Abrakadabra Jack Ma

Jack Ma.
Sumber :
  • www.alizila.com

VIVA – Sorot dunia perdagangan elektronik atau e-commerce sepekan terakhir ini tertuju pada sosok Jack Ma. Pertengahan pekan lalu, diam-diam pendiri Alibaba itu dikabarkan akan pensiun.

KIP Perintahkan KPU Beberkan Data Rincian Infrastruktur Teknologi Pemilu 2024

Kabar itu langsung menyedot perhatian dan terus bergulir liar di pemberitaan. Kabar Jack Ma mau pensiun makin deras dengan pemberitaan dari New York Times. Koran ini menulis tegas dalam headline mereka, Jack Ma, China’s Richest Man, to Retire From Company He Co-Founded.

Surat kabar South China Morning Post (SCMP) langsung merespons kabar tersebut. Media yang dibeli perusahaan Jack Ma itu membantah bosnya akan pensiun.

Ketua KPU Buka Suara soal Isu Aplikasi Sirekap Terafiliasi dengan Alibaba

Surat kabar itu menegaskan, Jack Ma justru akan mengungkapkan strategi penting bagi pengelolaan Alibaba agar perusahaan ini makin moncer. SCMP menuliskan, Senin 10 September 2018, Jack Ma akan mengungkapkan apa saja langkah strategis yang akan dilakukan. 

Abrakadabra, ternyata tak jauh dari pemberitaan sebelumnya, pada Senin 10 September 2018, Alibaba mengumumkan Jack Ma akan pensiun dari perusahaan dan menyerahkan kursi Executive Chairman Alibaba Group kepada Kepala Eksekutif Alibaba Group Daniel Zhang. 

Ocistok, Platform Startup E-Commerce RI Lebarkan Sayap Bisnis ke Negeri Tirai Bambu

Namun, Jack Ma akan pensiun setahun setelahnya alias 10 September 2019. Dalam suratnya, bos Alibaba itu menegaskan waktu transisi setahun ini bertujuan agar proses peralihan nakhoda Alibaba bisa berjalan semulus dan selancar mungkin. 

Manusia yang kekayaannya mencapai Rp530 triliun itu tak akan langsung meninggalkan Alibaba begitu saja. Setelah pensiun tahun depan, Jack Ma akan benar-benar melepas kendali perusahaan pada 2020.  

Sosok pengganti Jack Ma bukan orang sembarangan. Jika di internal Alibaba, Jack Ma disapa 'Guru Ma' maka Zhang disebut sebagai xiaoyaozi atau 'pria bebas dan tak terkekang'. Ungkapan ini berasal dari karakter sebuah novel dan telah muncul di kartu nama, pernyataan pers, dan dalam literatur Alibaba.

Sosok Zhang juga dikenal punya pengaruh besar dalam menciptakan standar belanja daring. Zhang merupakan sosok di balik populernya festival belanja di China, Single Day yang merupakan festival serupa Black Friday dan Cyber Monday di Amerika Serikat.

"Pikiran analitisnya tidak tertandingi. Dia memegang misi dan visi kami. Dia memiliki tanggung jawab dengan passion, dan dia memiliki keberanian untuk berinovasi serta menguji bisnis model," kata Jack Ma dilansir dari South China Morning Post.

Kepala Eksekutif Alibaba Group, Daniel Zhang

Keputusan Jack Ma untuk pensiun dini dinilai memang tak lazim bagi industri e-commerce. Bagaimana tidak, saat ini Alibaba bisa dibilang sedang jaya-jayanya, tapi kok Jack Ma rela pensiun dan memilih fokus pada tantangan lainnya.

Sementara itu, beberapa bos perusahaan kelas dunia memilih pensiun kala usia mereka sudah senja untuk mengelola perusahaan.

Sebenarnya, langkah Jack Ma untuk melepas posisinya sudah terbaca sejak lima tahun lalu. Dikutip dari Global Times, pada 2013, dia menyerahkan jabatan kepala eksekutif Alibaba Group serta jabatan utama lainnya termasuk di Taobao dan TMall kepada eksekutif perusahaan yang ada.

Bagi analis dan pengamat pasar, langkah Jack Ma itu sebagai cara dia untuk membangun sistem manajemen perusahaan menjadi lebih baik. Tapi, apa yang dilakukan Jack Ma itu dibaca oleh media sebagai langkah pensiun dini. 

Analis industri yang bernama pendek, Lu mengatakan, langkah Jack Ma itu membuat manajemen internal Alibaba menjadi relatif matang. 

"Ma membuat sistem perusahaan menjadi 'go public' dan secara resmi melepaskan diri dari operasional perusahaan sehari-hari," jelas Lu. 

Selain itu, Lu membaca, langkah Jack Ma ini juga dalam rangka membuat struktur manajemen Alibaba menjadi lebih transparan. 

Seorang pakar industri independen berbasis di Beijing, Liu Dingding menilai langkah Jack Ma itu bisa berdampak pada kepercayaan beberapa investor terhadap Jack Ma dalam jangka pendek. 

Pada Jumat lalu, saham Alibaba meningkat 1,56 persen. Tapi setelah muncul pemberitaan soal kemungkinan pensiun Jack Ma, saham Alibaba jatuh 2,34 persen.

Untungkan Indonesia

Pensiun dini Jack Ma itu menjadi pelajaran penting bagi industri e-commerce Tanah Air. Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) Ignatius Untung menilai, langkah itu malah bagus bagi regenerasi perusahaan. Tanpa Jack Ma di jajaran kepemimpinan perusahaan, semua akan mengakui Jack Ma adalah ikon Alibaba. 

"Saya rasa positif-positif saja ya. Karena ini akan membuka kesempatan bagi tim Alibaba untuk bisa step up (melangkah maju)," ujarnya. 

Ignatius menilai Jack Ma memang punya prioritas dan tantangan lain setelah sukses menduniakan Alibaba. 

Bagi Indonesia, dinamika Alibaba dan Jack Ma, menurut pria yang menjabat country general manager Rumah123.com itu bisa jadi cermin positif. Sebab, dengan mundurnya Jack Ma dari kepengurusan aktif Alibaba akan menguntungkan bagi Indonesia. 

Alibaba.

Sebelumnya, Jack Ma telah digaet pemerintah untuk menjadi penasihat komite e-commerce Indonesia. 

"Dengan mundur, Jack Ma kan mengurangi potensi conflict of interest, mengingat Alibaba Group juga diakses konsumen Indonesia, baik melalui platform e-commerce yang dimiliki Alibaba dan juga platform Alibaba di China yang diakses konsumen lokal," jelas Ignatius. 

Dampak pensiunnya Jack Ma bagi industri e-commerce Indonesia, menurut petinggi iDEA tersebut, tak ada secara langsung. Status bos Alibaba yang hanya sebagai penasihat tak akan mengguncang industri di Tanah Air. Sebab, Jack Ma bukan pengambil keputusan. 

"Artinya tak ada kewajiban bagi pemerintah untuk menurutinya," kata Ignatius. 

Siapa tak silau dengan nama Alibaba dengan sentuhan tangan sulap Jack Ma. 

Betapa tidak, dalam pasar e-commerce dunia, nama Alibaba sudah disejajarkan dengan Amazon. Performa Alibaba tak lepas dari kemampuan Jack Ma menyulap perusahaan ini. Mantra abrakadabra Jack Ma terbukti mampu menyulap Alibaba menjadi kelas dunia.

Awalnya, Alibaba diluncurkan pada 1999 sebagai portal e-commerce business to business (B2B) untuk menghubungkan manufaktur China dengan pembeli dari luar Negeri Tirai Bambu tersebut. Pada 2003, Alibaba melebarkan sayap bisnisnya ke segmen marketplace e-commerce consumer to consumer (C2C) dengan mendirikan Taobao. Bisnis makin moncer, pada 2008, Alibaba melengkapi portofolionya dengan menghadirkan platform retail daring business to consumer (B2C) dengan TMall. 

Taobao merupakan marketplace yang menyerupai eBay, sedangkan TMall menyasar konsumen kaya dengan produk dan belanja rasa premium.

Masing-masing segmen bisnis Alibaba itu memimpin pangsa di China, pasar yang terbesar di belahan dunia. 

Menurut data yang dihimpun Statistica per semester pertama 2018, Alibaba perkasa dalam raihan pangsa pasar di China, dengan jumlah 58,2 persen, jauh mengalahkan kompetitornya yakni JD.com (16,3 persen), Pinduoduo (5,2 persen), Suning (1.9 persen), Vip.com (1,8 persen), Gome (0,7 persen), Amazon China (0,7 persen), dan lainnya. 

Ekosistem yang dimiliki Alibaba Group dan Jack Ma kini semakin lengkap. Gurita bisnis Alibaba kian terlihat dari portofolio perusahaan.

Selain Taobao, TMall, ada Alimama yang merupakan perusahaan bergerak dalam teknologi pemasaran, Ali Express yang merupakan segmen layanan jasa pengiriman barang, Ant Financial yang menawarkan layanan keuangan inklusif, Youku yang merupakan layanan digital video streaming, Alibaba Cloud yang menyediakan solusi komputasi awan kelas dunia, Cainiao Network untuk platform data logistik hingga Alibaba Picture untuk sayap masuk ke pasar industri film dan hiburan.

Moncernya bisnis dan gurita Alibaba bisa dilihat dari laporan tahun fiskal 2019, pendapatan Alibaba diperkirakan naik 61 persen dari tahun ke tahun hingga mencapai US$11,7 triliun, serta pendapatan e-commerce sebagai bisnis inti Alibaba meningkat 61 persen seperti yang ditunjukkan dalam laporan keuangan perusahaan per 23 Agustus 2018. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya