Freeport Lumpuh

Mogok massal karyawan PT Freeport
Sumber :
  • Istimewa

VIVAnews – Pagi belum lagi menjelang, pukul 01.00 Wita dini hari, ribuan karyawan Freeport  di tambang Grasberg sepakat berhenti bekerja. Akibatnya, aktivitas tambang emas terbesar di dunia, sekaligus tambang tembaga ketiga terbesar di Bumi itu terhenti.

Ustaz Khalid Basalamah: Orangtua Gak Wajib Kasih Nafkah ke Anak Laki-laki Jika Sudah Baliqh

Sekitar 2.000 karyawan, memakai pakaian kerja dan pita merah, melakukan aksi damai, duduk di depan area tambang. Sementara, ribuan lainnya mulai pukul 08.00 pagi melakukan aksi jalan kaki, long march dari area tambang, mile 68 dan 78 Tembagapura menuju Kuala Kencana Timika di mile 38m, area kantor Freeport.

Mereka harus menempuh jarak jauh, lebih dari 48 kilometer jalanan terjal, di tengah cuaca dingin. Dilaporkan sekitar 13 karyawan pingsan akibat kelelahan di antara mile 54 dengan mile 50, kebanyakan mereka adalah pekerja yang malam sebelumnya bekerja di area tambang. Mereka lantas dibawa ke Isop Hospital Tembagapura.

Mengenal Dickmorphia, Istilah Bagi Kaum Pria yang Khawatir dengan Ukuran Penis Kecil

Tak hanya tak sadarkan diri, beberapa karyawan juga mengalami cidera. "Kondisi jalan yang terjal, rekan kami ada yang patah kakinya saat melintasi mile 58," ungkap anggota serikat pekerja PT Freeport, Jeremias Demetouw, Senin 4 Juli 2011.

Namun, ketika sampai di Kuala Kencana, mereka tak dibolehkan masuk ke area kantor dan dihadang aparat keamanan yang berjaga. Hanya perwakilan yang dibolehkan masuk dan menemui pihak manajemen.

2 Pria yang Buat Remaja Perempuan 16 Tahun Tewas di Hotel Jaksel Terancam 20 Tahun Bui

Jalan kaki jarak jauh sebenarnya bukan pilihan para pekerja. Salah seorang karyawan Freeport bernama Airan Koibor mengungkapkan, karyawan sebenarnya sudah berkoordinasi dengan perusahaan, agar disiapkan transportasi mengangkut mereka. Namun, tak dikabulkan.

"Kami sudah negosiasi dengan manajemen agar menyiapkan transportasi, mengangkut para karyawan yang berjalan kaki. Tapi sampai kini tidak ada, malah semua kendaraan perusahaan tidak ada yang beroperasi," ungkapnya.

Tuntutan karyawan

Apa tuntutan yang diajukan para pekerja? Pertama, karyawan meminta gaji dinaikkan,

Kedua, mereka memprotes pemecatan beberapa anggota serikat pekerja. Mereka adalah, Sudiro, Juli Parorongan, Virgo Solosa, Supardiyanto, Karolus Kameubun, dan Obet Lobo. "Mereka dipecat bulan lalu, ketika merencanakan aksi mogok kerja ini," ujar Airan Koibor.

Ketua Pengurus Unit Kerja (PUK) Federasi Serikat Pekerja - Kimia, Energi dan Pertambangan (FSP-KEP) Serikat Pekerja Seluruh Indonesia PT Freeport Indonesia (SPSI Freeport), Sudiro, mengatakan, mogok kerja dilakukan karena manajemen Freeport tidak bersedia membuka ruang untuk mengadakan perundingan perjanjian kerja bersama (PKB).

Padahal, kata dia, SPSI berniat baik, memohon kepada manajemen untuk berunding. Namun, surat permohonan SPSI agar ada perundingan tidak pernah dijawab. "Bahkan manajemen membentuk pengurus SPSI tandingan," ujar Sudiro,  Senin 4 Juli 2011.

Pada prinsipnya, kata dia, SPSI sangat menghormati segala bentuk perundingan, karena itu yang diharapkan oleh seluruh karyawan yang saat ini tengah bekerja di lingkungan perusahaan raksasa dunia yang menghasilkan tembaga, emas, perak dan lain-lain tersebut

Juru Bicara SPSI Freeport, Juli Perorongan, menjelaskan bahwa tujuan utama  karyawan meminta perundingan agar aspirasi mereka dapat tersalur dengan baik. Perjuangan SPSI belum sampai pada tuntutan tapi baru permintaan agar kedua belah pihak duduk sama-sama melihat kembali sejumlah persoalan yang dihadapi karyawan selama ini.

Jika manajemen ingin berunding, lanjut Juli, SPSI akan mengajukan penyesuaian kesejahteraan karyawan. "Karyawan sadar, mereka bukan bekerja di perusahaan kacangan di pinggir jalan, tapi mereka bekerja di perusahaan raksasa berkelas dunia yang mempunyai reputasi global."

Soal berapa besar kenaikan gaji yang akan diajukan pengurus SPSI Freeport, Juli belum mau membeberkan. Ia menyatakan, saat ini yang mereka harapkan manajemen menjawab permintaan mereka untuk membuka ruang perundingan. "Soal angka itu nanti jika perundingan terjadi," tandasnya.

Aksi demonstrasi karyawan Freeport berakhir sekitar pukul 18.00. Para pekerja yang berada di pintu Kuala Kencana membubarkan diri. Tapi, hanya untuk sementara.

“Besok jam 7 pagi kami akan kembali ke Kuala Kencana bersama karyawan lain yang saat ini turun dengan jalan kaki dari areal tambang," kata pengurus SPSI, Jeremias Demetouw.

Kapolres Mimika AKBP, Deny Siregar, ketika dikonfirmasi Senin petang, membenarkan bahwa di lokasi tersebut sudah tidak ada lagi konsentrasi massa. "Mereka sudah bubar,” kata dia.

Menurut dia, aksi para karyawan terkait permasalahan internal perusahaan. "Ini hanya aksi damai dalam rangka menyampaikan aspirasi," tambah dia.

Terkait aksi hari ini, Juru Bicara Freeport, Ramdani Sirait mengatakan, bahwa  manajemen sangat menghargai seluruh karyawan sebagai bagian dari keluarga besar Freeport dan berusaha untuk terus berkomunikasi dengan serikat pekerja dalam upaya terus menjaga lingkungan kerja yang produktif, kondusif dan aman.

“Karenanya, manajemen mengimbau seluruh karyawan untuk tetap bekerja dan mendukung upaya ke arah penciptaan lingkungan kerja tersebut,” kata dia.

Mengenai  mogok kerja, perusahaan melihat hal tersebut tidak dapat dibenarkan karena tidak didasarkan pada kegagalan perundingan. Sebab, kata dia, perusahaan melalui berbagai korespondensi telah menyatakan kesediaannya untuk segera merundingkan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) 2011 - 2013 setelah adanya kejelasan mengenai penyelesaian masalah internal SPSI Freeport.

Operasi lumpuh

Akibat pemogokan tersebut, menurut seorang karyawan, aktivitas di pertambangan Freeport boleh dikatakan lumpuh. "Ada beberapa orang yang masih bekerja. Tapi kalau dipersentase jumlahnya hanya sekitar satu persen."

Dia menjelaskan bahwa area pertambangan Freeport pada dasarnya terdiri dari tiga divisi yaitu Grasberg Mine, Underground Mine, dan Concentrating Department. Divisi yang lain adalah pendukung ketiga divisi tersebut, antara lain seperti bagian Sumber Daya Manusia.

Divisi-divisi tersebut saling kait mengkait. Artinya, jika ada salah satu di antara divisi tersebut berhenti maka yang lainnya akan terpengaruh.

"Memang ada kegiatan yang masih berjalan seperti concentrating, proses memecahkan batuan dan mengubahnya menjadi concentrate. Namun tidak lebih dari 2 persen kapasitas normal, 225 ribu ton per hari."

Para operator yg menjalankan adalah karyawan level 3 (superintendant) sampai dengan level 5 (manager) yangg mendapat mandat langsung dari jajaran manajemen puncak Freeport.

Karyawan lain yang tetap bekerja adalah para pegawai yang berasal dari Papua. Seperti dikatakan oleh Frans Pigome, Ketua Tongoi Papua, organisasi yang memayungi para karyawan asli Papua, bahwa setelah melalui rapat  DPP, DPC dan Korlap Tongoi Papua, diputuskan posisi mereka adalah netral dan tidak memihak salah satu pihak.

"Netralitas Tongoi Papua maksudnya adalah bahwa karyawan tetap melaksanakan  tugas dan tanggung jawabnya dengan tidak meninggalkan tempat kerja, tidak mengikuti ajakan atau hasutan yang yang bermuara pada mogok kerja," kata Frans.

Laporan: Banjir Ambarita | Papua

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya