeri Survei Geologi, Gunungapi, Dunia Batuan dan Mineral.

Galeri Asal Mula Bum
Galeri Asal Mula Bumi menyajikan gambaran sistem tatasurya kita yang terbentuk 4,6 milyar tahun yang lalu dan koleksi meteorit yang jatuh di Bandung, Banten, Cirebon, Prambanan, Rembang, Madiun, Pasuruan, Temanggung.

Galeri Sumatera 
Galeri Sumatera menyajikan Sesar Besar Sumatera dengan aktivitas tektonik yang membentuk Ngarai Sianok. Galeri Kalimantan menunjukkan proses pembentukan batubara dan keterdapatan intan. Galeri Maluku memiliki contoh batuan dari dasar Laut Banda pada kedalaman 14,5 meter dan 29 meter.

Galeri Jawa & Nusa Tenggara
Galeri Jawa & Nusa Tenggara antara lain menyajikan stalaktit dan stalagmit dari Gua Inten, Karangbolong, Jawa Tengah. Galeri Sulawesi menjelaskan proses terbentuknya Pulau Sulawesi. Sisi sebelah barat pulau berbentuk K besar ternyata berasal dari Pulau Kalimantan yang copot karena pergerakan lempeng sekitar 50-20 juta tahun lalu. Galeri Papua memiliki koleksi cebakan tembaga dari bumi Papua.

Galeri Survei Geologi
Galeri Survei Geologi menampilkan koleksi alat dan bahan yang digunakan dalam penyelidikan dan penelitian geologi seperti peta topografi, citra satelit, serta peralatan lapangan seperti kompas, palu, dll.

Galeri Gunungapi
Galeri Gunungapi Indonesia menjelaskan gunungapi dan berbagai hal yang berkaitan dengannya seperti lava, magma, hingga jalur tektonik seperti Jalur Mediteran dan Jalur Lingkar Pasifik, serta Lempeng Indo-Australia maupun Lempeng Eurasia. Juga ditampilkan contoh-contoh batuan hasil letusan gunungapi.

Galeri Batuan dan Mineral menampilkan ragam koleksi batuan, dikategorikan sebagai batuan beku (contoh: andesit yang banyak digunakan untuk memahat arca), batuan sedimen (batulempung, batugamping, batubara), batuan malihan (marmer).

Geologi untuk Kehidupan Manusia
Geologi untuk Kehidupan Manusia, terletak di lantai dua, terdiri dari galeri Pemanfaatan Batuan dan Mineral, Eksplorasi dan Eksploitasi, Mineral dalam Kehidupan Sehari-hari, Bahan Galian Komoditas Nasional, Gempabumi dan Gerakan Tanah, Bahaya dan Manfaat Gunungapi, Air dan Lingkungan.

Galeri Mineral dalam Kehidupan
Galeri Mineral dalam Kehidupan Sehari-hari seperti satu halaman catatan harianku saat kecil. Ketika itu aku kok bingung, bertanya dari mana asalnya pensil. Hitamnya pensil itu apa dan berasal dari mana, dan bagaimana pohon bisa diolah menjadi batang pensil. Tadinya aku mengira semua orang tahu tetapi ternyata malah kebanyakan orang dewasa tak tahu loh.

Galeri Mineral untuk Kehidupan Sehari-hari menyajikan asal-usul berbagai peralatan yang digunakan sehari-hari, seperti piring, gelas, cangkir, kaca lemari berasal dari mineral kuarsa. Panci, rantang, ketel berasal dari mineral bauksit. Sendok, garpu, pisau berasal dari mineral nikel. Tabung gas dan kompor berasal dari mineral besi/baja. Lengkap dengan contoh mineralnya.

Kita akan menemukan ternyata mineral yang ditambang dari Bumi ada di sekeliling kita loh. Fondasi rumah dari batu andesit, bata dan genting terbuat lempung, atap atau plafon dari asbes atau gipsum, lantai terbuat dari batu granit atau marmer.

Bumi ternyata tak hanya tumbuhkan padi dan pohon-pohon, tetapi juga mengandung mineral yang berguna. Iya, Gandhi pernah berujar jika saja setiap orang mengambil yang cukup untuk dirinya maka Bumi akan memiliki cukup untuk setiap orang.

Waktu Berkunjung
Museum Geologi berlokasi di Jl. Diponegoro No.57 Bandung 40122. Untuk jam berkunjung, Senin-Kamis 08.00-16.00, Sabtu-Minggu 08.00-14.00, sedangkan Jumat dan Libur Nasional Tutup. Untuk tiket masuk yaitu Pelajar/mahasiswa Rp 2.000, Umum Rp 3.000, sedangkan wisatawan asing/pelajar asing Rp 10.000.

Nah, itu infromasi mengenai museum Geologi yang dapat VIVA berikan. Semoga bermanfaat dan kamu dapat mengunjungi museum ini dan menikmati informasi peradaban yang disajikan oleh msueum.

Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan [dok. Kemenko Marves]

Luhut Kaji Subsidi BBM Bioetanol, Disiapkan Jadi Pengganti Pertalite?

Luhut mengatakan pemerintah sedang menghitung pengadaan subsidi untuk bahan bakar nabati jenis bioetanol sebagai salah satu komitmen dalam mengatasi masalah polusi udara.

img_title
VIVA.co.id
3 Mei 2024